Site icon SumutPos

Jangan Biarkan Kami Menderita…

Foto: Fachril/Sumut Pos
Sejumlah warga dan anak-anak di Kecamatan Medan Belawan tampak bermain di genangan air akibat banjir rob.

SUMUTPOS.CO – Genangan air pasang laut atau banjir rob yang menggenangi seluruh lingkungan masyarakat yang bermukim di Kecamatan Medan Belawan menjadi ancaman serius. Pasalnya, tak hanya menggangu aktivitas kehidupan, tapi juga menjadi ancaman bisa menimbulkan penyakit.

Genangan air laut yang tidak dapat dipungkiri akibat berkembangnya pembangunan di pesisir pantai yang mengakibatkan volume air semakin meningkat. Begitulah yang dirasakan masyarakat di lokasi itu.

Syukur, warga setempat mengaku, sangat resah dengan datangnya musim air pasang laut yang terjadi setiap bulan. Pasalnya, volume air yang semakin meningkat telah membanjiri seluruh pemukiman warga di Belawan.

“Kalau kami ditanya, sudah sangat resah dengan air pasang ini. Pemerintah jangan biarkan kami menderita karena air pasang. Harapan kami, pemerintah harus turun ke lapangan dan mencari solusi dengan nasib yang kami alami,” hara Syukur, Minggu (22/10).

Dikatakan pria yang juga aktif di lembaga Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) ini, peningkatan air pasang yang semakin hari semakin tinggi disebabkan dengan abainya pemerintah untuk mengawasi pembangunan dan melestarikan hutan manggrove di Pantai Belawan.

“Sekarang air pasang sudah menyeluruh dirasakan masyarakat, dulu hanya semata kaki, kalau sekarang sudah mencapai 50 cm hingga 100 cm. Ini sudah sangat membahayakan bagi masyarakat di Belawan,” kata Syukur.

Dampak yang akan dirasakan masyarakat, lanjut Syukur, rusaknya bangunan rumah serta perabotan rumah tangga dan fasilitas insfrastrukut akibat air pasang.

“Kalau sekarang, masyarakat malam harus hati – hati tidur malam, karena air pasang malam hari semakin tinggi. Jadi, kendaraan dan rumah serta perabotan pasti banyak yang rusak. Begitu juga dengan pemerintah, memperbaiki insfranstruktur di Belawan tidak ada gunanya, pasti akan rusak. Jadi, air pasang harus dipikirkan lebih dahulu agar dampak lain tidak dirasakan masyarakat,” kata Syukur.

Di tempat lain, Tokoh Masyarakat Medan Utara, Saharudin mengatakan, penyebab utama dari peningkatan air pasang karena pembangunan di Pelabuhan Belawan tanpa memikirkan dampak terhadap masyarakat dan kurangnya perhatiannya pemerintah dalam melestarikan hutan manggrove.

“Kita lihat saat ini ada pembangunan reklamasi untuk kepentingan pelabuhan, ini menjadi dampak besar dari tingginya air pasang. Kita minta pemerintah harus tegas dalam mengawasi pembangunan yang ada di pesisir Pantai Belawan,” tegas Saharudin.

Dengan adanya pembiaran pembangunan reklamasi dan pembiaran terhadap kelestarian manggrove, maka Belawan sampai 5 tahun hingga 10 tahun ke depan akan tenggelam. “Kita mendukung pembangunan, tapi pemerintah harus memikirkan dampak yang akan dirasakan masyarakat,” kata Saharudin.

Pria yang juga menjabat Ketua Gebraksu ini mengatakan, dampak reklamasi bukan hanya memberikan dampak buruk bagi air pasang, akan tetapi akan memberikan dampak buruk bagi mata pencaharian nelayan.

“Dulu ada wacana mengenai pembangunan benteng sepanjang 12 km untuk mengatasi atau menghadang air pasang, tapi sampai saat ini belum juga jelas. Sekarang ini malah adanya reklamasi, jadi kita akan usut masalah reklamasi ini yang sangat besar pengaruhnya terhadap banjir pasang di Belawan,” tegas Saharudin. (fac/ila)

 

 

Exit mobile version