31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Para Penari Kelejotan Kesurupan, Turis Tercengang, Bagaimana Danau Toba?

Bagaimana cara “mengobati”? “Mintanya apa, ya dituruti, langsung pergi (roh yang merasuki sudah keluar dari tubuh penari, red). Tadi ada yang minta minum air kembang, ada yang minta rokok,” ujar Warsito, salah seorang pemuda setempat.

Menurut keterangan Sukamto (70), sesepuh Desa Lencoh, pentas kesenian berbau mistis itu semata untuk melestarikan budaya peninggalan para leluhur desa setempat.

Mantan Kades selama 32 tahun itu cerita, biasanya yang merasuki tubuh para penari juga bukan “sosok” yang tidak asing bagi warga setempat. “Seperti Mbah Petruk dan kawan-kawannya,” kata Sukamto. Mbah Petruk, berdasar mitos, merupakan salah satu “penunggu” Gunung Merapi.

Bahkan, lanjutnya, terkadang ucapan-ucapan yang disampaikan oleh penari yang kesurupan, berupa kalimat wejangan dan peringatan. “Pernah terjadi bencana, yang sebelumnya sudah disampaikan oleh penari yang kesurupan. Iki bener, aku ora ngarang (ini benar, saya tidak mengarang, red),” ucapnya.

Warga di sana memang sadar betul, bahwa atraksi seni budaya tradisional lah yang diminati para bule. Sampai-sampai, seluruh desa yang ada di Kecamatan Selo, seluruhnya punya kelompok kesenian, dengan ciri khas masing-masing. Bahkan, Desa Samiran misalnya, punya 58 kelompok kesenian.“Setiap saat siap dipanggil untuk pentas di depan para bule,” ujar Ketua Desa Wisata Dewi Santi, Haris Budiarto, saat ditemui koran ini di rumahnya, di desa tersebut, Minggu (10/7).

Lantas, sudah siapkah warga sekitar Danau Toba menyuguhkan atraksi-atraksi yang unik, yang membuat para bule tercengang? Jika tidak, jangan salahkan jika hanya sedikit saja dolar dari kantong para pelancong itu yang menetes ke warga sekitar Danau Toba. (*)

Bagaimana cara “mengobati”? “Mintanya apa, ya dituruti, langsung pergi (roh yang merasuki sudah keluar dari tubuh penari, red). Tadi ada yang minta minum air kembang, ada yang minta rokok,” ujar Warsito, salah seorang pemuda setempat.

Menurut keterangan Sukamto (70), sesepuh Desa Lencoh, pentas kesenian berbau mistis itu semata untuk melestarikan budaya peninggalan para leluhur desa setempat.

Mantan Kades selama 32 tahun itu cerita, biasanya yang merasuki tubuh para penari juga bukan “sosok” yang tidak asing bagi warga setempat. “Seperti Mbah Petruk dan kawan-kawannya,” kata Sukamto. Mbah Petruk, berdasar mitos, merupakan salah satu “penunggu” Gunung Merapi.

Bahkan, lanjutnya, terkadang ucapan-ucapan yang disampaikan oleh penari yang kesurupan, berupa kalimat wejangan dan peringatan. “Pernah terjadi bencana, yang sebelumnya sudah disampaikan oleh penari yang kesurupan. Iki bener, aku ora ngarang (ini benar, saya tidak mengarang, red),” ucapnya.

Warga di sana memang sadar betul, bahwa atraksi seni budaya tradisional lah yang diminati para bule. Sampai-sampai, seluruh desa yang ada di Kecamatan Selo, seluruhnya punya kelompok kesenian, dengan ciri khas masing-masing. Bahkan, Desa Samiran misalnya, punya 58 kelompok kesenian.“Setiap saat siap dipanggil untuk pentas di depan para bule,” ujar Ketua Desa Wisata Dewi Santi, Haris Budiarto, saat ditemui koran ini di rumahnya, di desa tersebut, Minggu (10/7).

Lantas, sudah siapkah warga sekitar Danau Toba menyuguhkan atraksi-atraksi yang unik, yang membuat para bule tercengang? Jika tidak, jangan salahkan jika hanya sedikit saja dolar dari kantong para pelancong itu yang menetes ke warga sekitar Danau Toba. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/