26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Debu Sinabung Selimuti Karo, Warga Gagal Panen

AFP PHOTO / FATIMA_ELKAREEM Seorang petani merawat tanaman tomatnya, yang diselumuti debu vulkanik di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Senin (24/5/2016), setelah erupsi susulan Gunung Sinabung.
AFP PHOTO / FATIMA_ELKAREEM
Seorang petani merawat tanaman tomatnya, yang diselumuti debu vulkanik di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Senin (24/5/2016), setelah erupsi susulan Gunung Sinabung.

KARO, SUMUTPOS.CO – Gunung Sinabung masih bergejolak dan meluncurkan awan panas guguran (APG). Rangakain lontaran debu dari mulut kawah, Selasa (24/5) menyebabkan sejumlah daerah diselimuti vulkanik tebal. Selain terancam gagal panen, warga Tanah Karo juga dihantui penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Info dihimpun dari Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kecamatan Simpang Empat, sejak pukul 00.00 hingga 18.00 WIB telah terjadi 4 kali erupsi yang disertai APG. Adapun ketinggian kolom debu erupsi mencapai 2.000 meter yang bergerak ke arah timur gunung seiring pergerakan angin. Sedangkan luncuran awan panas teramati hingga mencapai 3.200 meter mengarah ke tenggara-timur.

“Imbauan kita masih sama pada status Awas (Level IV). Tetap jauhi zona merah karena aktivitas vulkanologi Sinabung saat ini masih tergolong tinggi. Untuk masyarakat yang terpapar debu, diminta agar mengenakan masker, menutup sumber air bersih dan keluar rumah seperlunya saja,” ujar Kepala PPGA, Armen Putra.

Masih kata Armen, hal itu dilakukan guna menghindari penyakit ISPA yang dapat disebabkan material debu vulkanik. Pengamatan di lapangan, ketebalan debu vulkanik hingga 2 cm tampak mendarat di lahan pertanian, aspal dan atap rumah warga. Aparat TNI dan Polri beserta sejumlah relawan tampak melakukan penyiraman debu dengan menggunakan mobil tangki air.

Akibat erupsi ini juga, dapat dipastikan ribuan hektar (ha) lahan pertanian warga terancam gagal panen. Hal itu disebabkan produk pertanian yang terpapar debu langsung mengering dan menjadi layu. Material debu erupsi Gunung Sinabung juga menyebabkan warga menjadi rentan terkena ISPA. Menurut dokter Puskesmas Simpang Empat dr. Abed Nego Sembiring, terjadi peningkatan jumlah pasien dengan diagnosa kebanyakan akibat bencana erupsi Sinabung.

“Contohnya seperti penyakit ISPA, begitu juga dengan adanya depresi yang kemungkinan besar diakibatkan dari kecemasan pasien. Dimana beberapa hari lalu terjadi bencana awan panas yang merenggut nyawa saudara-saudara kita di Desa Gamber,” kata dr. Abed Nego Sembiring. Salah seorang pengungsi asal Dusun Lau Kawar, Kecamatan Naman Teran yang mengungsi di camp penampungan Losd Desa Korpri, Pelin Sembiring berharap pemerintah segera membuat solusi yang lebih bijak.

Mengingat sebelumnya, statement Sutopo yang menyatakan prediksi erupsi Sinabung bisa terjadi 3-5 tahun kedepan atau bahkan bisa mencapai 10 tahun tanpa henti. Sehubungan itu, khususnya warga pengungsi ingin mendapat kejelasan status. “Kalau tidak bisa lagi pulang ke kampung halaman, kami ingin tahu bagaimana langkah pemerintah untuk menyelamatkan kami. Apabila terjadi penanganan berkepanjangan, kami kawatir anak-anak khususnya balita dan para pelajar menjadi korban. Masa depan mereka tentunya akan semakin terancam ditengah keterpurukan ekonomi kami,” ujarnya penuh harap.

AFP PHOTO / FATIMA_ELKAREEM Seorang petani merawat tanaman tomatnya, yang diselumuti debu vulkanik di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Senin (24/5/2016), setelah erupsi susulan Gunung Sinabung.
AFP PHOTO / FATIMA_ELKAREEM
Seorang petani merawat tanaman tomatnya, yang diselumuti debu vulkanik di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Senin (24/5/2016), setelah erupsi susulan Gunung Sinabung.

KARO, SUMUTPOS.CO – Gunung Sinabung masih bergejolak dan meluncurkan awan panas guguran (APG). Rangakain lontaran debu dari mulut kawah, Selasa (24/5) menyebabkan sejumlah daerah diselimuti vulkanik tebal. Selain terancam gagal panen, warga Tanah Karo juga dihantui penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Info dihimpun dari Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kecamatan Simpang Empat, sejak pukul 00.00 hingga 18.00 WIB telah terjadi 4 kali erupsi yang disertai APG. Adapun ketinggian kolom debu erupsi mencapai 2.000 meter yang bergerak ke arah timur gunung seiring pergerakan angin. Sedangkan luncuran awan panas teramati hingga mencapai 3.200 meter mengarah ke tenggara-timur.

“Imbauan kita masih sama pada status Awas (Level IV). Tetap jauhi zona merah karena aktivitas vulkanologi Sinabung saat ini masih tergolong tinggi. Untuk masyarakat yang terpapar debu, diminta agar mengenakan masker, menutup sumber air bersih dan keluar rumah seperlunya saja,” ujar Kepala PPGA, Armen Putra.

Masih kata Armen, hal itu dilakukan guna menghindari penyakit ISPA yang dapat disebabkan material debu vulkanik. Pengamatan di lapangan, ketebalan debu vulkanik hingga 2 cm tampak mendarat di lahan pertanian, aspal dan atap rumah warga. Aparat TNI dan Polri beserta sejumlah relawan tampak melakukan penyiraman debu dengan menggunakan mobil tangki air.

Akibat erupsi ini juga, dapat dipastikan ribuan hektar (ha) lahan pertanian warga terancam gagal panen. Hal itu disebabkan produk pertanian yang terpapar debu langsung mengering dan menjadi layu. Material debu erupsi Gunung Sinabung juga menyebabkan warga menjadi rentan terkena ISPA. Menurut dokter Puskesmas Simpang Empat dr. Abed Nego Sembiring, terjadi peningkatan jumlah pasien dengan diagnosa kebanyakan akibat bencana erupsi Sinabung.

“Contohnya seperti penyakit ISPA, begitu juga dengan adanya depresi yang kemungkinan besar diakibatkan dari kecemasan pasien. Dimana beberapa hari lalu terjadi bencana awan panas yang merenggut nyawa saudara-saudara kita di Desa Gamber,” kata dr. Abed Nego Sembiring. Salah seorang pengungsi asal Dusun Lau Kawar, Kecamatan Naman Teran yang mengungsi di camp penampungan Losd Desa Korpri, Pelin Sembiring berharap pemerintah segera membuat solusi yang lebih bijak.

Mengingat sebelumnya, statement Sutopo yang menyatakan prediksi erupsi Sinabung bisa terjadi 3-5 tahun kedepan atau bahkan bisa mencapai 10 tahun tanpa henti. Sehubungan itu, khususnya warga pengungsi ingin mendapat kejelasan status. “Kalau tidak bisa lagi pulang ke kampung halaman, kami ingin tahu bagaimana langkah pemerintah untuk menyelamatkan kami. Apabila terjadi penanganan berkepanjangan, kami kawatir anak-anak khususnya balita dan para pelajar menjadi korban. Masa depan mereka tentunya akan semakin terancam ditengah keterpurukan ekonomi kami,” ujarnya penuh harap.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/