Selain itu, terpantau juga terdapat gangguan berupa eddy Samudera Hindia barat daya Sumatera sehingga aliran massa udara yang berasal dari perairan barat Laut Australia terpusat di lokasi tersebut dan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan perubahan pola angin bersifat divergen (menyebar) di wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan pantauan udara atas, angin di lapisan 925 – 500 mb cukup kencang 18 – 28 knot dan kelembapan udara cukup kering yaitu <60%. Sehingga pertumbuhan awan cukup sulit terbentuk di wilayah Sumatera Utara. Hal ini sesuai dengan pantauan citra satelit Himawari-8 dan radar cuaca yang menunjukkan tidak ada pertumbuhan awan dari pagi hingga siang hari di wilayah Sumatera Utara.
Kemudian, aktivitas gerak semu matahari yang saat ini bergerak dari BBU menuju ke khatulistiwa dimana tanggal 22-23 September akan berada tepat di atas khatulistiwa. Aktivitas gerak semu matahari pada Agustus diperkirakan berada di wilayah Sumatera Bagian Utara (termasuk Medan) yang berada pada lintang 1-5°LU.
“Hal tersebut menyebabkan radiasi matahari yang masuk cukup optimum. Hal ini ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum di wilayah Medan dan sekitarnya berada pada nilai 33.8 – 37.0°C. Dalam beberapa hari ke depan, diperkirakan kondisi cuaca berawan hingga esok hari dengan suhu yang relatif lebih rendah. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang diperkirakan terjadi dalam dua hari kedepan (28 agustus 2018) pada sore hingga malam hari,” katanya.
Mengingat cuaca bersifat dinamis, Edison mengatakan, masih berpotensi terjadinya gangguan-gangguan cuaca di wilayah barat Sumatera, yang dapat menyebabkan kondisi cuaca kembali cukup labil yang dapat berubah sewaktu-waktu.
“Harapan kita peringatan dini ini bisa dicermati oleh para kepala daerah, bupati dan walikota dengan melakukan koordinasi melalui BPBD setempat,” pungkasnya. (dvs)
Titik Hot Spot di Sumut, Minggu (26/8)
- Samosir 7
- Labura 3
- Labuhanbatu 2
- Labusel 1
- Tobasa 1