27.8 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Belajar Merakit Bom Melalui Online

Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Kapolda Jatim Irjen Mahfud Arifin saat mengunjungi Ruang Jenazah RS Bhayangkara.

SUMUTPOS.CO – Aksi keji melalui bom bunuh diri terjadi di sejumlah titik di Kota Surabaya, dilakukan oleh tiga keluarga. Dari mana mereka bisa merakit bom?

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, tiga keluarga yang terlibat aksi teror itu berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Surabaya. “Ini tiga keluarga, baik (yang) di Mapolrestabes, rusunawa, dan gereja, semuanya terkoneksi,” terang Tito usai memantau kondisi Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5) petang.

Tito menegaskan, pihaknya terus berupaya melakukan penangkapan. Tito memastikan bahwa sudah ada tujuh pelaku yang ditangkap dan satu orang ditembak mati. Soal bom, para pelaku belajar melalui online. “Mereka membuat bom dengan online training,” terangnya.

Oleh sebab itu, Polri berharap agar seluruh komponen memberi perhatian terhadap media-media sosial. Menurut Tito, banyak informasi dari website radikal, termasuk info-info soal tata cara merakit bom. Informasi itu, katanya banyak bersliweran di dunia maya. “Mereka banyak belajar dari online cara buat TATP (triacetone triperoxide),” jelas alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1987 tersebut.

Mengenai motif, Kapolri menjelaskan serangan dilakukan karena adanya instruksi dari ISIS sentral. “ISIS terdesak, kemudian memerintahkan sel lainnya untuk bergerak,” ungkap Kapolri.

“Kita tahu, selain serangan di Surabaya, juga ada serangan di Paris di hari Minggu yang lalu, pelakunya ditembak mati oleh polisi. Di tingkat lokal, saya menyampaikan diduga pembalasan dari kelompok JAD karena pemimpinnya, Aman Abdurrahman, yang ditahan dalam kasus pendanaan dan pelatihan paramiliter bersenjata di Aceh, kemudian yang bersangkutan divonis dan harusnya keluar bulan Agustus lalu kemudian ditangkap kembali karena diduga keras terkait dengan perencanaan, pendanaan, kasus bom Thamrin di Jakarta awal tahun 2016,” imbuh Kapolri.

Kepemimpinan Aman kemudian dialihkan kepada tokoh pimpinan JAD Jawa Timur yang bernama Zaenal Anshori. Zaenal beberapa minggu kemudian ditangkap oleh Mabes Polri dalam kaitan dengan pendanaan untuk memasukkan senjata api dari Filipina selatan ke Indonesia.

“Otomatis proses hukum yang bersangkutan dan itu membuat kelompok-kelompok jaringan JAD yang ada di Jawa Timur, termasuk yang ada di Surabaya ini, memanas dan ingin melakukan pembalasan,” terang Kapolri.

Kapolri pun kemudian mengungkap alasan JAD sel Jawa Timur tersebut menyerang Surabaya dan Sidoarjo. “Yang nanya kenapa aksinya di Surabaya, ya karena mereka menguasai daerah ini. Kenapa mereka melakukan ini, karena pimpinan mereka di Jawa Timur ditangkap, selain Aman Abdurrahman ditahan di Mako Brimob, juga karena instruksi dari ISIS sentral yang terdesak,” pungkasnya. (mag-01/bbs/mea)

 

Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Kapolda Jatim Irjen Mahfud Arifin saat mengunjungi Ruang Jenazah RS Bhayangkara.

SUMUTPOS.CO – Aksi keji melalui bom bunuh diri terjadi di sejumlah titik di Kota Surabaya, dilakukan oleh tiga keluarga. Dari mana mereka bisa merakit bom?

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, tiga keluarga yang terlibat aksi teror itu berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Surabaya. “Ini tiga keluarga, baik (yang) di Mapolrestabes, rusunawa, dan gereja, semuanya terkoneksi,” terang Tito usai memantau kondisi Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5) petang.

Tito menegaskan, pihaknya terus berupaya melakukan penangkapan. Tito memastikan bahwa sudah ada tujuh pelaku yang ditangkap dan satu orang ditembak mati. Soal bom, para pelaku belajar melalui online. “Mereka membuat bom dengan online training,” terangnya.

Oleh sebab itu, Polri berharap agar seluruh komponen memberi perhatian terhadap media-media sosial. Menurut Tito, banyak informasi dari website radikal, termasuk info-info soal tata cara merakit bom. Informasi itu, katanya banyak bersliweran di dunia maya. “Mereka banyak belajar dari online cara buat TATP (triacetone triperoxide),” jelas alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1987 tersebut.

Mengenai motif, Kapolri menjelaskan serangan dilakukan karena adanya instruksi dari ISIS sentral. “ISIS terdesak, kemudian memerintahkan sel lainnya untuk bergerak,” ungkap Kapolri.

“Kita tahu, selain serangan di Surabaya, juga ada serangan di Paris di hari Minggu yang lalu, pelakunya ditembak mati oleh polisi. Di tingkat lokal, saya menyampaikan diduga pembalasan dari kelompok JAD karena pemimpinnya, Aman Abdurrahman, yang ditahan dalam kasus pendanaan dan pelatihan paramiliter bersenjata di Aceh, kemudian yang bersangkutan divonis dan harusnya keluar bulan Agustus lalu kemudian ditangkap kembali karena diduga keras terkait dengan perencanaan, pendanaan, kasus bom Thamrin di Jakarta awal tahun 2016,” imbuh Kapolri.

Kepemimpinan Aman kemudian dialihkan kepada tokoh pimpinan JAD Jawa Timur yang bernama Zaenal Anshori. Zaenal beberapa minggu kemudian ditangkap oleh Mabes Polri dalam kaitan dengan pendanaan untuk memasukkan senjata api dari Filipina selatan ke Indonesia.

“Otomatis proses hukum yang bersangkutan dan itu membuat kelompok-kelompok jaringan JAD yang ada di Jawa Timur, termasuk yang ada di Surabaya ini, memanas dan ingin melakukan pembalasan,” terang Kapolri.

Kapolri pun kemudian mengungkap alasan JAD sel Jawa Timur tersebut menyerang Surabaya dan Sidoarjo. “Yang nanya kenapa aksinya di Surabaya, ya karena mereka menguasai daerah ini. Kenapa mereka melakukan ini, karena pimpinan mereka di Jawa Timur ditangkap, selain Aman Abdurrahman ditahan di Mako Brimob, juga karena instruksi dari ISIS sentral yang terdesak,” pungkasnya. (mag-01/bbs/mea)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/