26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Terpanggang karena Pintu Terkunci

Nampak sejumlah petugas dan Personel Brimob Polda Metro Jaya mengevakuasi jenazah korban kebakaran pabrik kembang api di Kosambi, Tangerang, Banten, Kamis (26/10). Kebakaran yang diduga akibat ledakan pada salah satu tempat pembuatan kembang api yang baru beroperasi dua bulan ini sedikitnya menewaskan 30 orang karyawan dan puluhan karyawan luka bakar. Foto:Adrianto/Indopos

TANGERANG, SUMUTPOS.CO – Kamis (26/10) pagi kemarin, menjadi hari yang paling menyeramkan bagi 103 pekerja PT Panca Buana Cahaya Sukses dan masyarakat di sekitarnya. Sebanyak 47 karyawan yang berlokasi di Kompleks Pergudangan 99, Jalan Raya SMPN 1, RT 20/10, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang tewas tepanggang, sedangkan 46 karyawan lainnya mengalami luka bakar. Ini setelah terjadi ledakan pada bahan baku petasan hingga kemudian mengakibatkan kebakaran hebat.

Suwandi, 21, salah seorang pekerja yang selamat, menceritakan kejadian tragis yang dialaminya. Dengan emosi yang labil akibat trauma, warga Kebon Mede, RT002/006, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat ini menuturkan, kejadian itu berawal dari sekitar pukul 08.30 WIB. Waktu itu, ratusan pekerja mulai sibuk menyiapkan bahan baku petasan yang biasa dijual untuk anak kecil. Para pekerja itu dibagi menjadi empat blok untuk menyelesaikan petasan yang sudah dipesan pihak distributor.

”Suasana awalnya sih normal aja, Kebetulan saya dan dua saudara saya sedang melakukan pengepakan. Awalnya santai, tidak apa-apa,” kata Suwandi, kepada INDOPOS (grup Sumut Pos), kemarin.

Sekitar pukul 09.00 WIB, ketiga ia bersama Fahmi, 20 dan Agis, 20, sedang merapikan kardus petasan, mereka mendengar suara ledakan yang terdengar kecil seperti konslet listrik. Semula mereka tak curiga bahwa ledakan kecil itu menjadi awal dari petaka yang menewaskan puluhan teman kerjanya.

“Kami diam saja, tak curiga apapun. Baru dua menit kemudian terdengar empat ledakan besar bergantian. Mengerihkan,” ujar Suwandi.

Jarak ledakan, menurut Suwandi, tidak jauh dari tempat mereka kerja. “Karena kaget, kami langsung lari. Tetapi itu juga susah, karena harus lewat pintu kecil dan tumpukan kardus petasan. Yang kasihan yang kerja di dalam terjebak semua dan tidak bisa keluar,” ujar Suwandi lirih.

Menurut Suwandi, ia sempat jatuh saat menuju pintu keluar gudang. Ini karena hanya ada satu pintu keluar yang menjadi rebutan karyawan lainnya. Mereka saling tarik menarik, sementara ledakan hebat terus terjadi. Api membara begitu besarnya, menyambar ribuan petasan dan bahan baku mercon.

“Tangan saya terbakar, juga karyawan lain. Soalnya api sudah besar sekali. Pintunya cuman satu. Jadinya kami berebutan keluar. Ya sudah seperti neraka lah saat saya lihat kejadian itu. Apinya besar sekali,” ungkapnya sambil menahan rasa sakit di lengan kiri akibat terbakar.

Sementara itu, Fahmi, korban terbakar lainnya mengakui hal serupa. Kata dia, selain api yang besar, terdengar bunyi ledakan sebanyak tiga sampai empat kali. Dia mengaku tidak mengetahui asal api dari mana namun kobaran itu semakin besar dan merambat melahap seluruh bangunan gudang petasan.

“Ledakannya kencang banget, bisa tiga sampai empat kali. Kebetulan saya operan dari gudang petasan banting di KBC Blok A 1 nomor 1 Kamal. Motor saya ikut terbakar di dalam gudang. Saya luka bakar di tangan kanan dan leher. Kata dokter, terbakar 30 persen,” ucapnya.

Sedangkan Nurdin, juga korban terbakar kainnya menuturkan, saat terjadi ledakan, seluruh rekannya di dalam gudang panik. Ketakutan itu membuat ia dan karyawan lainnya berlarian ke lantai dua gudang untuk meminta bantuan. Sedangan yang lain, kata dia, berusaha menerobos api yang sudah membara. Tragisnya, saat menerobos si jago merah rupanya pintu di bagian bawah terkunci. Akibatnya para pekerja tersebut tewas terpanggang hingga gosong dan sulit dikenali.

Nampak sejumlah petugas dan Personel Brimob Polda Metro Jaya mengevakuasi jenazah korban kebakaran pabrik kembang api di Kosambi, Tangerang, Banten, Kamis (26/10). Kebakaran yang diduga akibat ledakan pada salah satu tempat pembuatan kembang api yang baru beroperasi dua bulan ini sedikitnya menewaskan 30 orang karyawan dan puluhan karyawan luka bakar. Foto:Adrianto/Indopos

TANGERANG, SUMUTPOS.CO – Kamis (26/10) pagi kemarin, menjadi hari yang paling menyeramkan bagi 103 pekerja PT Panca Buana Cahaya Sukses dan masyarakat di sekitarnya. Sebanyak 47 karyawan yang berlokasi di Kompleks Pergudangan 99, Jalan Raya SMPN 1, RT 20/10, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang tewas tepanggang, sedangkan 46 karyawan lainnya mengalami luka bakar. Ini setelah terjadi ledakan pada bahan baku petasan hingga kemudian mengakibatkan kebakaran hebat.

Suwandi, 21, salah seorang pekerja yang selamat, menceritakan kejadian tragis yang dialaminya. Dengan emosi yang labil akibat trauma, warga Kebon Mede, RT002/006, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat ini menuturkan, kejadian itu berawal dari sekitar pukul 08.30 WIB. Waktu itu, ratusan pekerja mulai sibuk menyiapkan bahan baku petasan yang biasa dijual untuk anak kecil. Para pekerja itu dibagi menjadi empat blok untuk menyelesaikan petasan yang sudah dipesan pihak distributor.

”Suasana awalnya sih normal aja, Kebetulan saya dan dua saudara saya sedang melakukan pengepakan. Awalnya santai, tidak apa-apa,” kata Suwandi, kepada INDOPOS (grup Sumut Pos), kemarin.

Sekitar pukul 09.00 WIB, ketiga ia bersama Fahmi, 20 dan Agis, 20, sedang merapikan kardus petasan, mereka mendengar suara ledakan yang terdengar kecil seperti konslet listrik. Semula mereka tak curiga bahwa ledakan kecil itu menjadi awal dari petaka yang menewaskan puluhan teman kerjanya.

“Kami diam saja, tak curiga apapun. Baru dua menit kemudian terdengar empat ledakan besar bergantian. Mengerihkan,” ujar Suwandi.

Jarak ledakan, menurut Suwandi, tidak jauh dari tempat mereka kerja. “Karena kaget, kami langsung lari. Tetapi itu juga susah, karena harus lewat pintu kecil dan tumpukan kardus petasan. Yang kasihan yang kerja di dalam terjebak semua dan tidak bisa keluar,” ujar Suwandi lirih.

Menurut Suwandi, ia sempat jatuh saat menuju pintu keluar gudang. Ini karena hanya ada satu pintu keluar yang menjadi rebutan karyawan lainnya. Mereka saling tarik menarik, sementara ledakan hebat terus terjadi. Api membara begitu besarnya, menyambar ribuan petasan dan bahan baku mercon.

“Tangan saya terbakar, juga karyawan lain. Soalnya api sudah besar sekali. Pintunya cuman satu. Jadinya kami berebutan keluar. Ya sudah seperti neraka lah saat saya lihat kejadian itu. Apinya besar sekali,” ungkapnya sambil menahan rasa sakit di lengan kiri akibat terbakar.

Sementara itu, Fahmi, korban terbakar lainnya mengakui hal serupa. Kata dia, selain api yang besar, terdengar bunyi ledakan sebanyak tiga sampai empat kali. Dia mengaku tidak mengetahui asal api dari mana namun kobaran itu semakin besar dan merambat melahap seluruh bangunan gudang petasan.

“Ledakannya kencang banget, bisa tiga sampai empat kali. Kebetulan saya operan dari gudang petasan banting di KBC Blok A 1 nomor 1 Kamal. Motor saya ikut terbakar di dalam gudang. Saya luka bakar di tangan kanan dan leher. Kata dokter, terbakar 30 persen,” ucapnya.

Sedangkan Nurdin, juga korban terbakar kainnya menuturkan, saat terjadi ledakan, seluruh rekannya di dalam gudang panik. Ketakutan itu membuat ia dan karyawan lainnya berlarian ke lantai dua gudang untuk meminta bantuan. Sedangan yang lain, kata dia, berusaha menerobos api yang sudah membara. Tragisnya, saat menerobos si jago merah rupanya pintu di bagian bawah terkunci. Akibatnya para pekerja tersebut tewas terpanggang hingga gosong dan sulit dikenali.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/