28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

SADIS! 11 Orang Disekap di Kamar Mandi, 6 Tewas

Ir Dodi Triono (kiri), korban pembunuhan, bersama putri-putrinya.
Ir Dodi Triono (kiri), korban pembunuhan, bersama putri-putrinya.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pembunuhan sadis dengan korban satu keluarga menggemparkan publik, Selasa (27/12). Tragedi itu terjadi di rumah seorang arsitek yang bernama Doni Triono (59), di Pulomas, Jakarta Timur. Enam di antara sebelas penghuni rumah tewas setelah disekap di kamar mandi pembantu berukuran 1×2 meter selama 18 jam.

Seorang pembantu yang berhasil diselamatkan menceritakan, pelaku berjumlah tiga orang. ”Keterangan pembantu, ada dua yang menodong korban pakai pistol dan satu lagi bawa golok,” ujar Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F. Kurniawan di lokasi kejadian kemarin.

Hendy menyampaikan, pelaku mendatangi rumah Dodi Triono pada Senin sore (26/12). Korban pertama adalah Yanto, sopir Dodi. Dia ditodong pistol di depan pagar. ”Saat itu Yanto baru mau mengeluarkan mobil. Ketika buka pagar, datang para pelaku,” ucapnya.

Namun, Hendy belum dapat memastikan hal tersebut. Sebab, polisi masih mendalami kasus itu dan meminta keterangan dari para saksi lain. Di rumah korban, kemarin polisi menghentikan olah tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 16.00, berbarengan dengan dibawanya lima jenazah korban ke RS Polri.

Sementara itu, satu jenazah atas nama Tasrok sudah dibawa ke RS Kartika siangnya. Saat itu nadi Tasrok memang masih berdenyut. Namun, dalam perjalanan ke rumah sakit, dia meninggal dunia.

Kapolda Metro Jaya Irjenpol M. Iriawan mengatakan, pihaknya belum mengetahui motif pembunuhan. ”Apakah ini perampokan, pembunuhan berencana, atau keduanya, masih kami dalami. Soalnya, nggak ada barang yang hilang,” kata jenderal bintang dua itu di lokasi kejadian.

Beberapa korban, papar Kapolda, mengalami luka lecet. ”Mereka disekap di kamar mandi ukuran kecil dari Senin sore hingga pagi tadi (kemarin pagi, Red). Dugaan sementara, korban kehabisan oksigen,” imbuhnya.

Untuk memperkuat penyelidikan, polisi juga akan memeriksa rekaman CCTV (closed-circuit television) yang terpasang di rumah tersebut. Tapi sayang, CCTV yang dimaksud tampaknya sudah dirusak pelaku.

Sugeng (32) salah seorang pembantu Dodi di rumah lainnya (rumah Dodi tidak hanya satu), mengaku sudah mengecek CCTV. Namun, dia mendapati rekaman sudah hilang. ”Pas saya cek, rekamannya nggak ada,” katanya.

Sugeng memang yang pertama datang ke rumah Dodi. Dia datang bersama seorang warga yang bernama Lutfi dan ketua RW setempat, Abdul Gani, 45. Sugeng mendatangi rumah tersebut setelah ditelepon teman Diona Arika Andra Putri, anak Dodi.

Ceritanya, kemarin sekitar pukul 08.30 Sheila Putri dan Evan Sandreho (teman Diona, 16, putri Dodi) datang ke rumah tersebut. Sheila dan Evan memang biasa berkunjung untuk bermain bersama Diona.

Sheila dan Evan menghubungi ponsel Diona, tapi tidak aktif. Setelah itu, mereka menghubungi Sugeng, pembantu di rumah kedua Dodi di Pulomas Residence.

Ir Dodi Triono (kiri), korban pembunuhan, bersama putri-putrinya.
Ir Dodi Triono (kiri), korban pembunuhan, bersama putri-putrinya.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pembunuhan sadis dengan korban satu keluarga menggemparkan publik, Selasa (27/12). Tragedi itu terjadi di rumah seorang arsitek yang bernama Doni Triono (59), di Pulomas, Jakarta Timur. Enam di antara sebelas penghuni rumah tewas setelah disekap di kamar mandi pembantu berukuran 1×2 meter selama 18 jam.

Seorang pembantu yang berhasil diselamatkan menceritakan, pelaku berjumlah tiga orang. ”Keterangan pembantu, ada dua yang menodong korban pakai pistol dan satu lagi bawa golok,” ujar Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F. Kurniawan di lokasi kejadian kemarin.

Hendy menyampaikan, pelaku mendatangi rumah Dodi Triono pada Senin sore (26/12). Korban pertama adalah Yanto, sopir Dodi. Dia ditodong pistol di depan pagar. ”Saat itu Yanto baru mau mengeluarkan mobil. Ketika buka pagar, datang para pelaku,” ucapnya.

Namun, Hendy belum dapat memastikan hal tersebut. Sebab, polisi masih mendalami kasus itu dan meminta keterangan dari para saksi lain. Di rumah korban, kemarin polisi menghentikan olah tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 16.00, berbarengan dengan dibawanya lima jenazah korban ke RS Polri.

Sementara itu, satu jenazah atas nama Tasrok sudah dibawa ke RS Kartika siangnya. Saat itu nadi Tasrok memang masih berdenyut. Namun, dalam perjalanan ke rumah sakit, dia meninggal dunia.

Kapolda Metro Jaya Irjenpol M. Iriawan mengatakan, pihaknya belum mengetahui motif pembunuhan. ”Apakah ini perampokan, pembunuhan berencana, atau keduanya, masih kami dalami. Soalnya, nggak ada barang yang hilang,” kata jenderal bintang dua itu di lokasi kejadian.

Beberapa korban, papar Kapolda, mengalami luka lecet. ”Mereka disekap di kamar mandi ukuran kecil dari Senin sore hingga pagi tadi (kemarin pagi, Red). Dugaan sementara, korban kehabisan oksigen,” imbuhnya.

Untuk memperkuat penyelidikan, polisi juga akan memeriksa rekaman CCTV (closed-circuit television) yang terpasang di rumah tersebut. Tapi sayang, CCTV yang dimaksud tampaknya sudah dirusak pelaku.

Sugeng (32) salah seorang pembantu Dodi di rumah lainnya (rumah Dodi tidak hanya satu), mengaku sudah mengecek CCTV. Namun, dia mendapati rekaman sudah hilang. ”Pas saya cek, rekamannya nggak ada,” katanya.

Sugeng memang yang pertama datang ke rumah Dodi. Dia datang bersama seorang warga yang bernama Lutfi dan ketua RW setempat, Abdul Gani, 45. Sugeng mendatangi rumah tersebut setelah ditelepon teman Diona Arika Andra Putri, anak Dodi.

Ceritanya, kemarin sekitar pukul 08.30 Sheila Putri dan Evan Sandreho (teman Diona, 16, putri Dodi) datang ke rumah tersebut. Sheila dan Evan memang biasa berkunjung untuk bermain bersama Diona.

Sheila dan Evan menghubungi ponsel Diona, tapi tidak aktif. Setelah itu, mereka menghubungi Sugeng, pembantu di rumah kedua Dodi di Pulomas Residence.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/