33.9 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Tanah Karo Mandi Debu Vulkanik Sinabung

Foto: Moral Sirepu/Sumut Pos Anak sekolah di Berastagi mengenakan payung dan kain sebagai pelindung kepala, serta masker, sebagai penghalang dari guyuran abu Gunung Sinabung, Karo, Sumut, Jumat (26/8/2016).
Foto: Moral Sirepu/Sumut Pos
Sejumlah anak sekolah di Berastagi mengenakan payung dan kain sebagai pelindung kepala, serta masker, sebagai perlindungan dari guyuran abu Gunung Sinabung, Karo, Sumut, Jumat (26/8/2016).

KARO, SUMUTPOS.CO – Aktivitas Gunung Sinabung yang berada dalam fluktuatif tinggi beberapa hari terakhir, menyebabkan terjadinya rentetan awan panas guguran disertai lontaran material vulkanik. Akibatnya, sejumlah wilayah di Karo terpapar debu vulkanik Gunung Sinabung.

Hasil amatan pada Jumat (26/8), paparan debu vulkanik sangat dirasakan oleh masyarakat di beberapa kecamatan diantaranya, Kecamatan Berastagi, Namanteran, Simpang Empat, Merdeka dan Dolat Rayat.

Kondisi terparah dirasakan masyarakat di Kecamatan Berastagi. Guyuran debu vulkanik disusul hujan pasir, mengguyur kota wisata tersebut selama 3 jam lebih. Akibatnya, aktivitas masyarakat lumpuh. Kondisi itu dialami oleh pedagang, pertokoan, angkutan umum, wisatawan dan yang lainnya.

“Biasanya jam 4 pagi, kami sudah mengantarkan barang dagangan untuk dijual ke pasar. Akan tetapi akibat hujan lumpur dan angin kencang, kami tidak bisa berjualan. Kondisi ini sangat meresahkan kami,” keluh Dedi Purba, pedagang sayur mayur di Pusat Pasar Berastagi.

Camat Berastagi Mirton Ketaren mengatakan, pihaknya telah berupaya meredam kepanikan warga terhadap kondisi lingkungan Kota Berastagi yang tercemar lumpur vulkanik. Ia menghimbau agar warga tidak melakukan aktivitas di luar rumah jika tidak terlalu penting.

“Untuk sementara, kita melakukan penyiraman di lokasi objek-objek wisata terutama kota. Dihimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dan menutup pintu rumah agar debu tidak masuk. Untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pernafasan, kita sudah membagikan masker kepada masyarakat,” jelas Mirton.

Puluhan personel TNI dipimpin Dandim 0205/TK Letkol (Inf) Agustatius Sitepu bersama relawan, terlihat membagi-bagikan masker kepada masyarakat di Kota Berastagi. Selain itu, sejumlah armada pemadam kebakaran juga turun ke jalan untuk menyirami debu vulkanik di badan jalan, guna meminimalisir penyebaran debu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, sejak pukul 06.00-12.00 WIB, telah terjadi 1 kali awan panas guguran dengan jarak luncur sejauh 4.000 meter ke arah Tenggara-Timur.

Visual di sekitar gunung tertutup kabut akibat cuaca mendung dan hujan, angin sedang-kencang ke arah Timur dengan suhu udara 18-20°C. Sesuai amatan, juga terjadi hujan gerimis-sedang pada pukul 06.15-10.25 WIB pagi.

Seismik, terjadi 14 kali gempa guguran dengan amplitudo maksimal 4-120 milimeter (mm) dan lama gempa 36-445 detik. Terekam, gempa Low Frequency terjadi 2 kali dengan amplitudo maksimal 5-89 mm dan lama gempa 16-27 detik. Gempa Hybrid terjadi 6 kali dengan amplitudo maksimal 3-11 mm dan lama gempa 15-19 detik.

Sementara, sejak pukul 12.00-18.00 WIB, terjadi erupsi 2 kali dengan ketinggian kolom debu mencapai 500 meter. Sedangkan awan panas guguran terjadi 1 kali dengan jarak luncur 2.700 meter ke arah Selatan-Tenggara. Visual disekitar gunung jelas-sebagian tertutup kabut dengan cuaca berawan-mendung. Angin perlahan-sedang ke arah Timur-Tenggara dengan suhu udara 19-20°C.

Seismik, terjadi 17 kali guguran dengan amplitudo maksimal 2-96 mm dan lama gempa 45-289 detik. Terekam, gempa Low Frequency terjadi 4 kali dengan amplitudo maksimal 3-9 mm dan lama gempa 11-22 detik. Gempa hybrid terjadi 5 kali dengan amplitudo maksimal 2-14 mm dan lama gempa 8-23 detik. Gempa tektonik lokal terjadi 1 kali dengan amplitudo maksimal 16 mm dan lama gempa 27 detik.

Selanjutnya, direkomendasikan kepada masyarakat dan pengunjung (wisatawan) agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer (Km) dari puncak. Untuk sektor Selatan-Tenggara dalam jarak 7 Km, sektor Tenggara-Timur jarak 6 Km dan sektor Utara-Timur dalam radius 4 Km.

Masyarakat yang masih bermukim di radius yang disebutkan di atas agar segera dievakuasi ke lokasi yang aman. Sementara, untuk warga yang bermukim di bantaran sungai yang berhulu di Gunung Sinabung dihimbau agar waspada terhadap ancaman lahar dingin (lahar hujan).

Dalam peningkatan aktivitas Gunung Sinabung, terjadinya peningkatan pada gempa hybrid yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kubah lava yang dapat menyebabkan terjadinya awan panas guguran yang besar.

Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, diimbau kepada masyarakat untuk tidak memasuki kawasan zona merah sesuai dengan rekomendasi dari pihak PVMBG.

Sesuai data yang diperoleh dari Media Center Pemkab Karo, pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung berjumlah 2.592 Kepala Keluarga (KK) atau 9.318 jiwa.

Hingga kini mereka bertahan di 9 titik posko penampungan terpisah. Para pengungsi tersebut berasal dari Desa Tiga Pancur, Sukanalu, Pintu Mbesi, Sigarang-garang, Jeraya, Kutarayat, Kuta Gugung, Mardingding, Kuta Tengah dan Dusun Lau Kawar.

Foto: Moral Sirepu/Sumut Pos Anak sekolah di Berastagi mengenakan payung dan kain sebagai pelindung kepala, serta masker, sebagai penghalang dari guyuran abu Gunung Sinabung, Karo, Sumut, Jumat (26/8/2016).
Foto: Moral Sirepu/Sumut Pos
Sejumlah anak sekolah di Berastagi mengenakan payung dan kain sebagai pelindung kepala, serta masker, sebagai perlindungan dari guyuran abu Gunung Sinabung, Karo, Sumut, Jumat (26/8/2016).

KARO, SUMUTPOS.CO – Aktivitas Gunung Sinabung yang berada dalam fluktuatif tinggi beberapa hari terakhir, menyebabkan terjadinya rentetan awan panas guguran disertai lontaran material vulkanik. Akibatnya, sejumlah wilayah di Karo terpapar debu vulkanik Gunung Sinabung.

Hasil amatan pada Jumat (26/8), paparan debu vulkanik sangat dirasakan oleh masyarakat di beberapa kecamatan diantaranya, Kecamatan Berastagi, Namanteran, Simpang Empat, Merdeka dan Dolat Rayat.

Kondisi terparah dirasakan masyarakat di Kecamatan Berastagi. Guyuran debu vulkanik disusul hujan pasir, mengguyur kota wisata tersebut selama 3 jam lebih. Akibatnya, aktivitas masyarakat lumpuh. Kondisi itu dialami oleh pedagang, pertokoan, angkutan umum, wisatawan dan yang lainnya.

“Biasanya jam 4 pagi, kami sudah mengantarkan barang dagangan untuk dijual ke pasar. Akan tetapi akibat hujan lumpur dan angin kencang, kami tidak bisa berjualan. Kondisi ini sangat meresahkan kami,” keluh Dedi Purba, pedagang sayur mayur di Pusat Pasar Berastagi.

Camat Berastagi Mirton Ketaren mengatakan, pihaknya telah berupaya meredam kepanikan warga terhadap kondisi lingkungan Kota Berastagi yang tercemar lumpur vulkanik. Ia menghimbau agar warga tidak melakukan aktivitas di luar rumah jika tidak terlalu penting.

“Untuk sementara, kita melakukan penyiraman di lokasi objek-objek wisata terutama kota. Dihimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dan menutup pintu rumah agar debu tidak masuk. Untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pernafasan, kita sudah membagikan masker kepada masyarakat,” jelas Mirton.

Puluhan personel TNI dipimpin Dandim 0205/TK Letkol (Inf) Agustatius Sitepu bersama relawan, terlihat membagi-bagikan masker kepada masyarakat di Kota Berastagi. Selain itu, sejumlah armada pemadam kebakaran juga turun ke jalan untuk menyirami debu vulkanik di badan jalan, guna meminimalisir penyebaran debu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, sejak pukul 06.00-12.00 WIB, telah terjadi 1 kali awan panas guguran dengan jarak luncur sejauh 4.000 meter ke arah Tenggara-Timur.

Visual di sekitar gunung tertutup kabut akibat cuaca mendung dan hujan, angin sedang-kencang ke arah Timur dengan suhu udara 18-20°C. Sesuai amatan, juga terjadi hujan gerimis-sedang pada pukul 06.15-10.25 WIB pagi.

Seismik, terjadi 14 kali gempa guguran dengan amplitudo maksimal 4-120 milimeter (mm) dan lama gempa 36-445 detik. Terekam, gempa Low Frequency terjadi 2 kali dengan amplitudo maksimal 5-89 mm dan lama gempa 16-27 detik. Gempa Hybrid terjadi 6 kali dengan amplitudo maksimal 3-11 mm dan lama gempa 15-19 detik.

Sementara, sejak pukul 12.00-18.00 WIB, terjadi erupsi 2 kali dengan ketinggian kolom debu mencapai 500 meter. Sedangkan awan panas guguran terjadi 1 kali dengan jarak luncur 2.700 meter ke arah Selatan-Tenggara. Visual disekitar gunung jelas-sebagian tertutup kabut dengan cuaca berawan-mendung. Angin perlahan-sedang ke arah Timur-Tenggara dengan suhu udara 19-20°C.

Seismik, terjadi 17 kali guguran dengan amplitudo maksimal 2-96 mm dan lama gempa 45-289 detik. Terekam, gempa Low Frequency terjadi 4 kali dengan amplitudo maksimal 3-9 mm dan lama gempa 11-22 detik. Gempa hybrid terjadi 5 kali dengan amplitudo maksimal 2-14 mm dan lama gempa 8-23 detik. Gempa tektonik lokal terjadi 1 kali dengan amplitudo maksimal 16 mm dan lama gempa 27 detik.

Selanjutnya, direkomendasikan kepada masyarakat dan pengunjung (wisatawan) agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer (Km) dari puncak. Untuk sektor Selatan-Tenggara dalam jarak 7 Km, sektor Tenggara-Timur jarak 6 Km dan sektor Utara-Timur dalam radius 4 Km.

Masyarakat yang masih bermukim di radius yang disebutkan di atas agar segera dievakuasi ke lokasi yang aman. Sementara, untuk warga yang bermukim di bantaran sungai yang berhulu di Gunung Sinabung dihimbau agar waspada terhadap ancaman lahar dingin (lahar hujan).

Dalam peningkatan aktivitas Gunung Sinabung, terjadinya peningkatan pada gempa hybrid yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kubah lava yang dapat menyebabkan terjadinya awan panas guguran yang besar.

Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, diimbau kepada masyarakat untuk tidak memasuki kawasan zona merah sesuai dengan rekomendasi dari pihak PVMBG.

Sesuai data yang diperoleh dari Media Center Pemkab Karo, pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung berjumlah 2.592 Kepala Keluarga (KK) atau 9.318 jiwa.

Hingga kini mereka bertahan di 9 titik posko penampungan terpisah. Para pengungsi tersebut berasal dari Desa Tiga Pancur, Sukanalu, Pintu Mbesi, Sigarang-garang, Jeraya, Kutarayat, Kuta Gugung, Mardingding, Kuta Tengah dan Dusun Lau Kawar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/