27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Merenungi Dosa dalam Hening, sekaligus Memulai Hidup Baru

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Sejumlah umat Hindu mengarak ogoh-ogoh untuk pertama kalinya digelar di Pura Agung Raksa Bhuana Jalan Polonia Medan, Senin (27/3/2017). Pawai Ogoh-ogoh tersebut merupakan salah satu rangkaian ritual umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1939.

Suasana Nyepi juga begitu terasa di rumah peribadatan Umat Hindu, Pura Agung Raksa Bhuana, Jalan Polonia Medan. Beberapa umat Hindu tampak berdiam diri di pura itu. Ketua Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah) Sumut, Satya Mohan menjelaskan sedikit soal arti ibadah Nyepi bagi mereka. Dia mengatakan, Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit atau alam manusia dan Bhuana Agung atau alam semesta. “Seluruh umat Hindu di Indonesia, begitu juga di Medan merayakan perayaan nyepi dengan keadaan khusuk dan hening. Merenung sembari berdoa, momohon ampunan dari dosa-dosa kita sebagai manusia, dan berusaha menghilangkan sifat-sifat negatif,” kata Satya Mohan kepada Sumut Pos, Selasa (28/3).

Baginya dan bagi setiap penganut agama Hindu, ibadah Nyepi merupakan ritual keagamaan di mana mereka merenungkan kesalahan dan dosa-dosa selama setahun dalam satu hari ibadah ini berlangsung. “Jadi seperti memulai masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih, untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka,” sebutnya.

Diketahui, dalam pelaksanaan Nyepi, dilaksanakan ritual yang dinamakan Brata yaitu pengekangan hawa nafsu, Yoga atau menghubungkan jiwa dengan paramatma atau Tuhan. Kemudian Tapa sebuah latihan ketahanan menderita dan Samadi manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin.

Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru. Selanjutnya kata Satya, rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka ada hari Ngembak Geni di tanggal kedua bulan X dalam Kalender Caka. “Di sini kita saling maaf-memaafkan satu sama lain untuk memulai lembaran baru yang bersih,” tutur Satya.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Sejumlah umat Hindu mengarak ogoh-ogoh untuk pertama kalinya digelar di Pura Agung Raksa Bhuana Jalan Polonia Medan, Senin (27/3/2017). Pawai Ogoh-ogoh tersebut merupakan salah satu rangkaian ritual umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1939.

Suasana Nyepi juga begitu terasa di rumah peribadatan Umat Hindu, Pura Agung Raksa Bhuana, Jalan Polonia Medan. Beberapa umat Hindu tampak berdiam diri di pura itu. Ketua Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah) Sumut, Satya Mohan menjelaskan sedikit soal arti ibadah Nyepi bagi mereka. Dia mengatakan, Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit atau alam manusia dan Bhuana Agung atau alam semesta. “Seluruh umat Hindu di Indonesia, begitu juga di Medan merayakan perayaan nyepi dengan keadaan khusuk dan hening. Merenung sembari berdoa, momohon ampunan dari dosa-dosa kita sebagai manusia, dan berusaha menghilangkan sifat-sifat negatif,” kata Satya Mohan kepada Sumut Pos, Selasa (28/3).

Baginya dan bagi setiap penganut agama Hindu, ibadah Nyepi merupakan ritual keagamaan di mana mereka merenungkan kesalahan dan dosa-dosa selama setahun dalam satu hari ibadah ini berlangsung. “Jadi seperti memulai masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih, untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka,” sebutnya.

Diketahui, dalam pelaksanaan Nyepi, dilaksanakan ritual yang dinamakan Brata yaitu pengekangan hawa nafsu, Yoga atau menghubungkan jiwa dengan paramatma atau Tuhan. Kemudian Tapa sebuah latihan ketahanan menderita dan Samadi manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin.

Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru. Selanjutnya kata Satya, rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka ada hari Ngembak Geni di tanggal kedua bulan X dalam Kalender Caka. “Di sini kita saling maaf-memaafkan satu sama lain untuk memulai lembaran baru yang bersih,” tutur Satya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/