28.9 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

“Masukkan Dia dalam Mimpiku, Tuhan”

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS Keluarga Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih menangis histeris ketika melihat jenazah nya di Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih adalah salah satu di antara 13 korban Hercules C-130 yang jatuh di Wamena.
Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Keluarga Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih menangis histeris ketika melihat jenazah nya di Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih adalah salah satu di antara 13 korban Hercules C-130 yang jatuh di Wamena.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana haru dan isak tangis menyelimuti Hanggar Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) pagi. Sejumlah prajurit TNI berpakaian rapi, lengkap dengan senjata dan baretnya, siap untuk menggelar upacara militer penyerahan jenazah Kapten Pnb Jan Hotlan Parlin Saragih, co-pilot Hercules A-1334 yang jatuh di Gunung Tugima, Wamena, Papua, kepada keluarga.

Keluarga korban Jan Hotlan yang semula duduk di kursi, langsung beranjak ketika pesawat TNI AU Boeing AI-7301 landing di landasan pacu Lanud Soewondo tepat pukul 10.00 WIB. Mereka ingin mendekati pesawat yang membawa jenazah Jan Hotlan yang diangkut dalam pesawat dari Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang.

Istri Jan Hotlan, Bripka Hotriani Kristina boru Purba ikut dalam pesaawat tersebut. Dia tampak turun dari pesawat dengan kursi roda yang didorong oleh dua prajurit TNI AU. Dia tampak terpukul atas insiden yang dialami suaminya. Bahkan, dia sempat pingsan.

Begitu di Hanggar, pihak keluarga berusaha menyadarkannya. Begitu siuman, dia langsung disuguhi air menieral kemasan cup.

“Tolong jagain anak-anak aku. Kembalikan dia (Jan Hotlan) di sini. Aku enggak kuat,” kata Hotriani dengan nada terisak-isak.

Jan Hotlan meninggalkan dua orang anak laki-laki yang masih kecil. Putra sulungnya Immanuel Saragih berusia 4 tahun, dan yang bungsu Gabriel Saragih berusia 2 tahun. Selain itu, Jan Hotlan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Melihat sang ibu tak kuasa menahan tangis, Immanuel Saragih yang mengenakan jaket corak loreng tentara mendekat kepada ibunya. Dari gestur tubuhnya, bocah berkulit putih ini terkesan ingin menenangkan ibunya.

“Masukkan dia dalam mimpiku Tuhan. Dia baik. Papi, kamu pulang ya papi. Pulang kau ya sayang, pulang ya kau cinta. Maafin aku ya. Aku enggak bisa ke situ. Kamu kemarin sakit ya, maafin aku ya sayang. Maafin aku papi,” kata Hotriani yang mengenaan baju merah dipadu celana hitam ini.

 

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS Keluarga Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih menangis histeris ketika melihat jenazah nya di Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih adalah salah satu di antara 13 korban Hercules C-130 yang jatuh di Wamena.
Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Keluarga Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih menangis histeris ketika melihat jenazah nya di Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) Kapten Jan Hotlan Parlin Saragih adalah salah satu di antara 13 korban Hercules C-130 yang jatuh di Wamena.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana haru dan isak tangis menyelimuti Hanggar Lanud Soewondo Medan, Senin (19/12) pagi. Sejumlah prajurit TNI berpakaian rapi, lengkap dengan senjata dan baretnya, siap untuk menggelar upacara militer penyerahan jenazah Kapten Pnb Jan Hotlan Parlin Saragih, co-pilot Hercules A-1334 yang jatuh di Gunung Tugima, Wamena, Papua, kepada keluarga.

Keluarga korban Jan Hotlan yang semula duduk di kursi, langsung beranjak ketika pesawat TNI AU Boeing AI-7301 landing di landasan pacu Lanud Soewondo tepat pukul 10.00 WIB. Mereka ingin mendekati pesawat yang membawa jenazah Jan Hotlan yang diangkut dalam pesawat dari Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang.

Istri Jan Hotlan, Bripka Hotriani Kristina boru Purba ikut dalam pesaawat tersebut. Dia tampak turun dari pesawat dengan kursi roda yang didorong oleh dua prajurit TNI AU. Dia tampak terpukul atas insiden yang dialami suaminya. Bahkan, dia sempat pingsan.

Begitu di Hanggar, pihak keluarga berusaha menyadarkannya. Begitu siuman, dia langsung disuguhi air menieral kemasan cup.

“Tolong jagain anak-anak aku. Kembalikan dia (Jan Hotlan) di sini. Aku enggak kuat,” kata Hotriani dengan nada terisak-isak.

Jan Hotlan meninggalkan dua orang anak laki-laki yang masih kecil. Putra sulungnya Immanuel Saragih berusia 4 tahun, dan yang bungsu Gabriel Saragih berusia 2 tahun. Selain itu, Jan Hotlan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Melihat sang ibu tak kuasa menahan tangis, Immanuel Saragih yang mengenakan jaket corak loreng tentara mendekat kepada ibunya. Dari gestur tubuhnya, bocah berkulit putih ini terkesan ingin menenangkan ibunya.

“Masukkan dia dalam mimpiku Tuhan. Dia baik. Papi, kamu pulang ya papi. Pulang kau ya sayang, pulang ya kau cinta. Maafin aku ya. Aku enggak bisa ke situ. Kamu kemarin sakit ya, maafin aku ya sayang. Maafin aku papi,” kata Hotriani yang mengenaan baju merah dipadu celana hitam ini.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/