30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Setelah Minum Teh, Orangtua Memberi Angpao

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
SEMBAHYANG_Warga tionghoa merayakan imlek dengan ber sembahyang di Vihara Gunung Timur Jalan Hang Tuah Medan, Jumat (16/2) Perayaan Tahun Baru Imlek 2569 di kota Medan berlangsung aman dan tentram.

SUMUTPOS.CO – Banyak tradisi yang dilakukan warga Tionghoa pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2569. Sebagian besar yang diketahui secara luas adalah pemberian angpao. Ternyata, masih banyak tradisi masyarakat Negeri Tirai Bambu tersebut yang belum diketahui.

Cen Wen Hua, seorang warga Tionghoa di Medan mengungkapkan, salah satu tradisi yang dilakukannya dalam merayakan Imlek adalah minum teh sebelum makan siang bersama. Tradisi minum teh ini sudah turun-temurun dilakukan dalam keluarganya dan hanya khusus setahun sekali pada Tahun Baru Imlek, setelah sembahyang pada pagi hari ini.

“Para anak-anak akan berlutut memberikan sebuah cangkir yang berisikan teh khas Tiongkok kepada orangtuanya. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada orangtua. Selain itu, suatu ucapan rasa syukur juga karena orang tua masih bisa bersama-sama kita merayakan Imlek,” ungkap Cen Wen Hua saat ditemui di rumahnya Jalan MH Thamrin Medan, Jumat (16/2).

Orangtua yang menerima teh pemberian dari anaknya, sambung dia, harus segera meminumnya. Setelah diminum, orangtua kemudian memberikan angpao kepada anak-anaknya sebagai tanda agar sang anak lancar rezekinya.

“Tradisi minum teh ini sudah dilakukan bertahun-tahun dalam keluarga kami, dan selama Imlek kita melakukannya sebagai bentuk penghormatan sebagai anak kepada orang tua. Jadi saat pemberian teh itu kita mengucapkan gong xi fat cai kepada orangtua, dengan harapan minum teh ini orangtua bisa sehat dan panjang umur,” sebut anak bungsu dari tujuh bersaudara ini

Dikatakannya, angpao yang diberikan selalu berwarna merah. Sebab, warna merah adalah favorit karena dianggap membawa kebahagiaan, kemakmuran dan hal-hal positif lainnya. “Pemberian angpao merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan orang Tionghoa. Hanya anak-anak dan seseorang yang belum menikah boleh menerima angpao. Sebaliknya yang sudah menikah harus memberikan angpao pada saudara-saudaranya yang belum,” tutur dia.

Ia menambahkan, ada satu tradisi lain yang sangat penting pada perayaan Imlek, yakni makan malam bersama. Hal ini biasa dilakukan malam sebelum tahun baru dan bisa juga pada malam tahun baru. “Anggota keluarga bisa menumpuh jarak jauh hanya untuk makan malam bersama anggota keluarga lainnya. Biasanya mereka akan makan bersama di sebuah meja bundar dengan piringan berputar di tengahnya. Anggota keluarga tertua seperti kakek dan nenek akan dipersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu. Setiap makanan yang disajikan memiliki makna masing-masing, dan biasanya adalah hal-hal yang membawa hoki, kemakmuran, dan kesuksesan,” imbuhnya.

Yuni, warga Medan Maimun yang ikut merayakan Imlek, juga mengaku tetap mempertahankan tradisi. Di tahun Shio Anjing ini, dia mengaku telah mempersiapkan pernak-pernik Imlek berbentuk anjing, seperti hiasan pintu, meja sampai hiasan langit-langit rumah dan gambar amplop angpao.

Selain itu, untuk menyambut tamu saat Imlek nanti, tak sah bila tak menyiapkan sajian tradisi Imlek yang unik dan kaya akan makna filosofi. Menurut Yuni, tradisi yang tak pernah ditinggalkannya adalah kue bakul atau kue keranjang (Nian Gao). Kue ini hanya disediakan sekali setahun, khusus saat perayaan Imlek. Kue bakul memiliki bentuk bulat yang memiliki makna sebagai harapan keluarga dapat terus bersatu, rukun, dan bulat tekad dalam menjalani tahun yang baru.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
SEMBAHYANG_Warga tionghoa merayakan imlek dengan ber sembahyang di Vihara Gunung Timur Jalan Hang Tuah Medan, Jumat (16/2) Perayaan Tahun Baru Imlek 2569 di kota Medan berlangsung aman dan tentram.

SUMUTPOS.CO – Banyak tradisi yang dilakukan warga Tionghoa pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2569. Sebagian besar yang diketahui secara luas adalah pemberian angpao. Ternyata, masih banyak tradisi masyarakat Negeri Tirai Bambu tersebut yang belum diketahui.

Cen Wen Hua, seorang warga Tionghoa di Medan mengungkapkan, salah satu tradisi yang dilakukannya dalam merayakan Imlek adalah minum teh sebelum makan siang bersama. Tradisi minum teh ini sudah turun-temurun dilakukan dalam keluarganya dan hanya khusus setahun sekali pada Tahun Baru Imlek, setelah sembahyang pada pagi hari ini.

“Para anak-anak akan berlutut memberikan sebuah cangkir yang berisikan teh khas Tiongkok kepada orangtuanya. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada orangtua. Selain itu, suatu ucapan rasa syukur juga karena orang tua masih bisa bersama-sama kita merayakan Imlek,” ungkap Cen Wen Hua saat ditemui di rumahnya Jalan MH Thamrin Medan, Jumat (16/2).

Orangtua yang menerima teh pemberian dari anaknya, sambung dia, harus segera meminumnya. Setelah diminum, orangtua kemudian memberikan angpao kepada anak-anaknya sebagai tanda agar sang anak lancar rezekinya.

“Tradisi minum teh ini sudah dilakukan bertahun-tahun dalam keluarga kami, dan selama Imlek kita melakukannya sebagai bentuk penghormatan sebagai anak kepada orang tua. Jadi saat pemberian teh itu kita mengucapkan gong xi fat cai kepada orangtua, dengan harapan minum teh ini orangtua bisa sehat dan panjang umur,” sebut anak bungsu dari tujuh bersaudara ini

Dikatakannya, angpao yang diberikan selalu berwarna merah. Sebab, warna merah adalah favorit karena dianggap membawa kebahagiaan, kemakmuran dan hal-hal positif lainnya. “Pemberian angpao merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan orang Tionghoa. Hanya anak-anak dan seseorang yang belum menikah boleh menerima angpao. Sebaliknya yang sudah menikah harus memberikan angpao pada saudara-saudaranya yang belum,” tutur dia.

Ia menambahkan, ada satu tradisi lain yang sangat penting pada perayaan Imlek, yakni makan malam bersama. Hal ini biasa dilakukan malam sebelum tahun baru dan bisa juga pada malam tahun baru. “Anggota keluarga bisa menumpuh jarak jauh hanya untuk makan malam bersama anggota keluarga lainnya. Biasanya mereka akan makan bersama di sebuah meja bundar dengan piringan berputar di tengahnya. Anggota keluarga tertua seperti kakek dan nenek akan dipersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu. Setiap makanan yang disajikan memiliki makna masing-masing, dan biasanya adalah hal-hal yang membawa hoki, kemakmuran, dan kesuksesan,” imbuhnya.

Yuni, warga Medan Maimun yang ikut merayakan Imlek, juga mengaku tetap mempertahankan tradisi. Di tahun Shio Anjing ini, dia mengaku telah mempersiapkan pernak-pernik Imlek berbentuk anjing, seperti hiasan pintu, meja sampai hiasan langit-langit rumah dan gambar amplop angpao.

Selain itu, untuk menyambut tamu saat Imlek nanti, tak sah bila tak menyiapkan sajian tradisi Imlek yang unik dan kaya akan makna filosofi. Menurut Yuni, tradisi yang tak pernah ditinggalkannya adalah kue bakul atau kue keranjang (Nian Gao). Kue ini hanya disediakan sekali setahun, khusus saat perayaan Imlek. Kue bakul memiliki bentuk bulat yang memiliki makna sebagai harapan keluarga dapat terus bersatu, rukun, dan bulat tekad dalam menjalani tahun yang baru.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/