25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bapak Guru Kerabat Penyanyi Judika Tewas Digilas Truk

Fitriani (46), warga Tembung Pasar 7 mengaku tidak menyangka jika korban harus mengalami kejadian tersebut. “Gak nyangka kali aku, bisa pula lah dia mengalami seperti ini,” ungkapnya sambil menangis saat berada di Ruang Forensik RSU dr Pirngadi Medan.

Ibu beranak 5 ini mengatakan, korban semasa hidupnya dikenal sebagai orang yang ramah, mudah bergaul, dan suka bercanda. “Orangnya baik, mudah bergaul, suka bercanda juga,” ujarnya sambil menangis. Guru Olahraga di SD Negeri 105292 Bandar Khalifah Jalan Mesjid ini mengatakan, dirinya terakhir berjumpa dengan korban pada hari Jumat yang lalu, saat berada di sekolah. “Hari Jumat lah terakhir kami jumpa di sekolah,” ujarnya.

Ketika disinggung tentang firasat yang buruk, Fitriani mengatakan saat bertemu pada hari Jumat yang lalu, korban berpenampilan dari yang biasanya. “Lain tampilannya, terlihat lebih ganteng dari biasanya, baru itu lah ku lihat dia ganteng kali,” ungkapnya.

Menurutnya, saat terakhir kali bertemu, korban mengenakan pakaian baju batik dengan berpenampilan rapi. “Baru itu lah ku lihat dia pakai baju batik, biasanya dia gak pernah pakai baju batik,” jelasnya.

Fitriani mengatakan, korban sedang dalam perjalanan menuju sekolah, namun sampai pukul 2 siang korban belum juga sampai di sekolah tersebut. “Dia masuk ngajar pelajaran kedua, masuknya jam 2, kami juga nunggu-nunggu kok belum datang juga,” ungkapnya.

Menurutnya, korban sering curhat kepadanya tentang masalah kerja, keluarga, dan lain-lain. “Dia (korban) sering curhat samaku, asal ada masalah selalu curhat

denganku,” ujarnya. Fitriani mengatakan dirinya sangat kompak dengan korban, sehingga korban tidak sungkan lagi untuk curhat dengannya. “Kami kompak kali, makanya dia selalu curhat denganku,” jelasnya.

Sementara itu, Rosalina Gultom (45), sesama guru, warga sekitar, mengatakan dirinya heran mengapa hari ini korban terlambat datang ke sekolah serta susah untuk dihubungi. “Aku heran juga, kenapa dia terlambat, dihubungi pun gak bisa, ternyata tewas dia,” ungkapnya saat berada di Ruang Forensik RSU dr

Pirngadi Medan. “Gak nyangka aku, tadi aja gak sanggup aku melihat jenazahnya,” jelasnya.

Sementara itu, menurut R Pardede (40) saudara korban, warga Jalan Menteng VII, mengatakan dirinya mendapat kabar dari saudaranya yang dihubungi polisi. “Aku dapat kabar dari tulangku yang ditelfon polisi, katanya korban tewas, jadi aku disuruh mencari tahu kebenarannya di rumah sakit,” ungkapnya.

Perempuan yang berprofesi sebagai bidan di salah satu puskesmas di Jalan Pasar Merah ini mengatakan, dirinya yang sudah melihat langsung, seketika langsung lemas, dengan menahan rasa haru dirinya pun langsung membenarkan kejadian tersebut kepada keluarga. “Udah ku lihat, memang betul itu, karena aku tanda sama pakaian dan sepatunya, langsung ku kabarin keluarga kami,” jelasnya.(mag2/mag3/mri/trg)

Fitriani (46), warga Tembung Pasar 7 mengaku tidak menyangka jika korban harus mengalami kejadian tersebut. “Gak nyangka kali aku, bisa pula lah dia mengalami seperti ini,” ungkapnya sambil menangis saat berada di Ruang Forensik RSU dr Pirngadi Medan.

Ibu beranak 5 ini mengatakan, korban semasa hidupnya dikenal sebagai orang yang ramah, mudah bergaul, dan suka bercanda. “Orangnya baik, mudah bergaul, suka bercanda juga,” ujarnya sambil menangis. Guru Olahraga di SD Negeri 105292 Bandar Khalifah Jalan Mesjid ini mengatakan, dirinya terakhir berjumpa dengan korban pada hari Jumat yang lalu, saat berada di sekolah. “Hari Jumat lah terakhir kami jumpa di sekolah,” ujarnya.

Ketika disinggung tentang firasat yang buruk, Fitriani mengatakan saat bertemu pada hari Jumat yang lalu, korban berpenampilan dari yang biasanya. “Lain tampilannya, terlihat lebih ganteng dari biasanya, baru itu lah ku lihat dia ganteng kali,” ungkapnya.

Menurutnya, saat terakhir kali bertemu, korban mengenakan pakaian baju batik dengan berpenampilan rapi. “Baru itu lah ku lihat dia pakai baju batik, biasanya dia gak pernah pakai baju batik,” jelasnya.

Fitriani mengatakan, korban sedang dalam perjalanan menuju sekolah, namun sampai pukul 2 siang korban belum juga sampai di sekolah tersebut. “Dia masuk ngajar pelajaran kedua, masuknya jam 2, kami juga nunggu-nunggu kok belum datang juga,” ungkapnya.

Menurutnya, korban sering curhat kepadanya tentang masalah kerja, keluarga, dan lain-lain. “Dia (korban) sering curhat samaku, asal ada masalah selalu curhat

denganku,” ujarnya. Fitriani mengatakan dirinya sangat kompak dengan korban, sehingga korban tidak sungkan lagi untuk curhat dengannya. “Kami kompak kali, makanya dia selalu curhat denganku,” jelasnya.

Sementara itu, Rosalina Gultom (45), sesama guru, warga sekitar, mengatakan dirinya heran mengapa hari ini korban terlambat datang ke sekolah serta susah untuk dihubungi. “Aku heran juga, kenapa dia terlambat, dihubungi pun gak bisa, ternyata tewas dia,” ungkapnya saat berada di Ruang Forensik RSU dr

Pirngadi Medan. “Gak nyangka aku, tadi aja gak sanggup aku melihat jenazahnya,” jelasnya.

Sementara itu, menurut R Pardede (40) saudara korban, warga Jalan Menteng VII, mengatakan dirinya mendapat kabar dari saudaranya yang dihubungi polisi. “Aku dapat kabar dari tulangku yang ditelfon polisi, katanya korban tewas, jadi aku disuruh mencari tahu kebenarannya di rumah sakit,” ungkapnya.

Perempuan yang berprofesi sebagai bidan di salah satu puskesmas di Jalan Pasar Merah ini mengatakan, dirinya yang sudah melihat langsung, seketika langsung lemas, dengan menahan rasa haru dirinya pun langsung membenarkan kejadian tersebut kepada keluarga. “Udah ku lihat, memang betul itu, karena aku tanda sama pakaian dan sepatunya, langsung ku kabarin keluarga kami,” jelasnya.(mag2/mag3/mri/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/