33 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Tito Sudah Siapkan Pengganti

Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pernyataan mengejutkan terlontar dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Di sela-sela acara peringatan HUT ke-71 Bhayangkara, Tito mengatakan bakal pensiun dini. Tito memilih mengesampingkan peluang menjadi Kapolri terlama, lantaran masih memiliki waktu lima tahun lagi untuk pensiun.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku tidak terlalu kaget dengan pernyataan Tito tersebut. Pasalnya menurut Neta, sejak empat bulan lalu Tito sudah berniat mundur dan mengakhiri karirnya di kepolisian. Bahkan lulusan Akademi Kepolisian 1987 ini sudah menyiapkan penggantinya.

“Empat bulan lalu saat ngobrol-ngobrol di rumah dinasnya, dia sudah niat pensiun dini,” ujar Neta kepada JawaPos.com (grup Sumut Pos), Selasa (11/7).

Tak hanya itu, Tito juga sempat menunjukan siapa saja kiranya yang pas menggantikan dia bila pensiun dini. “Pak Tito juga sempat memaparkan beberapa Perwira Tinggi (Pati) yang dianggapnya layak menjadi Kapolri. Tapi saat itu saya tidak menanggapinya dengan serius karena bagi saya setiap pejabat harus siap diganti kapan saja,” sambung dia.

Apalagi kata dia, Tito sudah melakukan berbagai penataan di internal Polri, termasuk menyiapkan proses kaderisasi di tubuh korps Bhayangkara. “Dalam pandangan IPW, situasi Polri saat ini sangat solid. Duet Tito-Syafruddin adalah duet ideal antar Akpol 87 dan 85,” kata Neta.

Dimana, kata Neta, Jenderal Tito sebagai Adimakayasa 87 tampil dengan kemampuan profesionalnya yang kemudian di-backup oleh syafruddin sebagai figur yang disegani para senior maupun junior di kepolisian.

Keduanya kata Neta relatif ideal dalam menjalankan lokomotif maupun gerbong kepolisian menuju polri profesional. Neta juga menuturkan, setiap polisi yang berada di posisi Kapolri pasti selalu mendapat tekanan yang membuat stress. Tentunya hal ini sangat manusiawi.

“Saya pikir stress itu hal biasa. Meskipun saat Tito memimpin, Polri banyak menghadapi masalah, dari kasusu SARA hingga terorisme,” papar dia.

Terkait adanya isu yang menyebutkan bahwa posisi Tito banyak digoyang oleh kalangan internal Polri, Neta menjawab, hal itu tentu tidak mustahil. “Kalau ada yang menggoyang posisi Kapolri itu biasa. Setiap jabatan tinggi publik pasti ada goyangan. Presiden saja digoyang apalagi Kapolri,” paparnya.

Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad merespon rencana pensiun dini Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Menurut Politikus PAN ini, beban kerja berat dan stres sudah risiko jadi pemimpin di korps Bhayangkara. “Kalau Kapolri menyatakan dirinya stres dengan beban yang ada, itu risiko dari jabatan,” ujar Daeng di Kompleks Parlemen, Selasa (11/7).

Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pernyataan mengejutkan terlontar dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Di sela-sela acara peringatan HUT ke-71 Bhayangkara, Tito mengatakan bakal pensiun dini. Tito memilih mengesampingkan peluang menjadi Kapolri terlama, lantaran masih memiliki waktu lima tahun lagi untuk pensiun.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku tidak terlalu kaget dengan pernyataan Tito tersebut. Pasalnya menurut Neta, sejak empat bulan lalu Tito sudah berniat mundur dan mengakhiri karirnya di kepolisian. Bahkan lulusan Akademi Kepolisian 1987 ini sudah menyiapkan penggantinya.

“Empat bulan lalu saat ngobrol-ngobrol di rumah dinasnya, dia sudah niat pensiun dini,” ujar Neta kepada JawaPos.com (grup Sumut Pos), Selasa (11/7).

Tak hanya itu, Tito juga sempat menunjukan siapa saja kiranya yang pas menggantikan dia bila pensiun dini. “Pak Tito juga sempat memaparkan beberapa Perwira Tinggi (Pati) yang dianggapnya layak menjadi Kapolri. Tapi saat itu saya tidak menanggapinya dengan serius karena bagi saya setiap pejabat harus siap diganti kapan saja,” sambung dia.

Apalagi kata dia, Tito sudah melakukan berbagai penataan di internal Polri, termasuk menyiapkan proses kaderisasi di tubuh korps Bhayangkara. “Dalam pandangan IPW, situasi Polri saat ini sangat solid. Duet Tito-Syafruddin adalah duet ideal antar Akpol 87 dan 85,” kata Neta.

Dimana, kata Neta, Jenderal Tito sebagai Adimakayasa 87 tampil dengan kemampuan profesionalnya yang kemudian di-backup oleh syafruddin sebagai figur yang disegani para senior maupun junior di kepolisian.

Keduanya kata Neta relatif ideal dalam menjalankan lokomotif maupun gerbong kepolisian menuju polri profesional. Neta juga menuturkan, setiap polisi yang berada di posisi Kapolri pasti selalu mendapat tekanan yang membuat stress. Tentunya hal ini sangat manusiawi.

“Saya pikir stress itu hal biasa. Meskipun saat Tito memimpin, Polri banyak menghadapi masalah, dari kasusu SARA hingga terorisme,” papar dia.

Terkait adanya isu yang menyebutkan bahwa posisi Tito banyak digoyang oleh kalangan internal Polri, Neta menjawab, hal itu tentu tidak mustahil. “Kalau ada yang menggoyang posisi Kapolri itu biasa. Setiap jabatan tinggi publik pasti ada goyangan. Presiden saja digoyang apalagi Kapolri,” paparnya.

Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad merespon rencana pensiun dini Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Menurut Politikus PAN ini, beban kerja berat dan stres sudah risiko jadi pemimpin di korps Bhayangkara. “Kalau Kapolri menyatakan dirinya stres dengan beban yang ada, itu risiko dari jabatan,” ujar Daeng di Kompleks Parlemen, Selasa (11/7).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/