26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Gak Harus Cantik… ‘Kan Bisa Operasi Plastik

Permasalahan tersebut menurut pakar Kriminolog Dr Syahrul Akmal Latif dikarenakan kurangnya kedewasaan dari user (pengguna) dalam memanfaatkan media sosial untuk hal yang lebih positif. Menurutnya, fenomena prostitusi online merupakan pelarian dari masalah ekonomi.

“Satu hal yang harus kita waspadai adalah upaya Pemerintah dalam memfilter media sosial. Sehingga para pengguna kerap lepas kontrol dan menghasilkan pekerjaan yang negative,”tuturnya. Melihat kondisi sosial ditambah tingkat halusinasi dan fantasi yang tinggi membuat kaula muda dan remaja mudah terjebak dalam hal-hal seperti prostitusi.

“Sekarang Indonesia sendiri punya produk situs pornografi. Maka kita bisa lihat kekuatan pemerintah dalam mengontrol cyber sangatlah lemah,” tambahnya.

Masih dikatakan Dr Syahrul justru kejahatan yang ditakutkan saat ini adalah kejahatan media sosial. Karena jika berbisnis di media sosial bisa sangat mudah, cepat dan face to face comunication. Maka dari itu ia menghimbau kepada Pemerintah, Pemangku Agama serta Pendidik harus turun tangan untuk mensosialisasikan dan membentuk karakter pengguna medsos yang cerdas. Sehingga jauh dari perilaku negative seperti kasus prostitusi online.

“Yang paling diwantikan itu adalah orangtua dirumah. Coba lihat aktivitas anak mereka ketika malam. Apakah sudah tidur atau masih menggunakan handphone. Karena perlindungan yang paling utama itu adalah dari rumah,” tambahnya.

Sementara itu Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Riau Kombes Pol Surawan mengatakan pihak Kepolisian memang concern terhadap kasus prostitusi online. Beberapa waktu lalu pihaknya sempat mengungkap jaringan prostitusi online yang bahkan melibatkan anak di bawah umur. Saat ini Kepolisian, lanjut Surawan, masih terus mengembangkan kasus tersebut.(nda/rpg/rbb)

Permasalahan tersebut menurut pakar Kriminolog Dr Syahrul Akmal Latif dikarenakan kurangnya kedewasaan dari user (pengguna) dalam memanfaatkan media sosial untuk hal yang lebih positif. Menurutnya, fenomena prostitusi online merupakan pelarian dari masalah ekonomi.

“Satu hal yang harus kita waspadai adalah upaya Pemerintah dalam memfilter media sosial. Sehingga para pengguna kerap lepas kontrol dan menghasilkan pekerjaan yang negative,”tuturnya. Melihat kondisi sosial ditambah tingkat halusinasi dan fantasi yang tinggi membuat kaula muda dan remaja mudah terjebak dalam hal-hal seperti prostitusi.

“Sekarang Indonesia sendiri punya produk situs pornografi. Maka kita bisa lihat kekuatan pemerintah dalam mengontrol cyber sangatlah lemah,” tambahnya.

Masih dikatakan Dr Syahrul justru kejahatan yang ditakutkan saat ini adalah kejahatan media sosial. Karena jika berbisnis di media sosial bisa sangat mudah, cepat dan face to face comunication. Maka dari itu ia menghimbau kepada Pemerintah, Pemangku Agama serta Pendidik harus turun tangan untuk mensosialisasikan dan membentuk karakter pengguna medsos yang cerdas. Sehingga jauh dari perilaku negative seperti kasus prostitusi online.

“Yang paling diwantikan itu adalah orangtua dirumah. Coba lihat aktivitas anak mereka ketika malam. Apakah sudah tidur atau masih menggunakan handphone. Karena perlindungan yang paling utama itu adalah dari rumah,” tambahnya.

Sementara itu Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Riau Kombes Pol Surawan mengatakan pihak Kepolisian memang concern terhadap kasus prostitusi online. Beberapa waktu lalu pihaknya sempat mengungkap jaringan prostitusi online yang bahkan melibatkan anak di bawah umur. Saat ini Kepolisian, lanjut Surawan, masih terus mengembangkan kasus tersebut.(nda/rpg/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/