25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Sepi Pembeli tapi Pedagang Tetap Eksis

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Suasana di Pasar Muara Takus terlihat sepi dari pengunjung, Rabu (21/2).

Selain bangunan-bangunan tersebut, papar Jalil, pihak pemborong diminta membangun toilet, jalan-jalan, riol-riol dan parit. Selanjutnya untuk pembagian bangunan di proyek Muara Takus antara lain; 172 unit stand pemanen dan satu bangunan tempat penyimpanan sepeda sepanjang 45 meter, satu pintu toko harian ukuran 4×8 meter, diserahkan menjadi milik kantor dari LSD, Kampung Madras Hulu secara gratis, satu pintu toko harian ukuran 4×8 meter diserahkan menjadi milik kantor dari Koperasi Kampung Madras Hulu secara gratis, 39 pintu toko harian ukuran 4×12 meter, 11 pintu toko harian dan 12 kios permanen ukuran 4×6 meter adalah untuk pemborong, PT Sumatera Contractor,” katanya.

Seiring perjalanan waktu, pertumbuhan penduduk dan dinamika yang terjadi, pembangunan di seputar Pasar Muara Takus berkembang pesat. Bahkan, sejak kehadiran pusat perbelanjaan modern Sun Plaza pada 2002, yang berada persis di belakang pasar tradisional tersebut, makin membuat sepi konsumen berbelanja ke situ. Pun sejak perkembangan usaha swalayan berjejaring, Pasar Muara Takus kondisinya semakin ‘terpuruk’. Ironinya, jarak antara swalayan itu dengan Pasar Muara Takus tak sampai 10 meter. Praktis kini pasar itu semakin tak diminati masyarakat.

“Dulu kata orang, pasar ini ramai dikunjungi pembeli. Bahkan untuk jalan di dalam pasar saja pun susah. Harus saling tabrak istilahnya, sangkin ramainya. Sekarang orang (pembeli) jarang kemari,” kata Kepala Pasar Muara Takus, Daniel Bustamam.

Ia mengaku harga barang-barang yang dijual di pasar itu terbilang cukup mahal. Namun kualitas barangnya justru terjamin. Sekarang ini, pedagang cenderung memanfaatkan pelanggan lama demi bisa bertahan di pasar tradisional tersebut. “Barang dagangan mereka tetap habis kok. Berarti kan ada pembelinya. Tapi memang nggak langsung kemari, mungkin via telepon saja. Sama halnya kayak tukang jahit, sudah ada pelanggan tetap. Makanya mereka tetap eksis. Bahkan anak SMAN 1 Medan menjahit baju atau simbol sekolah, datangnya kemari,” sebut Daniel.

Amatan Sumut Pos, kondisi Pasar Muara Takus saat ini memang sangat memprihatinkan. Selain sepi pembeli, bangunan kios banyak yang sudah rusak.  Bahkan atap atau seng-seng kios yang ada, sudah pada berkelupasan dan berjatuhan. Pasar yang umumnya dihuni pedagang dari Tionghoa dan India ini pun, semakin tidak terlihat akibat banyak diapit bangunan-bangunan tinggi. Keberadaannya makin terasa terkucilkan dan tergilas, lantaran pusat perbelanjalaan modern dibangun persis dibelakang pasar tersebut. Atas kondisi ini pula, Pemko Medan berencana merevitalisasi Pasar Muara Takus pada 2018. (*/bersambung)

 

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Suasana di Pasar Muara Takus terlihat sepi dari pengunjung, Rabu (21/2).

Selain bangunan-bangunan tersebut, papar Jalil, pihak pemborong diminta membangun toilet, jalan-jalan, riol-riol dan parit. Selanjutnya untuk pembagian bangunan di proyek Muara Takus antara lain; 172 unit stand pemanen dan satu bangunan tempat penyimpanan sepeda sepanjang 45 meter, satu pintu toko harian ukuran 4×8 meter, diserahkan menjadi milik kantor dari LSD, Kampung Madras Hulu secara gratis, satu pintu toko harian ukuran 4×8 meter diserahkan menjadi milik kantor dari Koperasi Kampung Madras Hulu secara gratis, 39 pintu toko harian ukuran 4×12 meter, 11 pintu toko harian dan 12 kios permanen ukuran 4×6 meter adalah untuk pemborong, PT Sumatera Contractor,” katanya.

Seiring perjalanan waktu, pertumbuhan penduduk dan dinamika yang terjadi, pembangunan di seputar Pasar Muara Takus berkembang pesat. Bahkan, sejak kehadiran pusat perbelanjaan modern Sun Plaza pada 2002, yang berada persis di belakang pasar tradisional tersebut, makin membuat sepi konsumen berbelanja ke situ. Pun sejak perkembangan usaha swalayan berjejaring, Pasar Muara Takus kondisinya semakin ‘terpuruk’. Ironinya, jarak antara swalayan itu dengan Pasar Muara Takus tak sampai 10 meter. Praktis kini pasar itu semakin tak diminati masyarakat.

“Dulu kata orang, pasar ini ramai dikunjungi pembeli. Bahkan untuk jalan di dalam pasar saja pun susah. Harus saling tabrak istilahnya, sangkin ramainya. Sekarang orang (pembeli) jarang kemari,” kata Kepala Pasar Muara Takus, Daniel Bustamam.

Ia mengaku harga barang-barang yang dijual di pasar itu terbilang cukup mahal. Namun kualitas barangnya justru terjamin. Sekarang ini, pedagang cenderung memanfaatkan pelanggan lama demi bisa bertahan di pasar tradisional tersebut. “Barang dagangan mereka tetap habis kok. Berarti kan ada pembelinya. Tapi memang nggak langsung kemari, mungkin via telepon saja. Sama halnya kayak tukang jahit, sudah ada pelanggan tetap. Makanya mereka tetap eksis. Bahkan anak SMAN 1 Medan menjahit baju atau simbol sekolah, datangnya kemari,” sebut Daniel.

Amatan Sumut Pos, kondisi Pasar Muara Takus saat ini memang sangat memprihatinkan. Selain sepi pembeli, bangunan kios banyak yang sudah rusak.  Bahkan atap atau seng-seng kios yang ada, sudah pada berkelupasan dan berjatuhan. Pasar yang umumnya dihuni pedagang dari Tionghoa dan India ini pun, semakin tidak terlihat akibat banyak diapit bangunan-bangunan tinggi. Keberadaannya makin terasa terkucilkan dan tergilas, lantaran pusat perbelanjalaan modern dibangun persis dibelakang pasar tersebut. Atas kondisi ini pula, Pemko Medan berencana merevitalisasi Pasar Muara Takus pada 2018. (*/bersambung)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/