27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Cuaca Ekstrem, Waspada Banjir

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hal itu dikatakan Kepala BBMKG Wilayah 1 Medan, Darmawan melalui Prakirawan, Martha R Manurung kepada Sumut Pos di Medan, Kamis (23/6).

“Untuk tiga hari ke depan wilayah Medan dan sekitarnya diperkirakan masih berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang dan badai petir pada sore dan malam hari. Jadi, bagi masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem dan banjir,” ujarnya.

Dikatakannya, hujan ekstrem yang terjadi kemarin lebih disebabkan karena adanya konvergensi di wilayah Sumatera bagian utara khususnya Medan dan Deliserdang. Sehingga, potensi pertumbuhan awan hujan (kumulonimbus) cukup besar di wilayah Medan dan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya hujan lebat disertai petir/angin kencang di wilayah tersebut. Ditambah lagi kondisi udara atas yang labil juga memicu pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Medan sekitarnya.”Namun curah hujan berkurang untuk Kota Medan, tetapi untuk wilayah Sumut lainnya seperti Deliserdang dan pegunungan masih berpotensi hujan lebat,” katanya.

Adapun, untuk kejadian banjir di Medan dan sekitarnya pada 22 Juni 2022 disebabkan oleh suhu muka laut mencapai 32 Celcius di wilayah Sumut Bagian Utara, sehingga asupan uap air cukup tinggi dari wilayah perairan tersebut khususnya yang mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.

Kemudian, sambungnya, analisis angin terdapat gangguan cuaca berupa tekanan rendah di wilayah Samudera Hindia Barat Sumatera menyebabkan terjadinya konvergensi di wilayah Sumatera Bagian Utara, khususnya Medan dan Deliserdang serta didukung oleh masa udara yang labil.”Pertumbuhan awan-awan CB dimulai pada pukul 16.00 WIB mencapai puncaknya

pada pukul 19.00 WIB dan bertahan hingga dini hari,” pungkasnya.

Sementara itu, akibat tingginya intensitas curah hujan beberapa hari terakhir, Kawasan Industri Medan (KIM) digenangi banjir. Belum ada tenda-tanda PT KIM (Persero) mengatasi serangan banjir tersebut. Sebab, hingga Kamis (23/6) air masih mengenangi kawasan industri tersebut.

Sementara itu, sejak Rabu malam (22/6), hujan deras disertai petir mengguyur Kota Medan. Terpantau selama tiga jam hujan deras baru mereda sekitar pukul 22.00 WIB. Akibat hujan deras tersebut, volume Sungai Deli pun mulai naik. Warga Medan yang tinggal di pinggiran sungai juga mulai was-was kalau air akan masuk ke rumahnya.

Suliem, warga Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, mengaku was-was saat musim hujan dan hujan deras Sungai Deli mulai naik dan akan masuk ke rumahnya. Walau begitu, ia pun juga sudah terbiasa menghadapi situasi naiknya volume Sungai Deli. “Was-was iya, tapi kita kayak gini ya, sudah biasalah, mau cemana lagi, ya, kan. Ya, kalau air naik kita naikkan barangnya biar nggak terendam,” ujar Suliem.

Suliem mengharapkan agar saat menghadapi musim hujan, khususnya warga yang tinggal di pinggiran Sungai Deli agar diperhatikan oleh Wali Kota Medan. “Kalau bisa ditatalah, ya, supaya nggak banjir macam mana dibuat sama Wali Kota, karena rumah saya pun ada di ujung bawah,” harap Suliem.

Sama halnya dengan Murni, warga setempat yang menganggap biasa saat hujan dan volume Sungai Deli mulai naik. Ia pun bergegas mengemas perkakas yang perlu diselamatkan. “Tadi air sudah sampai masuk ke rumah (setinggi 1 meter). Ya, kayak gitulah keadaan kita, ditinggi-tinggikan ajalah. Sudah kodrat kami tinggal di sini, kalau ada duit mana mungkin kami tinggal di sini. Ya, was-was juga, tapi gitulah (sudah biasa).

Disebutkan Murni, tahun 2023 akan ada penataan bantaran Sungai Deli, dengan jarak 5 meter dari sungai akan ditata. Ia pun mengaku pasrah kalau ada penggusuran oleh Pemko Medan. “Tahun 2023 nanti nih ada penataan baru, kenak apalah ini, 5 meter dari sungai habislah ini,” ujar Murni.

Murni mengaku terkait penataan bantaran Sungai Deli yang disebutnya akan dilakukan penggusuran, pihak Pemkot Medan dan warga belum lebih dalam berembuk. Disebutnya, Pemkot Medan akan ganti untung dalam menggusur pemukiman warga yang ada di bantaran sungai yang membelah ibukota Provinsi Sumatera Utara tersebut.

Sementara itu, Kepala Lingkungan IX Erwin Surbakti menerangkan bahwa warga khusus tinggal di pinggir Sungai Deli telah diberikan edukasi terkait pertolongan pertama. Jika volume sungai mulai naik, warga akan bersiap-siap menyelamatkan perkakasnya dan berkumpul di pusat titik kumpul yang telah disediakan.

“Ya kalau banjir kita sudah ada bantuan, ya. Kalau air masuk ke rumah siap-siap masing-masing bersihkan. Kalau jalan ya ramai-ramai bersihkan. Mereka telah terbiasa dengan itu. Selama ini sampai tenggelam pun mereka terbiasa. Masyarakat itu sudah tahu (sudah diedukasi). Makanya, tidak ada sofa tidak ada barang yang berat-berat agar tidak susah mengangkatnya. Dan kami pun sudah siapkan titik kumpul khusus, di situ warga diungsikan dan diberi bantuan,” kata Erwin saat bertemu di Kantor Kelurahan Hamdan, Kamis sore (23/6). (dwi/mag-3/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hal itu dikatakan Kepala BBMKG Wilayah 1 Medan, Darmawan melalui Prakirawan, Martha R Manurung kepada Sumut Pos di Medan, Kamis (23/6).

“Untuk tiga hari ke depan wilayah Medan dan sekitarnya diperkirakan masih berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang dan badai petir pada sore dan malam hari. Jadi, bagi masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem dan banjir,” ujarnya.

Dikatakannya, hujan ekstrem yang terjadi kemarin lebih disebabkan karena adanya konvergensi di wilayah Sumatera bagian utara khususnya Medan dan Deliserdang. Sehingga, potensi pertumbuhan awan hujan (kumulonimbus) cukup besar di wilayah Medan dan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya hujan lebat disertai petir/angin kencang di wilayah tersebut. Ditambah lagi kondisi udara atas yang labil juga memicu pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Medan sekitarnya.”Namun curah hujan berkurang untuk Kota Medan, tetapi untuk wilayah Sumut lainnya seperti Deliserdang dan pegunungan masih berpotensi hujan lebat,” katanya.

Adapun, untuk kejadian banjir di Medan dan sekitarnya pada 22 Juni 2022 disebabkan oleh suhu muka laut mencapai 32 Celcius di wilayah Sumut Bagian Utara, sehingga asupan uap air cukup tinggi dari wilayah perairan tersebut khususnya yang mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.

Kemudian, sambungnya, analisis angin terdapat gangguan cuaca berupa tekanan rendah di wilayah Samudera Hindia Barat Sumatera menyebabkan terjadinya konvergensi di wilayah Sumatera Bagian Utara, khususnya Medan dan Deliserdang serta didukung oleh masa udara yang labil.”Pertumbuhan awan-awan CB dimulai pada pukul 16.00 WIB mencapai puncaknya

pada pukul 19.00 WIB dan bertahan hingga dini hari,” pungkasnya.

Sementara itu, akibat tingginya intensitas curah hujan beberapa hari terakhir, Kawasan Industri Medan (KIM) digenangi banjir. Belum ada tenda-tanda PT KIM (Persero) mengatasi serangan banjir tersebut. Sebab, hingga Kamis (23/6) air masih mengenangi kawasan industri tersebut.

Sementara itu, sejak Rabu malam (22/6), hujan deras disertai petir mengguyur Kota Medan. Terpantau selama tiga jam hujan deras baru mereda sekitar pukul 22.00 WIB. Akibat hujan deras tersebut, volume Sungai Deli pun mulai naik. Warga Medan yang tinggal di pinggiran sungai juga mulai was-was kalau air akan masuk ke rumahnya.

Suliem, warga Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, mengaku was-was saat musim hujan dan hujan deras Sungai Deli mulai naik dan akan masuk ke rumahnya. Walau begitu, ia pun juga sudah terbiasa menghadapi situasi naiknya volume Sungai Deli. “Was-was iya, tapi kita kayak gini ya, sudah biasalah, mau cemana lagi, ya, kan. Ya, kalau air naik kita naikkan barangnya biar nggak terendam,” ujar Suliem.

Suliem mengharapkan agar saat menghadapi musim hujan, khususnya warga yang tinggal di pinggiran Sungai Deli agar diperhatikan oleh Wali Kota Medan. “Kalau bisa ditatalah, ya, supaya nggak banjir macam mana dibuat sama Wali Kota, karena rumah saya pun ada di ujung bawah,” harap Suliem.

Sama halnya dengan Murni, warga setempat yang menganggap biasa saat hujan dan volume Sungai Deli mulai naik. Ia pun bergegas mengemas perkakas yang perlu diselamatkan. “Tadi air sudah sampai masuk ke rumah (setinggi 1 meter). Ya, kayak gitulah keadaan kita, ditinggi-tinggikan ajalah. Sudah kodrat kami tinggal di sini, kalau ada duit mana mungkin kami tinggal di sini. Ya, was-was juga, tapi gitulah (sudah biasa).

Disebutkan Murni, tahun 2023 akan ada penataan bantaran Sungai Deli, dengan jarak 5 meter dari sungai akan ditata. Ia pun mengaku pasrah kalau ada penggusuran oleh Pemko Medan. “Tahun 2023 nanti nih ada penataan baru, kenak apalah ini, 5 meter dari sungai habislah ini,” ujar Murni.

Murni mengaku terkait penataan bantaran Sungai Deli yang disebutnya akan dilakukan penggusuran, pihak Pemkot Medan dan warga belum lebih dalam berembuk. Disebutnya, Pemkot Medan akan ganti untung dalam menggusur pemukiman warga yang ada di bantaran sungai yang membelah ibukota Provinsi Sumatera Utara tersebut.

Sementara itu, Kepala Lingkungan IX Erwin Surbakti menerangkan bahwa warga khusus tinggal di pinggir Sungai Deli telah diberikan edukasi terkait pertolongan pertama. Jika volume sungai mulai naik, warga akan bersiap-siap menyelamatkan perkakasnya dan berkumpul di pusat titik kumpul yang telah disediakan.

“Ya kalau banjir kita sudah ada bantuan, ya. Kalau air masuk ke rumah siap-siap masing-masing bersihkan. Kalau jalan ya ramai-ramai bersihkan. Mereka telah terbiasa dengan itu. Selama ini sampai tenggelam pun mereka terbiasa. Masyarakat itu sudah tahu (sudah diedukasi). Makanya, tidak ada sofa tidak ada barang yang berat-berat agar tidak susah mengangkatnya. Dan kami pun sudah siapkan titik kumpul khusus, di situ warga diungsikan dan diberi bantuan,” kata Erwin saat bertemu di Kantor Kelurahan Hamdan, Kamis sore (23/6). (dwi/mag-3/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/