29 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Berpotensi Terjadi Banjir Besar

Foto: Akbar/Posmetro Medan Seorang anak kecil terlihat kegirangan dan melompat-lompat dikawasan banjir Kampung Aur, Medan.
Foto: Akbar/Posmetro Medan
Seorang anak kecil terlihat kegirangan dan melompat-lompat dikawasan banjir Kampung Aur, Medan.

MEDAN-Hujan deras terus mengguyur. Akibatnya, sebanyak enam kota dan kabupaten di Sumut dihantam banjir. Ribuan rumah terendam air dan terpaksa mengungsi. Daerah-daerah yang dilanda banjir itu masing-masing Kota Medan, Binjai dan Tebing Tinggi, serta Kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang dan Langkat. Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa akibat bencana ini.

Di Kota Medan, banjir melanda permukiman warga yang berada di tepian Sungai Deli. Hujan deras di hulu menyebabkan debit air naik hingga sungai meluap. Kawasan yang paling parah berada di Kecamatan Medan Maimun, antara lain Kelurahan Aur, Sei Mati dan Hamdan.

Di Kecamatan Medan Maimon ada sebanyak 803 rumah terendam sehingga 2.578 jiwa harus mengungsi ketempat yang lebih aman. Luapan air Sungai Deli yang mencapai ketinggian hingga 1 meter dari batas normal, membuat warga harus tetap siaga dengan terus berkordinasi bersama pihak kelurahan dan kecamatan.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Medan untuk kawasan terendam seperti Kelurahan Aur sebanyak 300 rumah dengan jumlah jiwa 1.250, Kel. Sei Mati 450 rumah dengan jumlah jiwa sebanyak 1.153, Kel Kampung Baru sebanyak 53 rumah dengan jumlah 175 orang mengungsi.

Namun, belum ada tindakan dari pihak PU Bina Marga maupun instansi yang berwenang guna mengatasi kondisi banjir di kawasan tersebut. “Kenapa pemerintah tidak menanggulangi kami yang terendam banjir. Kami kan jadi sengsara kalau begini,” ujarnya seorang warga.

Kepala BPBD Kota Medan, Hanna Lore mengungkapkan, salah satu upaya untuk menghindari banjir warga di bantaran sungai harus direlokasi. Selain itu, mempercepat normalisasi sungai. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan, Zulkarnain mengatakan, Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS II) telah memiliki program normalisasi Sungai Deli dan Babura.

“Program normalisasi sungai. Oleh BWSS II sudah memiliki Detail Engineering Design (DED) tapi semua tidak bisa terlaksana dengan maksimal karena terhalang oleh padatnya pemukiman yang berada persis di bibir sungai,” kata Zulkarnain.

Di Kota Tebing Tinggi, banjir yang terjadi sejak Sabtu (19/10) masih belum juga surut. Sungai Padang dan Sungai Bahilang masih terus meluap sehingga warga tetap bertahan di pengungsian. Rumah yang paling parah terkena banjir berada di lima kecamatan. Masing-masing Kecamatan Rambutan, Bajenis, Tebing Tinggi Kota, Padang Hulu dan Padang Hilir. Setidaknya ada 6.000 jiwa yang berasal dari 1.500 keluarga yang menjadi korban.

Di Kota Binjai banjir terjadi di Mencirim, Kec. Binjai Timur dan Bonjol, Kec. Binjai Kota. Hal itu disebabkan meluapnya Sungai Mencirim dan Bangkatan. Akibatnya raturan rumah warga yang tak jauh dari pinggiran sungai tersebut terendam air hingga setinggi paha orang dewasa.

Menurut Ita (30), warga Mencirim, air sungai meluap sekitar pukul 04.00 dini hari. Katanya, hujan di malam itu tidak berhenti sampai pagi, sehingga mereka terpaksa siaga mengantisipasi kemungkinan banjir besar.

“Begitulah kami yang tinggal di pemukiman ini. Memang tampak biasa karena setiap tahunnya menjadi langganan banjir. Pun begitu, kami tetap was-was kalau cuaca terus seperti ini. Karena kami takut, air naik secara mendadak sebelum kami siaga,” sebutnya.

Misman (40), warga lainnya mengaku, banjir yang melanda pemukiman mereka itu terbilang cukup besar dari sebelumnya.

Di Kabupaten Serdang Bedagai, banjir yang bersumber dari luapan Sungai Rampah, menggenangi rumah warga yang berada di Kecamatan Sei Rampah. Antara lain Kelurahan Sei Rejo, Firdaus, Pematang Ganjang dan Kelurahan Sei Rampah. Ketinggian air yang mencapai satu meter lebih di beberapa lokasi. Selain itu Desa Simalas Kecamatan Sipispis juga dilaporkan terendam. Di Kecamatan Sei Rampah kedalaman mencapai sekitar satu meter. Mujir (40), warga Dusun III Kampung Mandailing, Desa Sei Rampah, Sergai berharap, dinas terkait segera melakukan normalisasi terhadap Sungai Rampah sehingga banjir tidak menjadi langanan serta momok menakutkan bagi warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai tersebut.

“Data sementara di Kecamatan Sei Rampah seratusan rumah warga terendam banjir, namun yang terparah di Kampung Mandailing Dusun III Desa Sei Rampah,” kata

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Serdang Bedagai, Djamal Agustar.

Menurutnya, pihaknya telah mendirikan posko penanggulangan bencana utama di atas jembatan sungai Rampah yang belum difungsikan, posko kesehatan, dapur umum serta menyiagakan satu unit perahu evakuasi. “Menggingat tingginya debit air, masyarakat diharapkan untuk berhati-hati terutama bagi anak-anak untuk menghindari korban jiwa,” imbaunya.

Sedangkan di Kabupaten Deli Serdang, banjir melanda rumah-rumah warga yang berada di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak. Di Kabupaten Langkat, Sungai Batang Serangan meluap dan merendam 3.914 kepala keluarga di Kec. Tanjung Pura.

 

 

>>>Hujan Deras Hingga Akhir Oktober

 

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Sumatera Utara memprediksi puncak tertinggi curah hujan terjadi hingga akhir Oktober dan berpotensi banjir besar.

“Hujan akan terus melanda wilayah Sumut diiringi puting beliung dan petir. Puncak curah hujan bulan Oktober dan merata di Sumatera Utara,” ujar Hendra Swarta, Kepala Bidang Pelayanan Data dan Informasi BMKG Sumut.

Hendra berharap warga yang berada di lokasi rawan banjir seperti pinggiran sungai harus waspada. Begitu juga di pinggiran laut. Sementara untuk wilayah datarang tinggi juga diharapkan mewaspadai longsor.

“Diperkirakan baru mulai stabil bulan Februari tahun 2014,” ucapnya

 

Puluhan Siswa Gagal Ikuti Ujian

Akibat banjir, puluhan murid SD Negeri 024758 Jalan Nuri, Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota, gagal mengikuti ujian mid semester. Puluhan murid terpaksa dipulangkan ke rumahnya masing-masing karena ketinggian air mencapai selutut bahkan sedada orang dewasa.

“Sudah beberapa hari ini air terus masuk ke dalam sekolah. Oleh sebab itu kami harus meliburkan murid dan menunda ujian mid semester,” terang Kepala Sekolah SD Negeri 024758, Abdullah Yusman, Minggu (20/10).

Meski siang harinya mulai surut, namun genangan air masih terlihat di beberapa ruang kelas. Bangku dan sampah pun bercampur lumpur menjadi pemandangan tak sedap di setiap ruangan pasca air surut. (cr-1/lik/tun/dn/dw/bam/smg)

Foto: Akbar/Posmetro Medan Seorang anak kecil terlihat kegirangan dan melompat-lompat dikawasan banjir Kampung Aur, Medan.
Foto: Akbar/Posmetro Medan
Seorang anak kecil terlihat kegirangan dan melompat-lompat dikawasan banjir Kampung Aur, Medan.

MEDAN-Hujan deras terus mengguyur. Akibatnya, sebanyak enam kota dan kabupaten di Sumut dihantam banjir. Ribuan rumah terendam air dan terpaksa mengungsi. Daerah-daerah yang dilanda banjir itu masing-masing Kota Medan, Binjai dan Tebing Tinggi, serta Kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang dan Langkat. Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa akibat bencana ini.

Di Kota Medan, banjir melanda permukiman warga yang berada di tepian Sungai Deli. Hujan deras di hulu menyebabkan debit air naik hingga sungai meluap. Kawasan yang paling parah berada di Kecamatan Medan Maimun, antara lain Kelurahan Aur, Sei Mati dan Hamdan.

Di Kecamatan Medan Maimon ada sebanyak 803 rumah terendam sehingga 2.578 jiwa harus mengungsi ketempat yang lebih aman. Luapan air Sungai Deli yang mencapai ketinggian hingga 1 meter dari batas normal, membuat warga harus tetap siaga dengan terus berkordinasi bersama pihak kelurahan dan kecamatan.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Medan untuk kawasan terendam seperti Kelurahan Aur sebanyak 300 rumah dengan jumlah jiwa 1.250, Kel. Sei Mati 450 rumah dengan jumlah jiwa sebanyak 1.153, Kel Kampung Baru sebanyak 53 rumah dengan jumlah 175 orang mengungsi.

Namun, belum ada tindakan dari pihak PU Bina Marga maupun instansi yang berwenang guna mengatasi kondisi banjir di kawasan tersebut. “Kenapa pemerintah tidak menanggulangi kami yang terendam banjir. Kami kan jadi sengsara kalau begini,” ujarnya seorang warga.

Kepala BPBD Kota Medan, Hanna Lore mengungkapkan, salah satu upaya untuk menghindari banjir warga di bantaran sungai harus direlokasi. Selain itu, mempercepat normalisasi sungai. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan, Zulkarnain mengatakan, Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS II) telah memiliki program normalisasi Sungai Deli dan Babura.

“Program normalisasi sungai. Oleh BWSS II sudah memiliki Detail Engineering Design (DED) tapi semua tidak bisa terlaksana dengan maksimal karena terhalang oleh padatnya pemukiman yang berada persis di bibir sungai,” kata Zulkarnain.

Di Kota Tebing Tinggi, banjir yang terjadi sejak Sabtu (19/10) masih belum juga surut. Sungai Padang dan Sungai Bahilang masih terus meluap sehingga warga tetap bertahan di pengungsian. Rumah yang paling parah terkena banjir berada di lima kecamatan. Masing-masing Kecamatan Rambutan, Bajenis, Tebing Tinggi Kota, Padang Hulu dan Padang Hilir. Setidaknya ada 6.000 jiwa yang berasal dari 1.500 keluarga yang menjadi korban.

Di Kota Binjai banjir terjadi di Mencirim, Kec. Binjai Timur dan Bonjol, Kec. Binjai Kota. Hal itu disebabkan meluapnya Sungai Mencirim dan Bangkatan. Akibatnya raturan rumah warga yang tak jauh dari pinggiran sungai tersebut terendam air hingga setinggi paha orang dewasa.

Menurut Ita (30), warga Mencirim, air sungai meluap sekitar pukul 04.00 dini hari. Katanya, hujan di malam itu tidak berhenti sampai pagi, sehingga mereka terpaksa siaga mengantisipasi kemungkinan banjir besar.

“Begitulah kami yang tinggal di pemukiman ini. Memang tampak biasa karena setiap tahunnya menjadi langganan banjir. Pun begitu, kami tetap was-was kalau cuaca terus seperti ini. Karena kami takut, air naik secara mendadak sebelum kami siaga,” sebutnya.

Misman (40), warga lainnya mengaku, banjir yang melanda pemukiman mereka itu terbilang cukup besar dari sebelumnya.

Di Kabupaten Serdang Bedagai, banjir yang bersumber dari luapan Sungai Rampah, menggenangi rumah warga yang berada di Kecamatan Sei Rampah. Antara lain Kelurahan Sei Rejo, Firdaus, Pematang Ganjang dan Kelurahan Sei Rampah. Ketinggian air yang mencapai satu meter lebih di beberapa lokasi. Selain itu Desa Simalas Kecamatan Sipispis juga dilaporkan terendam. Di Kecamatan Sei Rampah kedalaman mencapai sekitar satu meter. Mujir (40), warga Dusun III Kampung Mandailing, Desa Sei Rampah, Sergai berharap, dinas terkait segera melakukan normalisasi terhadap Sungai Rampah sehingga banjir tidak menjadi langanan serta momok menakutkan bagi warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai tersebut.

“Data sementara di Kecamatan Sei Rampah seratusan rumah warga terendam banjir, namun yang terparah di Kampung Mandailing Dusun III Desa Sei Rampah,” kata

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Serdang Bedagai, Djamal Agustar.

Menurutnya, pihaknya telah mendirikan posko penanggulangan bencana utama di atas jembatan sungai Rampah yang belum difungsikan, posko kesehatan, dapur umum serta menyiagakan satu unit perahu evakuasi. “Menggingat tingginya debit air, masyarakat diharapkan untuk berhati-hati terutama bagi anak-anak untuk menghindari korban jiwa,” imbaunya.

Sedangkan di Kabupaten Deli Serdang, banjir melanda rumah-rumah warga yang berada di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak. Di Kabupaten Langkat, Sungai Batang Serangan meluap dan merendam 3.914 kepala keluarga di Kec. Tanjung Pura.

 

 

>>>Hujan Deras Hingga Akhir Oktober

 

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Sumatera Utara memprediksi puncak tertinggi curah hujan terjadi hingga akhir Oktober dan berpotensi banjir besar.

“Hujan akan terus melanda wilayah Sumut diiringi puting beliung dan petir. Puncak curah hujan bulan Oktober dan merata di Sumatera Utara,” ujar Hendra Swarta, Kepala Bidang Pelayanan Data dan Informasi BMKG Sumut.

Hendra berharap warga yang berada di lokasi rawan banjir seperti pinggiran sungai harus waspada. Begitu juga di pinggiran laut. Sementara untuk wilayah datarang tinggi juga diharapkan mewaspadai longsor.

“Diperkirakan baru mulai stabil bulan Februari tahun 2014,” ucapnya

 

Puluhan Siswa Gagal Ikuti Ujian

Akibat banjir, puluhan murid SD Negeri 024758 Jalan Nuri, Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota, gagal mengikuti ujian mid semester. Puluhan murid terpaksa dipulangkan ke rumahnya masing-masing karena ketinggian air mencapai selutut bahkan sedada orang dewasa.

“Sudah beberapa hari ini air terus masuk ke dalam sekolah. Oleh sebab itu kami harus meliburkan murid dan menunda ujian mid semester,” terang Kepala Sekolah SD Negeri 024758, Abdullah Yusman, Minggu (20/10).

Meski siang harinya mulai surut, namun genangan air masih terlihat di beberapa ruang kelas. Bangku dan sampah pun bercampur lumpur menjadi pemandangan tak sedap di setiap ruangan pasca air surut. (cr-1/lik/tun/dn/dw/bam/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/