“Hingga hari kedua (kemarin, red) paskabencana erupsi Sinabung, belum mempengaruhi harga kebutuhan pokok di masyarakat termasuk sayur-mayur. Akan tetapi, perlu menjadi catatan kemungkinan dirasakan dalam waktu yang akan datang,” kata Gunawan kepada Sumut Pos, kemarin.
Meski demikian, katanya, tidak boleh juga berasumsi dampaknya belum begitu signifikan terhadap gejolak harga bahan pangan. Sekalipun harganya masih terbilang stabil, perlu diwaspadai dalam waktu yang akan datang terhadap stoknya. Sebab, ketika stok minim sementara permintaan banyak, otomatis harganya akan bergejolak atau melambung.
“Apabila lahan yang terkena erupsi justru merupakan tanaman-tanaman baru atau bahkan tanaman yang akan siap panen dan menjadi pemasok terbesar di Medan, dampaknya itu nanti akan terasa pada waktu masa panen tanaman tersebut. Misalnya, tanaman bahan pangan yang terkena erupsi akan dipanen dalam waktu satu atau dua minggu. Maka, dalam waktu ke depan tersebut kemungkinan akan terjadi gejolak harga. Asalkan, memang benar-benar pasokan dari bahan pangan itu sendiri tidak mencukupi. Artinya, imbas dari kemungkinan gejolak harga bakal dirasakan dalam waktu selanjutnya bukan saat ini lantaran pasokan masih mumpuni,” terang Gunawan yang juga pemantau harga pangan Sumut.
Menurutnya, saat ini malah terjadi penurunan harga pangan khususnya terhadap cabai merah. Penurunan harga yang terjadi kemungkinan karena pasokan yang melimpah. Hal ini bisa saja dipicu karena petani memanen tanamannya lebih dini, apalagi cabai sangat memungkinkan dibandingkan dengan tanaman lain seperti tomat.
“Kita memang tidak punya solusi yang kongkret untuk menstabilkan harga ketika terjadi bencana seperti itu. Tidak banyak yang bisa dilakukan, apalagi terlebih jika bahan pangan tersebut menjadi satu-satunya suplier di Kota Medan. Terkecuali, ada lembaga atau perusahaan khusus yang memiliki stok sangat banyak guna menutupi kebutuhan pasokan hingga beberapa waktu ke depan,” sebut dia.
Ia menambahkan, memang bisa saja mensuplai dari daerah lain atau bahkan luar provinsi. Akan tetapi, apakah di daerah yang akan mensuplai tersebut stoknya mencukupi. “Suplai dari daerah lain mungkin saja bisa dilakukan. Namun, apakah secara instan dapat menggantikan suplai utama,” imbuhnya.