34.5 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Penumpang Heli Hilang di Samosir Itu Ternyata Paman dan Ponakan

Heli-pkSLEMAN, SUMUTPOS.CO – Tangis pecah saat sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan sebuah rumah di Dusun Tegal Boyan Purwomartani RT 4/II Kalasan Sleman, Senin (12/10) siang. Dua orang perempuan yang keluar dari mobil itu tak kuasa menahan kesedihannya hingga harus dipapah masuk ke dalam rumah.

“Itu tante dan ibunya Frans,” kata Benediktus Suryo Saputra, 29, kerabat dua korban penumpang helikopter Eurocopter EC-130 bernomor registrasi PK BKA milik PT Penerbangan Angkasa Semesta yang dinyatakan hilang kontak di wilayah Sumatera Utara pada Minggu (11/10) pukul 12.20 WIB.

Dua penumpang dalam helikopter nahas itu adalah paman dan keponakan. Yaitu Nur Harianto (46) dan Fransiskus Subihardayan, (22).

Keduanya sama-sama bekerja sebagai teknisi helikopter di PT  Penerbangan Alam Semesta, Surabaya. “Rencananya mau ke Medan, karena pekerjaannya di bagian transportasi, teknisi pesawat,” kata Esti Maryanto, 48 bibi dari Fransiskus kepada Radar Jogja (Jawa Pos Group).

Menurutnya, pihak keluarga mengetahui kabar hilangnya paman dan keponakan itu  dari televisi pada Minggu (11/10) siang. “Ibunya Frans tahu dari televisi kemarin, dia masih shocked (terguncang, red). Sementara ini belum ada yang menghubungi, baik dari pemerintah atau pihak perusahaan,” imbuhnya.

Esti mengungkapkan, Nur Harianto sekitar sepekan lalu baru berkunjung ke Tegal Boyan. Sedangkan sang keponakan terakhir kali pulang ke rumah kira-kira sebulan sebelumnya.

“Frans terakhir mungkin sebulan lalu. Kalau Mas Hari keluarganya di Surabaya,” ujarnya mengingat-ingat.

Fransiskus Subihardayan merupakan anak pasangan veteran almarhum Sunarto dan Sri Handayani. Ia menyelesaikan pendidikannya di STM Penerbangan Yogyakarta pada 2011 lalu.

Selanjutnya, selepas lulus ia pernah bekerja sebagai teknisi helikopter di Surabaya, Papua, Kalimantan hingga tiga bulan terakhir belakangan berada di Medan, Sumatera Utara.

Esti menambahkan, pihak keluarga berharap segera mendapatkan kejelasan mengenai kabar hilangnya pesawat helikopter yang ditumpangi dua saudara mereka itu.

Hal yang sama juga diungkapkan Prawignyo Sri Winoto (73), bibi dari Nur Harianto. Ia berharap, paman dan ponakan itu bisa kembali dengan selamat.

“Mas Nur anaknya masih kecil-kecil. Frans anak tunggal, baik, kalem. Semoga bisa kembali dengan selamat,” ungkapnya.

Heli-pkSLEMAN, SUMUTPOS.CO – Tangis pecah saat sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan sebuah rumah di Dusun Tegal Boyan Purwomartani RT 4/II Kalasan Sleman, Senin (12/10) siang. Dua orang perempuan yang keluar dari mobil itu tak kuasa menahan kesedihannya hingga harus dipapah masuk ke dalam rumah.

“Itu tante dan ibunya Frans,” kata Benediktus Suryo Saputra, 29, kerabat dua korban penumpang helikopter Eurocopter EC-130 bernomor registrasi PK BKA milik PT Penerbangan Angkasa Semesta yang dinyatakan hilang kontak di wilayah Sumatera Utara pada Minggu (11/10) pukul 12.20 WIB.

Dua penumpang dalam helikopter nahas itu adalah paman dan keponakan. Yaitu Nur Harianto (46) dan Fransiskus Subihardayan, (22).

Keduanya sama-sama bekerja sebagai teknisi helikopter di PT  Penerbangan Alam Semesta, Surabaya. “Rencananya mau ke Medan, karena pekerjaannya di bagian transportasi, teknisi pesawat,” kata Esti Maryanto, 48 bibi dari Fransiskus kepada Radar Jogja (Jawa Pos Group).

Menurutnya, pihak keluarga mengetahui kabar hilangnya paman dan keponakan itu  dari televisi pada Minggu (11/10) siang. “Ibunya Frans tahu dari televisi kemarin, dia masih shocked (terguncang, red). Sementara ini belum ada yang menghubungi, baik dari pemerintah atau pihak perusahaan,” imbuhnya.

Esti mengungkapkan, Nur Harianto sekitar sepekan lalu baru berkunjung ke Tegal Boyan. Sedangkan sang keponakan terakhir kali pulang ke rumah kira-kira sebulan sebelumnya.

“Frans terakhir mungkin sebulan lalu. Kalau Mas Hari keluarganya di Surabaya,” ujarnya mengingat-ingat.

Fransiskus Subihardayan merupakan anak pasangan veteran almarhum Sunarto dan Sri Handayani. Ia menyelesaikan pendidikannya di STM Penerbangan Yogyakarta pada 2011 lalu.

Selanjutnya, selepas lulus ia pernah bekerja sebagai teknisi helikopter di Surabaya, Papua, Kalimantan hingga tiga bulan terakhir belakangan berada di Medan, Sumatera Utara.

Esti menambahkan, pihak keluarga berharap segera mendapatkan kejelasan mengenai kabar hilangnya pesawat helikopter yang ditumpangi dua saudara mereka itu.

Hal yang sama juga diungkapkan Prawignyo Sri Winoto (73), bibi dari Nur Harianto. Ia berharap, paman dan ponakan itu bisa kembali dengan selamat.

“Mas Nur anaknya masih kecil-kecil. Frans anak tunggal, baik, kalem. Semoga bisa kembali dengan selamat,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/