28.9 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Ratusan Siswa SMAN 13 Medan Mogok Belajar

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_ Ratusan siswa kelas XI dan kelas XII SMAN 13 Medan,  mendadak mogok belajar dan berhamburan keluar dari ruang kelas di Jalan Brigjen Zein Hamid, Titi Kuning, Rabu (14/9/2016). Ratusan siswa tersebut lalu berkumpul di area lapangan, sambil berteriak menolak kenaikan uang SPP menjadi Rp150 ribu.
Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_
Ratusan siswa kelas XI dan kelas XII SMAN 13 Medan, mendadak mogok belajar dan berhamburan keluar dari ruang kelas di Jalan Brigjen Zein Hamid, Titi Kuning, Rabu (14/9/2016). Ratusan siswa tersebut lalu berkumpul di area lapangan, sambil berteriak menolak kenaikan uang SPP menjadi Rp150 ribu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan siswa kelas XI dan kelas XII SMAN 13 yang beralamat di Jalan Brigjen Zein Hamid, Titi Kuning, Medan mendadak mogok belajar dan berhamburan keluar dari ruang kelas, Rabu (14/9) pagi sekira pukul 09.00 WIB.

Ratusan siswa tersebut berkumpul di lapangan, sambil berteriak menolak kenaikan uang komite dari Rp100 ribu menjadi Rp150 ribu.

Melihat ratusan siswanya berhamburan di lapangan sembari menyuarakan aspirasinya, pihak SMAN 13 Medan, baik guru, staf mapun petugas keamanan panik.

Namun begitu, mereka tetap berusaha menenangkan para siswa untuk tak membuat kericuhan. Apalagi saat itu seluruh siswa bergerak menuju pintu gerbang sekolah, dengan tujuan meneriakkan keluhannya di luar sekolah.

Belum sampai niat itu terwujud, pihak keamanan sekolah bergegas menggembok pintu gerbang seraya menyuruh para murid untuk kembali ke kelasnya masing-masing.

Rina (nama samaran, red), siswi kelas XII SMAN 13 Medan yang sempat diwawancarai Sumut Pos mengaku jika aksi yang dilakukannya bersama teman-temannya dipicu kebijakan pihak sekolah yang menaikkan uang komite, yang menurut mereka terindikasi praktik korupsi.

“Kepala sekolahnya diduga korupsi. Biasanya uang komite Rp100 ribu, sekarang jadi Rp150 ribu. Sekolah tidak pernah memikirkan kami. Apakah kami orang mampu atau tidak,” ujar Rina dibalik gerbang sekolahnya.

Diutarakan Rina, pemberlakukan uang komite sebesar Rp150 ribu terhitung sejak bulan September. Ironisnya, kenaikan uang komite itu diterapkan tanpa dukungan dan persetujuan orang tua siswa. “Orang tua kami sudah enggak setuju, tapi tetap aja dinaikkan. Makanya, kami demo,” ucap siswi berhijab ini.

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_ Ratusan siswa kelas XI dan kelas XII SMAN 13 Medan,  mendadak mogok belajar dan berhamburan keluar dari ruang kelas di Jalan Brigjen Zein Hamid, Titi Kuning, Rabu (14/9/2016). Ratusan siswa tersebut lalu berkumpul di area lapangan, sambil berteriak menolak kenaikan uang SPP menjadi Rp150 ribu.
Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_
Ratusan siswa kelas XI dan kelas XII SMAN 13 Medan, mendadak mogok belajar dan berhamburan keluar dari ruang kelas di Jalan Brigjen Zein Hamid, Titi Kuning, Rabu (14/9/2016). Ratusan siswa tersebut lalu berkumpul di area lapangan, sambil berteriak menolak kenaikan uang SPP menjadi Rp150 ribu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan siswa kelas XI dan kelas XII SMAN 13 yang beralamat di Jalan Brigjen Zein Hamid, Titi Kuning, Medan mendadak mogok belajar dan berhamburan keluar dari ruang kelas, Rabu (14/9) pagi sekira pukul 09.00 WIB.

Ratusan siswa tersebut berkumpul di lapangan, sambil berteriak menolak kenaikan uang komite dari Rp100 ribu menjadi Rp150 ribu.

Melihat ratusan siswanya berhamburan di lapangan sembari menyuarakan aspirasinya, pihak SMAN 13 Medan, baik guru, staf mapun petugas keamanan panik.

Namun begitu, mereka tetap berusaha menenangkan para siswa untuk tak membuat kericuhan. Apalagi saat itu seluruh siswa bergerak menuju pintu gerbang sekolah, dengan tujuan meneriakkan keluhannya di luar sekolah.

Belum sampai niat itu terwujud, pihak keamanan sekolah bergegas menggembok pintu gerbang seraya menyuruh para murid untuk kembali ke kelasnya masing-masing.

Rina (nama samaran, red), siswi kelas XII SMAN 13 Medan yang sempat diwawancarai Sumut Pos mengaku jika aksi yang dilakukannya bersama teman-temannya dipicu kebijakan pihak sekolah yang menaikkan uang komite, yang menurut mereka terindikasi praktik korupsi.

“Kepala sekolahnya diduga korupsi. Biasanya uang komite Rp100 ribu, sekarang jadi Rp150 ribu. Sekolah tidak pernah memikirkan kami. Apakah kami orang mampu atau tidak,” ujar Rina dibalik gerbang sekolahnya.

Diutarakan Rina, pemberlakukan uang komite sebesar Rp150 ribu terhitung sejak bulan September. Ironisnya, kenaikan uang komite itu diterapkan tanpa dukungan dan persetujuan orang tua siswa. “Orang tua kami sudah enggak setuju, tapi tetap aja dinaikkan. Makanya, kami demo,” ucap siswi berhijab ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/