26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Bau Busuk, Limbah Pabrik Pengolah Udang Diprotes

Foto: Ian/PM
Pabrik pengolahan udang PT. Sari Ayu Anugerah Semesta (SAS) di kawasan Jalan Titi Pahlawan, Kel. Rengas Pulau, Medan Marelan, diprotes warga karena kerap menguarkan bau busuk.

MARELAN, SUMUTPOS.COLimbah pabrik pengolahan udang PT. Sari Ayu Anugerah Semesta (SAS) disoal warga, khususnya yang bermukim di kawasan Jalan Titi Pahlawan, Kel. Rengas Pulau, Medan Marelan.

Pasalnya, bau busuk yang berasal dari pengolahan limbah sangat menggangggu. Parahnya lagi, limbah pabrik mengalir ke parit. Dampaknya, sumur warga diduga ikut tercemar hingga dikhawatirkan menimbulkan penyakit kulit dan gangguan pernafasan.

Lela (48) warga setempat, Senin (10/7) siang, mengungkap bahwa kondisi ini telah dikeluhkan sejak beberapa tahun terakhir. Namun sama sekali tidak ada respon. Baik dari pihak perusahaan ataupun aparatur setempat.

“Kami sudah gak tahan lagi dengan bau yang menyengat dari limbah pabrik yang mengaliri parit. Baru busuk bisa tercium sampai radius 500 meter, bagaimana pula warga yang bermukim hanya 50 meter dari PT SAS,” sebut Lela.

Biasanya pabrik yang mempekerjakan karyawannya tiga shift itu memuang limbahnya pada jam 7 pagi, pukul 3 sore, dan pukul 5 sore. Limbah buangan berwarna hitam dan menimbulkan aroma tak sedap, sehingga warga dan pengendara selalu tutup hidung kalau melintas.

“Itulah yang kami rasakan belakangan ini bang, kalau dulu waktu pabrik itu hanya mengupas udang dari perusahaan lain, limbahnya tidak begitu bau. Tapi sekarang pabrik itu mulai mengelola sendiri maka bau limbahnya semakin menjadi-jadi,” kata Lela.

Tak hanya itu, lanjut Lela, rembesan limbah dari pabrik itu juga membuat sumur warga berubah warna menjadi keruh seperti susu. “Bila air sumur dipakai untuk memasak, maka nasinya akan berubah menjadi biru dan rasanya tak enak. Kadang kadang airnya seperti biasa bang. Syukur aja sekarang tidak musim kemarau bang, jadi airnya tidak begitu keruh,” kesal Lela diamini warga lainnya.

Dahulu pernah warga mengadukan pada pihak Kecamatan dan pihak perusahaan. Karena warga menuntut agar pabrik menghentikan limbahnya, maka pihak perusahaan membuat dua petak tempat pembuangan limbah yang ditempatkan di dalam pabrik. “Memang dulu ada warga yang dibawa masuk ke dalam pabrik untuk melihat langsung pengolahan limbah,” sebut warga.

Tapi anehnya, limbah yang diolah di dalam bak penampungan terlihat bersih. Namun diparit warga airnya berwarna hitam, kalau memang limbah yang dialirkan ke parit warga tidak berbahaya, kenapa ikan dan keong yang biasa hidup di air tidak bisa hidup, heran warga.

Sama halnya dengan yang dirasakan Sigit Hermawan (40), pengendara yang kerap melintas didepan PT. SAS. “Kalau lewat sini gak usah heran baunya. Sudah jadi ciri khas,” ketus pria yang bekerja di pabrik kawasan KIM Mabar tersebut. (ian/ras)

Foto: Ian/PM
Pabrik pengolahan udang PT. Sari Ayu Anugerah Semesta (SAS) di kawasan Jalan Titi Pahlawan, Kel. Rengas Pulau, Medan Marelan, diprotes warga karena kerap menguarkan bau busuk.

MARELAN, SUMUTPOS.COLimbah pabrik pengolahan udang PT. Sari Ayu Anugerah Semesta (SAS) disoal warga, khususnya yang bermukim di kawasan Jalan Titi Pahlawan, Kel. Rengas Pulau, Medan Marelan.

Pasalnya, bau busuk yang berasal dari pengolahan limbah sangat menggangggu. Parahnya lagi, limbah pabrik mengalir ke parit. Dampaknya, sumur warga diduga ikut tercemar hingga dikhawatirkan menimbulkan penyakit kulit dan gangguan pernafasan.

Lela (48) warga setempat, Senin (10/7) siang, mengungkap bahwa kondisi ini telah dikeluhkan sejak beberapa tahun terakhir. Namun sama sekali tidak ada respon. Baik dari pihak perusahaan ataupun aparatur setempat.

“Kami sudah gak tahan lagi dengan bau yang menyengat dari limbah pabrik yang mengaliri parit. Baru busuk bisa tercium sampai radius 500 meter, bagaimana pula warga yang bermukim hanya 50 meter dari PT SAS,” sebut Lela.

Biasanya pabrik yang mempekerjakan karyawannya tiga shift itu memuang limbahnya pada jam 7 pagi, pukul 3 sore, dan pukul 5 sore. Limbah buangan berwarna hitam dan menimbulkan aroma tak sedap, sehingga warga dan pengendara selalu tutup hidung kalau melintas.

“Itulah yang kami rasakan belakangan ini bang, kalau dulu waktu pabrik itu hanya mengupas udang dari perusahaan lain, limbahnya tidak begitu bau. Tapi sekarang pabrik itu mulai mengelola sendiri maka bau limbahnya semakin menjadi-jadi,” kata Lela.

Tak hanya itu, lanjut Lela, rembesan limbah dari pabrik itu juga membuat sumur warga berubah warna menjadi keruh seperti susu. “Bila air sumur dipakai untuk memasak, maka nasinya akan berubah menjadi biru dan rasanya tak enak. Kadang kadang airnya seperti biasa bang. Syukur aja sekarang tidak musim kemarau bang, jadi airnya tidak begitu keruh,” kesal Lela diamini warga lainnya.

Dahulu pernah warga mengadukan pada pihak Kecamatan dan pihak perusahaan. Karena warga menuntut agar pabrik menghentikan limbahnya, maka pihak perusahaan membuat dua petak tempat pembuangan limbah yang ditempatkan di dalam pabrik. “Memang dulu ada warga yang dibawa masuk ke dalam pabrik untuk melihat langsung pengolahan limbah,” sebut warga.

Tapi anehnya, limbah yang diolah di dalam bak penampungan terlihat bersih. Namun diparit warga airnya berwarna hitam, kalau memang limbah yang dialirkan ke parit warga tidak berbahaya, kenapa ikan dan keong yang biasa hidup di air tidak bisa hidup, heran warga.

Sama halnya dengan yang dirasakan Sigit Hermawan (40), pengendara yang kerap melintas didepan PT. SAS. “Kalau lewat sini gak usah heran baunya. Sudah jadi ciri khas,” ketus pria yang bekerja di pabrik kawasan KIM Mabar tersebut. (ian/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/