26.7 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Interpelasi Papan Reklame ‘Masuk Angin’

Godfried mengaku kecewa atas inkonsistensi rekan-rekanya yang mundur. “Interpelasi inikan untuk mempertanyakan. Kenapa harus takut,” katanya.

Penggagas hak interpelasi, Ahmad Arief, tampak santai menjawab penolakan dukungan tersebut. “Banyak alasan dan pertimbangan kenapa saya mundur, baik dari fraksi maupun partai,” katanya.

Menyikapi pengusul lain kecewa dengan sikapnya, Arif kembali mengatakan ada pertimbangan dari fraksi yang menjadi alasan ia menarik dukungan itu. “Di dalam politik itu macam-macam, gak bisa semua diungkapkan. Politik itukan seni,” kilah dia.

Penasehat Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPRD Medan, Burhanuddin Sitepu mengatakan imej DPRD Medan secara kelembagaan sangat berimbas di mata masyarakat, akibat batalnya paripurna interpelasi ini. “Secara substansi FPD mendukung hak interpelasi ini. Tapi saya sependapat dengan dengan Pak Bahrumsyah, bahwa interpelasi ini jangan dijadikan senjata bagi segelintir oknum bermain, tetapi kita semua kena imbasnya,” tegasnya.

FPD juga mempertanyakan sikap pengusul yang menarik dukungan dari interpelasi ini. “Dengan ada pernyataan dari seorang pengusul yang menyebutkan bahwa politik itu adalah seni, patut dipertanyakan. Jangan gara-gara segelintir oknum, lembaga ini terciderai. Masyarakat juga akan melihat bahwa ada ‘permainan’ antara legislatif dan Pemko,” katanya seraya mengaku pihaknya sangat kecewa dengan sikap pengusul tersebut.

Terpisah, Sekda Kota Medan Syaiful Bahri mengungkapkan, Pemko tidak ada membangun komunikasi apapun dengan legislatif terkait usulan interpelasi ini. “Kalau kalian (media) mengintrepretasikan seperti itu, ya itu kalianlah. Terserah saja. Intinya saya tidak ada komunikasi mengenai hal ini (interpelasi),” katanya.

Menurutnya, dirinya hadir dalam undangan paripurna karena ditugaskan mewakili pimpinannya. “Kaliankan lihat sendiri, bahwa pembatalan itu dari mereka. Ketua dewan yang memutuskan. Saya diundang untuk mewakili wali kota, itu saja,” pungkasnya. (prn/adz/ila)

Godfried mengaku kecewa atas inkonsistensi rekan-rekanya yang mundur. “Interpelasi inikan untuk mempertanyakan. Kenapa harus takut,” katanya.

Penggagas hak interpelasi, Ahmad Arief, tampak santai menjawab penolakan dukungan tersebut. “Banyak alasan dan pertimbangan kenapa saya mundur, baik dari fraksi maupun partai,” katanya.

Menyikapi pengusul lain kecewa dengan sikapnya, Arif kembali mengatakan ada pertimbangan dari fraksi yang menjadi alasan ia menarik dukungan itu. “Di dalam politik itu macam-macam, gak bisa semua diungkapkan. Politik itukan seni,” kilah dia.

Penasehat Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPRD Medan, Burhanuddin Sitepu mengatakan imej DPRD Medan secara kelembagaan sangat berimbas di mata masyarakat, akibat batalnya paripurna interpelasi ini. “Secara substansi FPD mendukung hak interpelasi ini. Tapi saya sependapat dengan dengan Pak Bahrumsyah, bahwa interpelasi ini jangan dijadikan senjata bagi segelintir oknum bermain, tetapi kita semua kena imbasnya,” tegasnya.

FPD juga mempertanyakan sikap pengusul yang menarik dukungan dari interpelasi ini. “Dengan ada pernyataan dari seorang pengusul yang menyebutkan bahwa politik itu adalah seni, patut dipertanyakan. Jangan gara-gara segelintir oknum, lembaga ini terciderai. Masyarakat juga akan melihat bahwa ada ‘permainan’ antara legislatif dan Pemko,” katanya seraya mengaku pihaknya sangat kecewa dengan sikap pengusul tersebut.

Terpisah, Sekda Kota Medan Syaiful Bahri mengungkapkan, Pemko tidak ada membangun komunikasi apapun dengan legislatif terkait usulan interpelasi ini. “Kalau kalian (media) mengintrepretasikan seperti itu, ya itu kalianlah. Terserah saja. Intinya saya tidak ada komunikasi mengenai hal ini (interpelasi),” katanya.

Menurutnya, dirinya hadir dalam undangan paripurna karena ditugaskan mewakili pimpinannya. “Kaliankan lihat sendiri, bahwa pembatalan itu dari mereka. Ketua dewan yang memutuskan. Saya diundang untuk mewakili wali kota, itu saja,” pungkasnya. (prn/adz/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/