26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Pengguna Jasa Taksi Online Protes Razia

Angkutan online-Ilustrasi.

Senada, Daniel, warga Simpang Selayang Medan mengaku heran dengan sikap pemerintah yang menetapkan batas atas batas bawah terhadap jasa taksi online. Menurutnya, ini kebijakan yang tidak pro kepada rakyat. “Dari perusahaan penyedia jasa angkutan online saja mereka berani memberikan harga murah dan tidak mempersoalkan. Kalau katanya penetapan batas bawah dan atas ini untuk menjaga keberlangsungan hidup angkutan konvensional, yang angkutan konvensional itu harusnya berinovasi. Inikan membodoh-bodohi masyarakat namanya,” kata Daniel.

Menurutnya, mau bagaimana pun pemerintah di daerah melakukan razia terhadap keberadaan taksi online, masyarakat akan tetap mencari. “Kucing-kucingan pun jadi. Bukannya benar-benar kali pemerintah kita ini. Selama ini juga apa sudah benar mereka menjalankan aturan terhadap angkutan konvensional? Coba dinilai sendiri,” ungkapnya.

Sementara, seorang pengemudi atau mitra dari perusahaan jasa transportasi berbasis online di Kota Medan mengaku, saat ini tidak terlalu menghiraukan rencana pemerintah yang akan melakukan razia gabungan secara mendadak. Menurutnya, masyarakat akan mendukung keberadaan mereka karena lebih berpihak kepada rakyat dengan pelayanan dan harga yang kompetitif.

“Kami tidak peduli itu, saat ini hidup sudah sulit kenapa harus dibuat sulit dengan aturan-aturan yang menyebalkan. Silahkan mereka kalau mau razia, penumpang mendukung kami kok,” kata seorang pengumdi taksi online yang minta indentitasnya dirahasiakan, kemarin sore.

Menurut pria berbadan tegap dengan potongan rambut cepak ini, menjadi driver atau mitra perusahaan transportasi online adalah pekerjaan sampingan yang cukup mendongkrak perekonomian keluarganya. “Kalau pemerintah bisa memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga saya, menurunkan sejumlah harga kebutuhan pokok, berhenti saya dari pekerjaan ini. Kalau belum, jangan salahkan kami. Hidup ini sudah susah,” pungkasnya.

Sementara Gunawan, seorang dosen di salah satu universitas negeri di Medan mengakui, kehadiran taksi online ini memang sangat diharapkan masyarakat. Dengan aplikasi, armada yang layak dan biaya yang murah, membuat taksi online banyak digemari masyarakat.

“Kepastian biaya, kemudahan dalam melakukan order, kenyamanan, serta terjangkau, membuat taksi online ini mengalahkan banyak armada konvensional lainnya. Bukan hanya taksi konvensional saja. Lebih dari itu becak motor, angkot juga harus berhadapan dengan taksi tersebut,” cetusnya.

Bahkan, kalau naik becak motor saja, harganya harus melalui proses tawar menawar terlebih dahulu, tidak ada standar yang baku. “Inilah kekurangan armada konvensional yang membuat layanan taksi online ini banyak digemari,” ucapnya.

Namun begitu, dia mengimbau agar angkutan online jangan beroperasional dulu jika izin belum didapatkan. “Siapapun itu, baik angkutan konvensional maupun angkutan online harus mematuhi aturan. Kalau ini dilanggar, maka pemerintah harus tegas menindak,” tandas Gunawan.

Sementara pengamat transportasi, Medis Surbakti kepada Sumut Pos mengatakan, penindakan terhadap pelaku taksi online memang sesuai aturan yang berlaku. Namun dibutuhkan azas keadilan kepada semua operator, baik penyelenggara angkutan konvensional dan berbasis aplikasi. “Pemda juga harus memiliki konsep menyeluruh atau fair. Jangan saja penindakan dilakukan kepada pelaku taksi online, melainkan angkutan umum harus diberlakukan hal serupa,” kata Medis Surbakti, tadi malam.

Ia contohkan becak bermotor. Berapa sebenarnya sekarang kuota yang terpenuhi untuk itu. Selanjutnya angkutan kota (angkot), juga wajib diberlakukan hal demikian. “Sehingga ada keadilan di sini. Jadi memang kita ngerti kerasnya penolakan pelaku angkutan umum terhadap taksi online. Secara regulasi memang oke, bahwa penindakan harus dilakukan,” jelasnya.

Angkutan online-Ilustrasi.

Senada, Daniel, warga Simpang Selayang Medan mengaku heran dengan sikap pemerintah yang menetapkan batas atas batas bawah terhadap jasa taksi online. Menurutnya, ini kebijakan yang tidak pro kepada rakyat. “Dari perusahaan penyedia jasa angkutan online saja mereka berani memberikan harga murah dan tidak mempersoalkan. Kalau katanya penetapan batas bawah dan atas ini untuk menjaga keberlangsungan hidup angkutan konvensional, yang angkutan konvensional itu harusnya berinovasi. Inikan membodoh-bodohi masyarakat namanya,” kata Daniel.

Menurutnya, mau bagaimana pun pemerintah di daerah melakukan razia terhadap keberadaan taksi online, masyarakat akan tetap mencari. “Kucing-kucingan pun jadi. Bukannya benar-benar kali pemerintah kita ini. Selama ini juga apa sudah benar mereka menjalankan aturan terhadap angkutan konvensional? Coba dinilai sendiri,” ungkapnya.

Sementara, seorang pengemudi atau mitra dari perusahaan jasa transportasi berbasis online di Kota Medan mengaku, saat ini tidak terlalu menghiraukan rencana pemerintah yang akan melakukan razia gabungan secara mendadak. Menurutnya, masyarakat akan mendukung keberadaan mereka karena lebih berpihak kepada rakyat dengan pelayanan dan harga yang kompetitif.

“Kami tidak peduli itu, saat ini hidup sudah sulit kenapa harus dibuat sulit dengan aturan-aturan yang menyebalkan. Silahkan mereka kalau mau razia, penumpang mendukung kami kok,” kata seorang pengumdi taksi online yang minta indentitasnya dirahasiakan, kemarin sore.

Menurut pria berbadan tegap dengan potongan rambut cepak ini, menjadi driver atau mitra perusahaan transportasi online adalah pekerjaan sampingan yang cukup mendongkrak perekonomian keluarganya. “Kalau pemerintah bisa memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga saya, menurunkan sejumlah harga kebutuhan pokok, berhenti saya dari pekerjaan ini. Kalau belum, jangan salahkan kami. Hidup ini sudah susah,” pungkasnya.

Sementara Gunawan, seorang dosen di salah satu universitas negeri di Medan mengakui, kehadiran taksi online ini memang sangat diharapkan masyarakat. Dengan aplikasi, armada yang layak dan biaya yang murah, membuat taksi online banyak digemari masyarakat.

“Kepastian biaya, kemudahan dalam melakukan order, kenyamanan, serta terjangkau, membuat taksi online ini mengalahkan banyak armada konvensional lainnya. Bukan hanya taksi konvensional saja. Lebih dari itu becak motor, angkot juga harus berhadapan dengan taksi tersebut,” cetusnya.

Bahkan, kalau naik becak motor saja, harganya harus melalui proses tawar menawar terlebih dahulu, tidak ada standar yang baku. “Inilah kekurangan armada konvensional yang membuat layanan taksi online ini banyak digemari,” ucapnya.

Namun begitu, dia mengimbau agar angkutan online jangan beroperasional dulu jika izin belum didapatkan. “Siapapun itu, baik angkutan konvensional maupun angkutan online harus mematuhi aturan. Kalau ini dilanggar, maka pemerintah harus tegas menindak,” tandas Gunawan.

Sementara pengamat transportasi, Medis Surbakti kepada Sumut Pos mengatakan, penindakan terhadap pelaku taksi online memang sesuai aturan yang berlaku. Namun dibutuhkan azas keadilan kepada semua operator, baik penyelenggara angkutan konvensional dan berbasis aplikasi. “Pemda juga harus memiliki konsep menyeluruh atau fair. Jangan saja penindakan dilakukan kepada pelaku taksi online, melainkan angkutan umum harus diberlakukan hal serupa,” kata Medis Surbakti, tadi malam.

Ia contohkan becak bermotor. Berapa sebenarnya sekarang kuota yang terpenuhi untuk itu. Selanjutnya angkutan kota (angkot), juga wajib diberlakukan hal demikian. “Sehingga ada keadilan di sini. Jadi memang kita ngerti kerasnya penolakan pelaku angkutan umum terhadap taksi online. Secara regulasi memang oke, bahwa penindakan harus dilakukan,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/