Fenomena Bomber Perempuan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Kholil Quomas mengutuk keras bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja. Fenomena bomber perempuan disoroti.
Yaqut meminta aparat kepolisian segera menangani kasus ini, terutama jemaat atau masyarakat yang menjadi korban, baik meninggal maupun luka-luka. Selanjutnya pihaknya meminta Polri mengusut cepat kasus bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela dan melakukan langkah-langkah taktis terkait peristiwa ini.
“Kami minta aparat bertindak cepat untuk menangani kasus ini, memberikan jaminan keamanan dan rasa aman kepada masyarakat. Kami mendukung langkah tegas polisi dalam menangani aksi terorisme karena perbuatan mereka keji,” Gus Yaqut, sapaan akrabnya.
Menurut Gus Yaqut, aksi bom bunuh diri tersebut diduga kuat merupakan aksi lone wolf, jaringan atau sel terputus teroris. Yang menarik, masih kata Gus Yaqut, ada fenomena aksi lone wolf ini dilakukan kaum perempuan.
“Mereka terpapar radikalisme dan terorisme dari media sosial. Mereka bergerak sendiri, meski berbaiat dengan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD). Sebab itu mereka bisa membuat bom dan taktis dalam bergerak. Mereka akan terus melakukan teror. Saya melihat ini sudah darurat terorisme. Kejadian demi kejadian terus terjadi,” ujar Yaqut.
Sementara pengamat terorisme Harits Abu Ulya menilai aksi teror bom bunuh diri di Surabaya telah direncanakan sejak lama. Menurutnya, aksi teror di tiga gereja itu juga tergorganisasi secara baik.
Harits mengatakan, berdasar pemilihan tempat dan bom yang digunakan maka pelakunya pasti sudah lama merencanakannya. “Karena butuh perakitan bom secara cermat, butuh orang yang punya kemampuan untuk merakit termasuk penyiapan bahan bom,” ujar dia, Minggu (13/5).
Selain itu, sambungnya, butuh waktu lama untuk menyiapkan pelaku bom bunuh diri atau yang lebih dikenal dengan istilah pengantin. Namun, pemilihan perempuan sebagai pelaku pengeboman bukanlah hal baru.
“Dilihat dari kasus tahun lalu rencana bom panci, calon pengantin adalah wanita. Dan memang ada beberapa wanita yang siap menjadi pengantin,” tambahnya.
Untuk motifnya, Harist meyakini pelaku teror ingin menunjukan eksistensi kelompoknya di Indonesia. Meski demikian dia mendorong Polri segera mengungkapnya. “Spekulasi pasti berkembang liar di publik jika ini tidak segra terungkap. Semoga polisi segera mengungkap dan diketahui siapa aktor di balik aksi ini,” tandas dia. (bbs/mea)