30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Sempat Sedih & Merasa Dibohongi Karena Ditolak Ikut

Kelvin malah disuruh kedua orangtuanya pulang ke rumah mereka di Medan. Ia a sendiri tidak tahu apa maksud kedua orangtuanya tersebut. “Senin pagi itu, ayah dan mamak menyuruh aku pulang dan membersihkan rumah. Sebenarnya aku tidak mau dan minta ikut ke Danau Toba. Tapi tetap disuruh pulang. Jadi aku pun pulang ke Medan meski sedih karena tak diajak,” tutur Kelvin.

Setiba dirinya di Medan, pada Senin sore ia sempat melihat video yang diupload salah satu kerabat keluarganya, di Instagram. Di video itu, tampak kerabat keluarga sedang cerita di atas Kapal Motor Sinar Bangun.

“Sempat aku dalam hati merasa dibohong mamak. Katanya mereka cuma ke Pantai Pasir Putih di Danau Toba. Tapi ternyata mereka menyeberang naik kapal. Malamnya sekitar pukul 01.30 (Selasa 19 Juni 2018), aku menelpon ayah. Namun handphone ayah tidak aktif. Aku pun ngantok dan langsung tidur,” kata Kevin.

Saat bangun pagi harinya, Klevin melihat tayangan berita di televisi. Ia melihat Kapal Motor yang tenggelam sama seperti kapal yang dilihat dia pada video di Instagram. Sontak ia berlari keluar rumah dan mendatangi rumah neneknya, yang tak jauh dari rumah Kevin.

“Nekk.. Nenekkkk… kapal yang dinaiki ayah dan mamak tenggelam,” teriaknya panik saat itu. Ia tak menyangka ketidaksertaan dirinya ke danau Toba, justru menjadi keselamatan bagi dirinya dan bencana bagi keluarganya.

Hingga berminggu-minggu, Kevin terus dilanda kesedihan dan rasa hampa.

“Kalau sekarang, aku sudah ikhlas,” ucapnya, tetap dengan nada sedih.

Kini, Kevin menjadi yatiu piatu. Neneknya Supiani mengambil alih pengasuhan atas dirinya.

Supiani sendiri mengingat, pada 1 Syawal 1439 H, sudah tampak tanda-tanda lain atas putranya, Saputra Handoko.

“Mereka mau pulang kampung ke Pematangsiantar, ke tempat keluarga istrinya, Hawaleni Saragih. Mereka membawa ketiga cucu saya, termasuk si Kelvin ini. Pada Jumat siang, mereka masih salam-salaman di rumah ini,” kata Supiani.

Hari itu, Saputra sempat keluar masuk ke dapur Supiani, seperti orang kebingungan. “Sebelum berangkat pergi, Saputra bilang: ‘Mak lihat sepatuku… cantik ‘kan? Harganya mahal,” kata putranya.

Saat itu, Supiani tidak memperhatikan kejanggalan dengan tingkah anaknya. “Belakangan setelah kejadian, Nenek baru merasakan memang tingkah Saputra sedikit aneh pada Lebaran pertama itu,” jelas Supiani.

Awalnya, Supiani tidak mempercayai anak, menantu, dan cucunya menjadi korban kapal tenggelam. Meski Kelvin sudah mengabarkan. “Baru percaya setelah dikabari polisi melalui telepon,” ucapnya lirih.

Kelvin malah disuruh kedua orangtuanya pulang ke rumah mereka di Medan. Ia a sendiri tidak tahu apa maksud kedua orangtuanya tersebut. “Senin pagi itu, ayah dan mamak menyuruh aku pulang dan membersihkan rumah. Sebenarnya aku tidak mau dan minta ikut ke Danau Toba. Tapi tetap disuruh pulang. Jadi aku pun pulang ke Medan meski sedih karena tak diajak,” tutur Kelvin.

Setiba dirinya di Medan, pada Senin sore ia sempat melihat video yang diupload salah satu kerabat keluarganya, di Instagram. Di video itu, tampak kerabat keluarga sedang cerita di atas Kapal Motor Sinar Bangun.

“Sempat aku dalam hati merasa dibohong mamak. Katanya mereka cuma ke Pantai Pasir Putih di Danau Toba. Tapi ternyata mereka menyeberang naik kapal. Malamnya sekitar pukul 01.30 (Selasa 19 Juni 2018), aku menelpon ayah. Namun handphone ayah tidak aktif. Aku pun ngantok dan langsung tidur,” kata Kevin.

Saat bangun pagi harinya, Klevin melihat tayangan berita di televisi. Ia melihat Kapal Motor yang tenggelam sama seperti kapal yang dilihat dia pada video di Instagram. Sontak ia berlari keluar rumah dan mendatangi rumah neneknya, yang tak jauh dari rumah Kevin.

“Nekk.. Nenekkkk… kapal yang dinaiki ayah dan mamak tenggelam,” teriaknya panik saat itu. Ia tak menyangka ketidaksertaan dirinya ke danau Toba, justru menjadi keselamatan bagi dirinya dan bencana bagi keluarganya.

Hingga berminggu-minggu, Kevin terus dilanda kesedihan dan rasa hampa.

“Kalau sekarang, aku sudah ikhlas,” ucapnya, tetap dengan nada sedih.

Kini, Kevin menjadi yatiu piatu. Neneknya Supiani mengambil alih pengasuhan atas dirinya.

Supiani sendiri mengingat, pada 1 Syawal 1439 H, sudah tampak tanda-tanda lain atas putranya, Saputra Handoko.

“Mereka mau pulang kampung ke Pematangsiantar, ke tempat keluarga istrinya, Hawaleni Saragih. Mereka membawa ketiga cucu saya, termasuk si Kelvin ini. Pada Jumat siang, mereka masih salam-salaman di rumah ini,” kata Supiani.

Hari itu, Saputra sempat keluar masuk ke dapur Supiani, seperti orang kebingungan. “Sebelum berangkat pergi, Saputra bilang: ‘Mak lihat sepatuku… cantik ‘kan? Harganya mahal,” kata putranya.

Saat itu, Supiani tidak memperhatikan kejanggalan dengan tingkah anaknya. “Belakangan setelah kejadian, Nenek baru merasakan memang tingkah Saputra sedikit aneh pada Lebaran pertama itu,” jelas Supiani.

Awalnya, Supiani tidak mempercayai anak, menantu, dan cucunya menjadi korban kapal tenggelam. Meski Kelvin sudah mengabarkan. “Baru percaya setelah dikabari polisi melalui telepon,” ucapnya lirih.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/