25.6 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Rombongan Pendeta Marah, Kaca di Bandara Pecah

Foto: Manahan/PM Pertemuan antara penumpang, duty manajer, pihak Lion Air, serta petugas AVSEC, di ruangan duty manajer bandara Kualanamu, terkait pengunduran penerbangan rombongan para pendeta, Selasa (12/11).
Foto: Manahan/PM
Pertemuan antara penumpang, duty manajer, pihak Lion Air, serta petugas AVSEC, di ruangan duty manajer bandara Kualanamu, terkait pengunduran penerbangan rombongan para pendeta, Selasa (12/11).

 

KUALANAMU, SUMUTPOS.CO – Penerbangan ke Nias delay, bahkan kemudian tidak dapat seat, membuat rombongan pendeta yang akan menghadiri Sidang Raya PGI di Nias, emosi. Para pendeta ini membuat suasana di Bandara Kualanamu tegang. Kaca pembatas ruangan transit (transfer desk) pecah setelah digedor-gedor, Selasa (11/11) siang.

Kehebohan itu membuat para penumpang yang ada di ruang tunggu domestik Bandara Kualanamu, kaget. Oetugas AVSEC harus turun tangan dan membawa rombongan pendeta, di antaranya J. Marbun dan Malianus Kakilay, dan seorang di antaranya perempuan, ke ruangan Duty Manager Airport di Lantai III bandara.

Pendeta J Marbun, kepada wartawan menuturkan, mereka berangkat dari Jakarta naik Lion Air pukul 02.00 dan tiba di Bandara Kualanamu sekitar pukul 06.00 WIB. “Saat transit, kami harus turun dari pesawat yang membawa kami dari Jakarta untuk melapor pada petugas di KNIA. Saat melapor tersebut itulah awal terjadi keributan. Pertama, di tiket disebut berangkat pukul 08.00, ternyata setelah check in, tidak semua dapat seat (tempat duduk),” katanya.

Yang bisa terbang hanya tiga orang, padahal sesuai yang tertera di tiket, kami berempat disebut berangkat. “Yang berangkat anggota, sementara saya pimpinan rombongan tidak. Bagaimana anggota saya berangkat ke Nias sementara pimpinan rombongan tidak berangkat?” jelas Marbun.

Akhirnya perdebatan terjadi. Belakangan, disepakati kalau mereka akan diberangkatkan semua pukul 09.00 WIB.

“Mendapatkan penjelasan bahwa kami akan berangkat semua, kamipun tenang. Tiba-tiba petugas maskapai datang lagi dan mengatakan bahwa keberangkatan kami diubah (delay) ke pukul 11.00 WIB. Ironisnya, petugas itu mengatakan kepada kami bahwa tidak semua berangkat, hanya satu orang. Siapa yang tidak emosi dengan perlakuan demikian?” terang Marbun.

Parahnya lagi, kata dia, petugas Lioan Air mempersalahkan mereka. ”Kenapa waktu diberangkatkan tiga orang tidak mau terbang, sekarang minta lagi semua diberangkatkan, gitu katanya,” jelas Marbun menirukan perkataan salah seorang petugas Lion Air.

“Siapa yang tidak emosi? Padahal mereka yang undur dan mereka yang mengatakan kami pukul 11.00 WIB terbang. Tiba-tiba mereka yang marah pada kami,” papar Marbun lagi.

Kejadian itu membuatnya rekannya Malianus Kakilay protes, dan meggedor-gedor ruangan yang ada dan jatuh kaca hingga pecah.

“Kami berangkat ke Nias karena sangat penting, yakni menghadiri sidang Raya Persatuan Gereja Indonesia (PGI) yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla hari ini. Kalau terlambat begini, apa lagi gunanya sampai ke sana, sudah terlambat pembukaan sidang tersebut yang dianggap sangat penting,” kesal Marbun.

Senada, Malianus Kakilay mengaku sangkin kesalnya dibodoh-bodohi pihak Lion Air, langsung tangannya menggedor-gedor dinding sehingga kaca yang ada jatuh dan pecah. ”Pecahnya tidak disengaja dan tidak diniatkan,” jelasnya.

Untuk menengahi, rombongan Marbun dan PT. AP II menggelar pertemuan. PT AP II diwakili Duty Manager Jasirin dan Asisten Manager, Pendi, menyesalkan kejadian tersebut. Namun demikian pihaknya juga memohon maaf atas keterlambatan tersebut. “Sebab setiap pesawat pasti ada keterlambatan dan itu diatur dengan UU perhubungan. Namun penumpang tidak sabar,” ujarnya.

Menurut Pendi, persoalan tersebut tidak lagi dilihat dari awal siapa yang salah dan benar. “Jelas, cuman ada dua solusi. Tiket dikembalikan dan diganti dengan uang, atau diberangkatkan ke Nias,” tambahnya.

Setelah berdiskusi panjang dan alot, empat penumpang yang sudah emosi diberangkatkan dengan pesawat Wings Air IW1262 pukul 14.30 WIB. Sementara, Jasirin menjelaskan ruangan yang pecah wajib diganti. “Tidak mahallah, Cuma itu kan fasilitas AP II, punya negara. Terserah mau siapa yang ganti, penumpang atau pihak Lion Air. Kalau tidak diganti kita akan kita teruskan ke aparat hukum. Infonya pihak Lion Air yang ganti, tetapi kita tunggulah kabarnya,” sebut Jasirin.

Sementara, Pak Lase, salah seorang Panitia Sidang Raya XVI PGI yang ditemui di Posko Sekretariat Medan di Lantai I kedatangan domestik KNIA, mengakui keributan rombongan pendeta itu. “Kita di sini memberikan fasilitas tempat istirahat dan info sehingga mereka tidak tersesat. Bila perlu menemani check in. Soal keterlambatan tiket dan jenis lain, tidak diurus panitia,” jelasnya.

Lase juga mengakui empat penumpang dari Jakarta itu sempat mampir ke posko mereka sekira setengah jam, lalu berangkat ke tujuan mereka.

Memang, sambung Lase, semua penerbangan tujuan Nias sempat tertunda. “Kemungkinan karena banyaknya tujuan penerbangan karena acara di sana. Atau karena masuknya rombongan wakil Presiden RI. Namun semua penumpang tujuan Nias bisa mendapatkan info di sekretariat ini dan bisa beristirahat kalau ada penundaan penerbangan,” sebutnya.

Disoal acara, menurut Lase berlangsung sejak tanggal 5-16 Nov 2014. “Kalau hari ini hanya pembukaan, yang urgennya pada hari berikutnya. Acara masih panjang tidak perlu tergesa-gesa,” tegasnya.(cr1/trg)

Foto: Manahan/PM Pertemuan antara penumpang, duty manajer, pihak Lion Air, serta petugas AVSEC, di ruangan duty manajer bandara Kualanamu, terkait pengunduran penerbangan rombongan para pendeta, Selasa (12/11).
Foto: Manahan/PM
Pertemuan antara penumpang, duty manajer, pihak Lion Air, serta petugas AVSEC, di ruangan duty manajer bandara Kualanamu, terkait pengunduran penerbangan rombongan para pendeta, Selasa (12/11).

 

KUALANAMU, SUMUTPOS.CO – Penerbangan ke Nias delay, bahkan kemudian tidak dapat seat, membuat rombongan pendeta yang akan menghadiri Sidang Raya PGI di Nias, emosi. Para pendeta ini membuat suasana di Bandara Kualanamu tegang. Kaca pembatas ruangan transit (transfer desk) pecah setelah digedor-gedor, Selasa (11/11) siang.

Kehebohan itu membuat para penumpang yang ada di ruang tunggu domestik Bandara Kualanamu, kaget. Oetugas AVSEC harus turun tangan dan membawa rombongan pendeta, di antaranya J. Marbun dan Malianus Kakilay, dan seorang di antaranya perempuan, ke ruangan Duty Manager Airport di Lantai III bandara.

Pendeta J Marbun, kepada wartawan menuturkan, mereka berangkat dari Jakarta naik Lion Air pukul 02.00 dan tiba di Bandara Kualanamu sekitar pukul 06.00 WIB. “Saat transit, kami harus turun dari pesawat yang membawa kami dari Jakarta untuk melapor pada petugas di KNIA. Saat melapor tersebut itulah awal terjadi keributan. Pertama, di tiket disebut berangkat pukul 08.00, ternyata setelah check in, tidak semua dapat seat (tempat duduk),” katanya.

Yang bisa terbang hanya tiga orang, padahal sesuai yang tertera di tiket, kami berempat disebut berangkat. “Yang berangkat anggota, sementara saya pimpinan rombongan tidak. Bagaimana anggota saya berangkat ke Nias sementara pimpinan rombongan tidak berangkat?” jelas Marbun.

Akhirnya perdebatan terjadi. Belakangan, disepakati kalau mereka akan diberangkatkan semua pukul 09.00 WIB.

“Mendapatkan penjelasan bahwa kami akan berangkat semua, kamipun tenang. Tiba-tiba petugas maskapai datang lagi dan mengatakan bahwa keberangkatan kami diubah (delay) ke pukul 11.00 WIB. Ironisnya, petugas itu mengatakan kepada kami bahwa tidak semua berangkat, hanya satu orang. Siapa yang tidak emosi dengan perlakuan demikian?” terang Marbun.

Parahnya lagi, kata dia, petugas Lioan Air mempersalahkan mereka. ”Kenapa waktu diberangkatkan tiga orang tidak mau terbang, sekarang minta lagi semua diberangkatkan, gitu katanya,” jelas Marbun menirukan perkataan salah seorang petugas Lion Air.

“Siapa yang tidak emosi? Padahal mereka yang undur dan mereka yang mengatakan kami pukul 11.00 WIB terbang. Tiba-tiba mereka yang marah pada kami,” papar Marbun lagi.

Kejadian itu membuatnya rekannya Malianus Kakilay protes, dan meggedor-gedor ruangan yang ada dan jatuh kaca hingga pecah.

“Kami berangkat ke Nias karena sangat penting, yakni menghadiri sidang Raya Persatuan Gereja Indonesia (PGI) yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla hari ini. Kalau terlambat begini, apa lagi gunanya sampai ke sana, sudah terlambat pembukaan sidang tersebut yang dianggap sangat penting,” kesal Marbun.

Senada, Malianus Kakilay mengaku sangkin kesalnya dibodoh-bodohi pihak Lion Air, langsung tangannya menggedor-gedor dinding sehingga kaca yang ada jatuh dan pecah. ”Pecahnya tidak disengaja dan tidak diniatkan,” jelasnya.

Untuk menengahi, rombongan Marbun dan PT. AP II menggelar pertemuan. PT AP II diwakili Duty Manager Jasirin dan Asisten Manager, Pendi, menyesalkan kejadian tersebut. Namun demikian pihaknya juga memohon maaf atas keterlambatan tersebut. “Sebab setiap pesawat pasti ada keterlambatan dan itu diatur dengan UU perhubungan. Namun penumpang tidak sabar,” ujarnya.

Menurut Pendi, persoalan tersebut tidak lagi dilihat dari awal siapa yang salah dan benar. “Jelas, cuman ada dua solusi. Tiket dikembalikan dan diganti dengan uang, atau diberangkatkan ke Nias,” tambahnya.

Setelah berdiskusi panjang dan alot, empat penumpang yang sudah emosi diberangkatkan dengan pesawat Wings Air IW1262 pukul 14.30 WIB. Sementara, Jasirin menjelaskan ruangan yang pecah wajib diganti. “Tidak mahallah, Cuma itu kan fasilitas AP II, punya negara. Terserah mau siapa yang ganti, penumpang atau pihak Lion Air. Kalau tidak diganti kita akan kita teruskan ke aparat hukum. Infonya pihak Lion Air yang ganti, tetapi kita tunggulah kabarnya,” sebut Jasirin.

Sementara, Pak Lase, salah seorang Panitia Sidang Raya XVI PGI yang ditemui di Posko Sekretariat Medan di Lantai I kedatangan domestik KNIA, mengakui keributan rombongan pendeta itu. “Kita di sini memberikan fasilitas tempat istirahat dan info sehingga mereka tidak tersesat. Bila perlu menemani check in. Soal keterlambatan tiket dan jenis lain, tidak diurus panitia,” jelasnya.

Lase juga mengakui empat penumpang dari Jakarta itu sempat mampir ke posko mereka sekira setengah jam, lalu berangkat ke tujuan mereka.

Memang, sambung Lase, semua penerbangan tujuan Nias sempat tertunda. “Kemungkinan karena banyaknya tujuan penerbangan karena acara di sana. Atau karena masuknya rombongan wakil Presiden RI. Namun semua penumpang tujuan Nias bisa mendapatkan info di sekretariat ini dan bisa beristirahat kalau ada penundaan penerbangan,” sebutnya.

Disoal acara, menurut Lase berlangsung sejak tanggal 5-16 Nov 2014. “Kalau hari ini hanya pembukaan, yang urgennya pada hari berikutnya. Acara masih panjang tidak perlu tergesa-gesa,” tegasnya.(cr1/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/