32.8 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Jokowi Fokus Membangun SDM, Lapangan Kerja dan UKM, Nadiem Siapkan Teknologi

TERSENYUM: Nadiem Makarim tersenyum usai dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Istana Negara, Rabu (23/10).
TERSENYUM: Nadiem Makarim tersenyum usai dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Istana Negara, Rabu (23/10).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin telah mengumumkan nama-nama menterinya yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10). Jokowi meminta para menteri yang dipilih bekerja keras dan produktif. Kini, publik tinggal menunggu kiprah jajaran kabinet dalam mewujudkan janji politik Jokowi-Maruf.

BERBEDA dengan periode pertama yang diberi nama Kabinet Kerja, pada periode keduanya Jokowi memberi nama Kabinet Kabinet Indonesia Maju. Nama itu, kata Jokowi, mewakili spirit dan harapan untuk menjembatani Indonesia menuju negara maju. “Dalam lima tahun kemarin kita kan kerja kerja kerja. Ini arahnya untuk menghantarkan Indonesia maju,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.

Jokowi menambahkan, pihaknya akan melanjutkan pekerjaan di periode pertamanya. Termasuk di antaranya berbagai persoalan yang belum tuntas. Seperti defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalann

penurunan kemiskinan, peningkatan usaha kecil, hingga membuka iklim investasi untuk membuka lapangan kerja.

Selain itu, agenda lainnya adalah melanjutkan debirokrasitasi melalui reformasi birokrasi, deregulasi, dan penggunaan anggaran yang terfokus dan tepat sasaran. “Kemudian tentu saja prioritas utama kita 5 tahun ke depan pembangunan SDM, dan semuanya yang berkaitan dengan itu harus kita garap secara rame-rame,” imbuhnya.

BERFOTO DI TANGGA ISTANA: Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin foto bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga Istana Negara usai diumumkan, Rabu (23/10).
BERFOTO DI TANGGA ISTANA: Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin foto bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga Istana Negara usai diumumkan, Rabu (23/10).

Untuk itu, dia meminta jajarannya untuk taat pada enam hal. Yakni fokus pada visi misi Presiden dan wakil presiden, menciptakan sistem yang menutup korupsi, tidak terjebak pada rutinitas, dapat bekerja cepat, keras dan produktif, berorientasi pada hasil, serta rajin turun ke lapangan. “Terakhir, semua harus serius dalam bekerja, saya pastikan yang tidak serius bekerja, yang tidak sungguh-sungguh hati-hati bisa saya copot di tengah jalan,” ungkapnya.

Konsep pengumuman menteri kabinet kerja kemarin berlangsung santai. Bersama Maruf Amin, Jokowi duduk lesehan bersama 34 menteri, 3 kepala lembaga setingkat menteri, dan Jaksa Agung di unggakan Gedung Istana Merdeka. Satu persatu dipanggil, diminta berdiri, dan diberi instruksi singkat terkait tugasnya ke depan. Usai diumumkan, para menteri dilantik secara bersama-sama di Gedung Istana Negara.

Dari semua nama yang diperkenalkan, sosok Nadiem Makarim paling menjadi perhatian. Selain latar belakangnya yang dinilai tidak selaras, di usia 35 tahun dia memimpin kementerian yang begitu luas cakupannya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). ’’Saya terima amanah ini dengan sangat hati-hati. Saya tidak akan pernah mengira bergabung dengan pemerintahan,’’ kata dia memulai tanggapannya.

Pendiri Gojek itu menjelaskan, hampir semua persoalan bangsa Indonesia solusinya ada di pendidikan. Diakuinya, tantangan sebagai Mendikbud begitu luas. Apalagi menurutnya Kemendikbud adalah kementerian dengan skala besar. Sistem pendidikan di Indonesia merupakan terbesar di dunia nomor empat. ’’(Sistem pendidikan, Red) belum terlalu banyak perubahan 20-30 tahun terakhir. Walaupun ada banyak hal baik dari Pak Muhadjir dan Pak Nasir,’’ tuturnya.

Nadiem mengatakan harapannya ke depan adalah menciptakan pendidikan yang berbasis kompetensi dan karakter. Aspek penting untuk mewujudkannya adalah guru. Baik dari aspek kapabilitas maupun kesejahteraan guru bagi Nadiem sangat penting. Menurut dia, murid itu hanya bisa sebaik gurunya.

Nadiem lantas menyampaikan alasannya bisa ditugasi menjadi Mendikbud, meskipun bukan berasal dari kalangan pendidikan. ’’Saya lebih mengerti apa yang akan (dibutuhkan, Red) di masa depan kita,’’ tuturnya. Sebab bidang bisnisnya selama ini adalah untuk mengantisipasi kebutuhan masa depan. Dia mengatakan tantangan pendidikan saat ini adalah link and match antara lembaga pendidikan dengan kebutuhan industri.

Kemudian Nadiem mengatakan dengan 300 ribu sekolah, 50 juta murid, mau tidak mau memerlukan peran teknologi yang begitu besar. Pemantaan teknologi itu untuk mencapai kualitas, efisiensi, dan sistem administrasi dunia pendidikan yang baik. ’’Seperti arahan Pak Presiden, kita tidak bisa business as usual. Kita harus mendobrak dan berinovasi,’’ jelasnya.

Sosok lain yang menarik perhatian adalah posisi Menteri Kesehatan yang dipegang dokter Terawan. Apalagi, pemilihannya mendapat penolakan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). IDI sebelumnya menganggap Terawan melanggar kode etik. Saat dikonfirmasi, Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto itu menanggapi santai.

“Ya ndak papa. Kan namanya juga sekarang jabatan politis. Kan ada menerima, ada yang menolak. Itu hal biasa,” ujarnya.

Dibanding mempersoalkan hal itu, dia memilih untuk fokus pada tanggung jawabnya. Saat ini, ada sejumlah persoalan yang harus dituntaskan. Yakni pembenahan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) hingga pemberantasan stunting untuk mendukung pengembangan SDM.

Untuk penyelesaian BPJS, Terawan belum bisa menyampaikan detail. Sebab, dia belum bicara dengan stakeholder terkait. Namun, prinsipnya dia ingin membuat solusi yang moderat.”Yang tidak memberatkan masyarakat dan negara. Dan itu harus betul-betul dibahas dengan detail, dan harus penuh kejujuran, keterbukaan,” imbuhnya.

Kemudian untuk persoalan Stunting, terawan mengaku akan mendalami karakteristik masing-masing daerah. Sebab, masing-masing memiliki kondisi dan tantangannya tersendiri. Sehingga tidak bisa dilakukan kebijakan yang sama.”Anggaran harus betul-betul tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat guna,” kata dia.

Sektor lain yang erat kaitannya dengan publik adalah masalah pangan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya akan berupaya menciptakan ketahanan pangan di dalam negeri. Dengan cara itu, Indonesia diharapkan dapat mengurangi aktivitas impor pangan yang kerap menimbulkan gejolak di dalam negeri. “Kalau memang tidak sangat mendesak, impor kita hindari,” ujarnya.

Untuk menuju swasembada pangan, mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu mengaku membutuhkan strategi yang panjang. Dalam waktu dekat, hal utama yang akan dilakukan adalah perapihan data. Pasalnya, perbedaan data yang selama ini terjadi membuat pemerintah gamang dalam membuat kebijakan. Imbasnya, masih ada kasus komoditas impor masuk, padahal stok di dalam negeri melimpah.

SYL yakin, jika data yang dimiliki masing-masing lembaga terkonsolidasi, maka hal itu bisa dihindari. Bukan hanya terhadap beras, namun juga komoditas lainnya. Lalu, bagaimana mengakurasikan data? SYL menilai teknologi digital sudah sangat maju. Dengan artificial intelligence, data di lapangan dapat diambil dengan akurat.

“Panen-panen ga perlu dengan laporan. Dengan satelit pun sudah bisa kita lakukan,” ungkapnya.

Menag Picu Protes NU

Sementara itu, terpilihnya Fachrul Razi sebagai Menteri Agama memicu protes dari kalangan Nahdliyin. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mengakui, sejak dimumkannya susunan kabinet, ada protes dari sejumlah kiai dan tokoh-tokoh NU dari seluruh pelosok Indonesia tentang pengangkatan Fachrul Razi sebagai menteri agama. “Dari kalangan tanfidziyah maupun syuriah. Bahkan para kiai-kiai sepuh juga,” kata Robikin pada Jawa Pos kemarin (23/10).

Kekecewaan saat ini tengah ditampung oleh PBNU sebagai bahan pertimbangan untuk langkah selanjutnya. Yang jelas kata Robikin, PBNU ingin berusaha mengelola aspirasi para Kiai dari berbagai daerah agar tersalurkan dengan baik. Kekecewaan yang utama kata Robikin adalah karena Kemenag selama ini dianggap sebagai garda terdepan dalam mengatasi radikalisme berbasis agama.

“Namun para kiai tak habis mengerti terhadap pilihan yang ada (Jokowi,Red),” sebut Robikin.

Robikin menambahkan, para kiai sudah lama merisaukan fenomena terjadinya pendangkalan pemahaman agama yang ditandai dengan merebaknya sikap intoleran. Lebih tragis lagi, bahkan sikap ekstrem dengan mengatasnamakan agama. Semua di luar kelompoknya kafir dan halal darahnya. “Teror adalah diantara ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini,” pungkasnya.

Sementara Fachrul Razi mengaku tidak mengetahui alasan dirinya dipilih sebagai menteri agama. Fachrul lantas menerka-nerka alasan Jokowi memilih dirinya sebagai Menag. ’’Tebakan saya, (alasan Jokowi, Red) Pak Fachrul ini suka mendalami agama meskipun bukan kiai,’’ tuturnya. Apalagi, dirinya aktif aktif melakukan khutbah dan ceramah. Kemudian dalam ceramahnya dia mengaku selalu berbicara soal Islam yang damai, menjaga toleransi, dan keutuhan serta persatuan bangsa.

Soal tugas yang diminta Jokowi, pensiunan TNI itu menyebut akan merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang keagamaan. ’’Dan agama itu banyak. Saya bukan menteri agama Islam. Tetapi menteri agama RI,’’ katanya.

Dia lantas menjelaskan tantangan keagamaan ke depan. Diantaranya adalah soal adanya kesalahan dalam menafsirkan agama. Fachrul mengatakan ajaran agama itu luar biasa baik. Contohnya agama Islam yang mengajak perdamaian. Jika ada implementasi keagamaan yang membawa mudharat, berarti telah terjadi salah penafsiran. Menurut dia salah menafsirkan agama ini merupakan salah satu tantangan keagamaan.

Sementara itu Ketua MPR Bambang Soesatyo mengomentari susunan kabinet yang dilantik Jokowi. Bagi dia, komposisinya cukup baik. ’’Kalau melihat komposisinya, saya sebutnya dream team,’’ kata politisi Partai Golkar itu usai mengikuti pelantikan.

Menurut Bamsoet, nama karibnya, susunan kabinet ada yang mewakili generasi muda. Kemudian juga ada dari unsur orang berpengalaman. Dia berharap seluruh menteri dan pejabat yang dilantik bisa bekerja dengan baik. Menjalankan semangat kerja keras. Serta mendukung Presiden Jokowi menyelesaikan tugas-tugasnya di periode keduanya. (far/wan/tau)

TERSENYUM: Nadiem Makarim tersenyum usai dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Istana Negara, Rabu (23/10).
TERSENYUM: Nadiem Makarim tersenyum usai dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Istana Negara, Rabu (23/10).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin telah mengumumkan nama-nama menterinya yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10). Jokowi meminta para menteri yang dipilih bekerja keras dan produktif. Kini, publik tinggal menunggu kiprah jajaran kabinet dalam mewujudkan janji politik Jokowi-Maruf.

BERBEDA dengan periode pertama yang diberi nama Kabinet Kerja, pada periode keduanya Jokowi memberi nama Kabinet Kabinet Indonesia Maju. Nama itu, kata Jokowi, mewakili spirit dan harapan untuk menjembatani Indonesia menuju negara maju. “Dalam lima tahun kemarin kita kan kerja kerja kerja. Ini arahnya untuk menghantarkan Indonesia maju,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.

Jokowi menambahkan, pihaknya akan melanjutkan pekerjaan di periode pertamanya. Termasuk di antaranya berbagai persoalan yang belum tuntas. Seperti defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalann

penurunan kemiskinan, peningkatan usaha kecil, hingga membuka iklim investasi untuk membuka lapangan kerja.

Selain itu, agenda lainnya adalah melanjutkan debirokrasitasi melalui reformasi birokrasi, deregulasi, dan penggunaan anggaran yang terfokus dan tepat sasaran. “Kemudian tentu saja prioritas utama kita 5 tahun ke depan pembangunan SDM, dan semuanya yang berkaitan dengan itu harus kita garap secara rame-rame,” imbuhnya.

BERFOTO DI TANGGA ISTANA: Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin foto bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga Istana Negara usai diumumkan, Rabu (23/10).
BERFOTO DI TANGGA ISTANA: Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin foto bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga Istana Negara usai diumumkan, Rabu (23/10).

Untuk itu, dia meminta jajarannya untuk taat pada enam hal. Yakni fokus pada visi misi Presiden dan wakil presiden, menciptakan sistem yang menutup korupsi, tidak terjebak pada rutinitas, dapat bekerja cepat, keras dan produktif, berorientasi pada hasil, serta rajin turun ke lapangan. “Terakhir, semua harus serius dalam bekerja, saya pastikan yang tidak serius bekerja, yang tidak sungguh-sungguh hati-hati bisa saya copot di tengah jalan,” ungkapnya.

Konsep pengumuman menteri kabinet kerja kemarin berlangsung santai. Bersama Maruf Amin, Jokowi duduk lesehan bersama 34 menteri, 3 kepala lembaga setingkat menteri, dan Jaksa Agung di unggakan Gedung Istana Merdeka. Satu persatu dipanggil, diminta berdiri, dan diberi instruksi singkat terkait tugasnya ke depan. Usai diumumkan, para menteri dilantik secara bersama-sama di Gedung Istana Negara.

Dari semua nama yang diperkenalkan, sosok Nadiem Makarim paling menjadi perhatian. Selain latar belakangnya yang dinilai tidak selaras, di usia 35 tahun dia memimpin kementerian yang begitu luas cakupannya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). ’’Saya terima amanah ini dengan sangat hati-hati. Saya tidak akan pernah mengira bergabung dengan pemerintahan,’’ kata dia memulai tanggapannya.

Pendiri Gojek itu menjelaskan, hampir semua persoalan bangsa Indonesia solusinya ada di pendidikan. Diakuinya, tantangan sebagai Mendikbud begitu luas. Apalagi menurutnya Kemendikbud adalah kementerian dengan skala besar. Sistem pendidikan di Indonesia merupakan terbesar di dunia nomor empat. ’’(Sistem pendidikan, Red) belum terlalu banyak perubahan 20-30 tahun terakhir. Walaupun ada banyak hal baik dari Pak Muhadjir dan Pak Nasir,’’ tuturnya.

Nadiem mengatakan harapannya ke depan adalah menciptakan pendidikan yang berbasis kompetensi dan karakter. Aspek penting untuk mewujudkannya adalah guru. Baik dari aspek kapabilitas maupun kesejahteraan guru bagi Nadiem sangat penting. Menurut dia, murid itu hanya bisa sebaik gurunya.

Nadiem lantas menyampaikan alasannya bisa ditugasi menjadi Mendikbud, meskipun bukan berasal dari kalangan pendidikan. ’’Saya lebih mengerti apa yang akan (dibutuhkan, Red) di masa depan kita,’’ tuturnya. Sebab bidang bisnisnya selama ini adalah untuk mengantisipasi kebutuhan masa depan. Dia mengatakan tantangan pendidikan saat ini adalah link and match antara lembaga pendidikan dengan kebutuhan industri.

Kemudian Nadiem mengatakan dengan 300 ribu sekolah, 50 juta murid, mau tidak mau memerlukan peran teknologi yang begitu besar. Pemantaan teknologi itu untuk mencapai kualitas, efisiensi, dan sistem administrasi dunia pendidikan yang baik. ’’Seperti arahan Pak Presiden, kita tidak bisa business as usual. Kita harus mendobrak dan berinovasi,’’ jelasnya.

Sosok lain yang menarik perhatian adalah posisi Menteri Kesehatan yang dipegang dokter Terawan. Apalagi, pemilihannya mendapat penolakan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). IDI sebelumnya menganggap Terawan melanggar kode etik. Saat dikonfirmasi, Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto itu menanggapi santai.

“Ya ndak papa. Kan namanya juga sekarang jabatan politis. Kan ada menerima, ada yang menolak. Itu hal biasa,” ujarnya.

Dibanding mempersoalkan hal itu, dia memilih untuk fokus pada tanggung jawabnya. Saat ini, ada sejumlah persoalan yang harus dituntaskan. Yakni pembenahan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) hingga pemberantasan stunting untuk mendukung pengembangan SDM.

Untuk penyelesaian BPJS, Terawan belum bisa menyampaikan detail. Sebab, dia belum bicara dengan stakeholder terkait. Namun, prinsipnya dia ingin membuat solusi yang moderat.”Yang tidak memberatkan masyarakat dan negara. Dan itu harus betul-betul dibahas dengan detail, dan harus penuh kejujuran, keterbukaan,” imbuhnya.

Kemudian untuk persoalan Stunting, terawan mengaku akan mendalami karakteristik masing-masing daerah. Sebab, masing-masing memiliki kondisi dan tantangannya tersendiri. Sehingga tidak bisa dilakukan kebijakan yang sama.”Anggaran harus betul-betul tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat guna,” kata dia.

Sektor lain yang erat kaitannya dengan publik adalah masalah pangan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya akan berupaya menciptakan ketahanan pangan di dalam negeri. Dengan cara itu, Indonesia diharapkan dapat mengurangi aktivitas impor pangan yang kerap menimbulkan gejolak di dalam negeri. “Kalau memang tidak sangat mendesak, impor kita hindari,” ujarnya.

Untuk menuju swasembada pangan, mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu mengaku membutuhkan strategi yang panjang. Dalam waktu dekat, hal utama yang akan dilakukan adalah perapihan data. Pasalnya, perbedaan data yang selama ini terjadi membuat pemerintah gamang dalam membuat kebijakan. Imbasnya, masih ada kasus komoditas impor masuk, padahal stok di dalam negeri melimpah.

SYL yakin, jika data yang dimiliki masing-masing lembaga terkonsolidasi, maka hal itu bisa dihindari. Bukan hanya terhadap beras, namun juga komoditas lainnya. Lalu, bagaimana mengakurasikan data? SYL menilai teknologi digital sudah sangat maju. Dengan artificial intelligence, data di lapangan dapat diambil dengan akurat.

“Panen-panen ga perlu dengan laporan. Dengan satelit pun sudah bisa kita lakukan,” ungkapnya.

Menag Picu Protes NU

Sementara itu, terpilihnya Fachrul Razi sebagai Menteri Agama memicu protes dari kalangan Nahdliyin. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mengakui, sejak dimumkannya susunan kabinet, ada protes dari sejumlah kiai dan tokoh-tokoh NU dari seluruh pelosok Indonesia tentang pengangkatan Fachrul Razi sebagai menteri agama. “Dari kalangan tanfidziyah maupun syuriah. Bahkan para kiai-kiai sepuh juga,” kata Robikin pada Jawa Pos kemarin (23/10).

Kekecewaan saat ini tengah ditampung oleh PBNU sebagai bahan pertimbangan untuk langkah selanjutnya. Yang jelas kata Robikin, PBNU ingin berusaha mengelola aspirasi para Kiai dari berbagai daerah agar tersalurkan dengan baik. Kekecewaan yang utama kata Robikin adalah karena Kemenag selama ini dianggap sebagai garda terdepan dalam mengatasi radikalisme berbasis agama.

“Namun para kiai tak habis mengerti terhadap pilihan yang ada (Jokowi,Red),” sebut Robikin.

Robikin menambahkan, para kiai sudah lama merisaukan fenomena terjadinya pendangkalan pemahaman agama yang ditandai dengan merebaknya sikap intoleran. Lebih tragis lagi, bahkan sikap ekstrem dengan mengatasnamakan agama. Semua di luar kelompoknya kafir dan halal darahnya. “Teror adalah diantara ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini,” pungkasnya.

Sementara Fachrul Razi mengaku tidak mengetahui alasan dirinya dipilih sebagai menteri agama. Fachrul lantas menerka-nerka alasan Jokowi memilih dirinya sebagai Menag. ’’Tebakan saya, (alasan Jokowi, Red) Pak Fachrul ini suka mendalami agama meskipun bukan kiai,’’ tuturnya. Apalagi, dirinya aktif aktif melakukan khutbah dan ceramah. Kemudian dalam ceramahnya dia mengaku selalu berbicara soal Islam yang damai, menjaga toleransi, dan keutuhan serta persatuan bangsa.

Soal tugas yang diminta Jokowi, pensiunan TNI itu menyebut akan merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang keagamaan. ’’Dan agama itu banyak. Saya bukan menteri agama Islam. Tetapi menteri agama RI,’’ katanya.

Dia lantas menjelaskan tantangan keagamaan ke depan. Diantaranya adalah soal adanya kesalahan dalam menafsirkan agama. Fachrul mengatakan ajaran agama itu luar biasa baik. Contohnya agama Islam yang mengajak perdamaian. Jika ada implementasi keagamaan yang membawa mudharat, berarti telah terjadi salah penafsiran. Menurut dia salah menafsirkan agama ini merupakan salah satu tantangan keagamaan.

Sementara itu Ketua MPR Bambang Soesatyo mengomentari susunan kabinet yang dilantik Jokowi. Bagi dia, komposisinya cukup baik. ’’Kalau melihat komposisinya, saya sebutnya dream team,’’ kata politisi Partai Golkar itu usai mengikuti pelantikan.

Menurut Bamsoet, nama karibnya, susunan kabinet ada yang mewakili generasi muda. Kemudian juga ada dari unsur orang berpengalaman. Dia berharap seluruh menteri dan pejabat yang dilantik bisa bekerja dengan baik. Menjalankan semangat kerja keras. Serta mendukung Presiden Jokowi menyelesaikan tugas-tugasnya di periode keduanya. (far/wan/tau)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/