31.7 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Pengguna Jasa Taksi Online Protes Razia

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Petugas Dinas Perhubungan kota Medan dibantu dengan petugas Polisi melakukan razia kendaraan angkutan berbasis online didepan Stasiun Besar Kereta Api Medan, Selasa (6/12). Setiap angkutan yang terkena razia untuk sementara diberikan sangsi tilang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Dinas Perhubungan (Dishub) bersama Dishub kabupaten kota dan Polantas, segera melakukan penertiban terhadap taksi online di Kota Medan dan sekitarnya. Namun, rencana ini menuai protes. Bukan cuma dari para driver, tapi juga dari warga pengguna jasa taksi online.

Pasalnya sejumlah warga menilai, kebradaan taksi online memberikan dampak positif dan sangat memudahkan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Yeyen (29), warga Jalan Gaperta Medan mengaku sangat terbantu dengan keberadaan taksi online saat ini. Pasalnya, angkutan berbasis aplikasi itu menawarkan kemudahan, kemurahan, dan kenyamanan sehingga sangat membantu aktivitasnya sehari-hari.

Ibu rumah tangga yang memiliki satu anak ini juga membandingkan pelayanan yang diberikan angkutan online dengan angkutan konvensional seperti angkot, taksi, dan becak bermotor. Menurutnya, pelayanan yang diberikan taksi online sangat memuaskan.

“Saya memang tidak tahu bagaimana teknis bagi hasil antara driver dengan perusahaan jasa transporatasi online, tapi harga jasa antar jemput yang mereka tawarkan sangat murah, jauh di bawah taksi konvensional atau angkutan konvensional lainnya,” ungkap Yeyen.

Belum lagi kendaraan yang layak, sehingga penumpang merasa nyaman berada di dalam kendaraan tersebut. Sementara angkutan konvensional, kendaraannya kurang layak dan ongkosnya mahal. Belum lagi karakter sopir atau drivernya yang kasar.

Harusnya, kata Yeyen, keberadaan taksi online ini didukung pemerintah dengan regulasi yang baik. Apalagi, keberadaan taksi online ini katanya akan terus dicari. “Tertinggalnya taksi konvensional atau angkot dan becar bermotor menurut  saya karena kesalahan pemerintah. Kita bisa lihat bagaimana angkutan konvensional lainnya, seperti angkot dan becak, layak tidak? Kenapa ketika ada taksi online yang memberikan pelayanan layak dan murah, itu diributi. Harus pemerintah membuat regulasi yang mengatur angkutan konvensional agar memperhatikan kenyamanan penumpang, tidak ugal-ugalan,” bebernya.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Petugas Dinas Perhubungan kota Medan dibantu dengan petugas Polisi melakukan razia kendaraan angkutan berbasis online didepan Stasiun Besar Kereta Api Medan, Selasa (6/12). Setiap angkutan yang terkena razia untuk sementara diberikan sangsi tilang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Dinas Perhubungan (Dishub) bersama Dishub kabupaten kota dan Polantas, segera melakukan penertiban terhadap taksi online di Kota Medan dan sekitarnya. Namun, rencana ini menuai protes. Bukan cuma dari para driver, tapi juga dari warga pengguna jasa taksi online.

Pasalnya sejumlah warga menilai, kebradaan taksi online memberikan dampak positif dan sangat memudahkan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Yeyen (29), warga Jalan Gaperta Medan mengaku sangat terbantu dengan keberadaan taksi online saat ini. Pasalnya, angkutan berbasis aplikasi itu menawarkan kemudahan, kemurahan, dan kenyamanan sehingga sangat membantu aktivitasnya sehari-hari.

Ibu rumah tangga yang memiliki satu anak ini juga membandingkan pelayanan yang diberikan angkutan online dengan angkutan konvensional seperti angkot, taksi, dan becak bermotor. Menurutnya, pelayanan yang diberikan taksi online sangat memuaskan.

“Saya memang tidak tahu bagaimana teknis bagi hasil antara driver dengan perusahaan jasa transporatasi online, tapi harga jasa antar jemput yang mereka tawarkan sangat murah, jauh di bawah taksi konvensional atau angkutan konvensional lainnya,” ungkap Yeyen.

Belum lagi kendaraan yang layak, sehingga penumpang merasa nyaman berada di dalam kendaraan tersebut. Sementara angkutan konvensional, kendaraannya kurang layak dan ongkosnya mahal. Belum lagi karakter sopir atau drivernya yang kasar.

Harusnya, kata Yeyen, keberadaan taksi online ini didukung pemerintah dengan regulasi yang baik. Apalagi, keberadaan taksi online ini katanya akan terus dicari. “Tertinggalnya taksi konvensional atau angkot dan becar bermotor menurut  saya karena kesalahan pemerintah. Kita bisa lihat bagaimana angkutan konvensional lainnya, seperti angkot dan becak, layak tidak? Kenapa ketika ada taksi online yang memberikan pelayanan layak dan murah, itu diributi. Harus pemerintah membuat regulasi yang mengatur angkutan konvensional agar memperhatikan kenyamanan penumpang, tidak ugal-ugalan,” bebernya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/