Di sejumlah kesempatan dan pertemuan dengan masyarakat Edy memang kerap menyuarakan kalau penanganan persoalan Sumut tidak bisa dianggap sepele. Ibarat sebuah kapal yang besar, Provinsi Sumut harus dinahkodai sosok yang memiliki komitmen tinggi, tegas, berani, jujur dan iklhas untuk mengembalikan martabat masyarakat Sumut.
Oleh karenanya, Edy sangat menyayangkan jika ada upaya oknum-oknum tak bertanggungjawab mencoba mengotori alam demokrasi di Provinsi Sumut. “Bangsa ini dibangun dengan tetes darah dan air mata dari para pejuangan dengan latarbelakang agama, adat istiadat, budaya dan yang berbeda-beda. Jadi jangan coba-coba memecah belah rakyat. Sebagai putra daerah Sumut saya tidak akan tinggal diam ada yang coba-coba merusak kedamaian di Sumut yang kita cintai ini,”ujar Edy lagi.
Sebagai Provinsi yang kaya akan sumberdaya alam dan manusianya, tidak sepatutnya masih banyak masyarakat yang berada digaris kemiskinan. Masyarakat Sumut seperti halnya di Kepulauan Nias juga masih belum merasakan pemerataan pembangunan. Tak salah menurut Edy jika saat ini sebahagian besar masyarakat Nias merasa dianaktirikan dan menginginkan membentuk Provinsi baru.
“Kalau melihat kondisi pembangunan dan masyarakat di Kepulauan Nias ini saya pikir sangat wajar jika saudara-saudara saya disini minta jadi Provinsi. Tapi bukan itu persoalan utamanya. Mari kita fokus dulu bersama-sama membangun Sumut ini termasuk Kepulauan Nias. Begitu banyak potensi yang seharusnya bisa mengangkat kesejahteraan rakyat kita. Pemerataan pembangunan jelas harus dilakukan,” ujar Edy.
Saat melakoni lawatannya di Kepulauan Nias, Edy juga kerap menyampaikan kalau ia masih memiliki kelemahan saat berkomunikasi dengan masyarakat sebagai warga sipil. Namun secara jujur dirinya mengakui sedang belajar menjadi seorang sipil yang baik. “Dua bulan yang lalu saya masih seorang prajurit berpangkat Letnan Jenderal. Saya sadar saya masih kesulitan berkomunikasi layaknya sipil. Tapi saya akan berusaha. Tapi yakinlah, membesarkan Sumut ini tidak membutuhkan basa-basi dan sekedar janji-janji. Sekarang Rakyat Sumut butuh tindakan nyata,”ujarnya.
Namun, di balik pembawaannya yang tegas, mantan Panglima Kodam I BB ini dikenal sebagai sosok yang pria yang berhati lembut. Hal ini terlihat setiap kali dirinya berinteraksi dengan masyarakat khususnya saat berkunjungan ke daerah-daerah.
Hampir di setiap kesempatan Edy akan terenyuh jika melihat masyarakat miskin dan meminta-minta. Seperti saat mengunjungi Pasar Pekan Tetehosi, Idanogawo, Nias langkah terhenti melihat seorang wanita tanpa memiliki lengan dan kaki yang utuh duduk berpanas-panasan di jalanan pajak yang becek dan tak rata. Tanpa basa-basi Edy langsung memerintahkan relawan yang mengikutinya untuk mengangkat wanita yang akhirnya diketahui bernama Anariang Laoly ke sebuah warung makanan yang tak jauh dari lokasi duduknya semula.