28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Kata Ibunya, Ivan Lulus Tanpa Testing di PTN, Tapi…

Ivan Hasugian pelaku bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef di Medan, Minggu (28/8/2016)
Ivan Hasugian pelaku bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef di Medan, Minggu (28/8/2016)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi Ivan Armadi Hasugian (18), yang membawa bom di ranselnya saat ibadah misa pagi di Gereja Santo Yosep, Medan, Minggu (28/8), menjadi perhatian khalayak ramai. Ivan terdata sebagai alumnus SMAN 4 Medan. Dia adalah anak seorang pengacara senior bernama Makmur S Hasugian dan Harista br Purba, dan telah 20-an tahun tinggal di Jalan Setia Budi Gang Sehati Nomor 26.

Kepala Lingkungan XI Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, Yulike, mengatakan keluarga Ivan adalah warga lama di desa mereka. Tetapi selama puluhan tahun itu, keluarga ini kurang bergaul dengan warga lainnya. “Seperti tertutup gitu, tidak mau bergaul di lingkungan,” timpalnya.

Setelah mendapatkan kabar kalau pelaku percobaan ‘bom bunuh diri’ itu merupakan warganya, Kepling langsung mengecek. “Tadi polisi sudah datang, mengecek seluruh isi rumah pelaku. Polisi tadi ada bawa bungkusan yang isinya saya kurang tahu. Kemudian kedua orangtua Ivan (IAH) juga sudah diamankan polisi,” terangnya.

Yulike turut menuturkan, H Hasugian dan Harista Boru Purba memiliki tiga orang anak. “Dua laki-laki, satu wanita. Ivan anak paling kecil, yang paling besar itu laki-laki,” sebut wanita yang memakai kaos warna hitam itu.

Keterangan lain diperoleh dari br Sitepu (30), seorang pemilik kedai kelontong dan jual pulsa di kawasan itu. Disebutkan, Ivan baru lulus dari SMAN 4 Medan.

“Si Ivan itu, kata kakak dan mamaknya, telah diterima di salah satu perguruan tinggi negeri tanpa testing. Cuma matanya penyakit katarak Ivan tebal kali. Makanya mau diobati dulu matanya itu baru masuk dia kuliah,” terangnya.

Br Sitepu mendapat informasi itu karena keluarga Ivan yang sering belanja di warungnya. “Langgananku belanja mamaknya itu. Warga di sini mayoritas Batak Karo dan Toba dan beragama Kristen. Ada juga yang Katolik, ya bergereja ke Jalan dr Mansyur. Tapi walaupun beda keyakinan dengan mayoritas warga di sini, mamaknya dan abangnya dan kakaknya ramah kok. Cuma si Ivan dan ayahnya agak jarang berbaur atau bergaul dengan warga di sini,” pungkasnya. (spg/mag-1/mag-2/mag-4/rbb)

Ivan Hasugian pelaku bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef di Medan, Minggu (28/8/2016)
Ivan Hasugian pelaku bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef di Medan, Minggu (28/8/2016)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi Ivan Armadi Hasugian (18), yang membawa bom di ranselnya saat ibadah misa pagi di Gereja Santo Yosep, Medan, Minggu (28/8), menjadi perhatian khalayak ramai. Ivan terdata sebagai alumnus SMAN 4 Medan. Dia adalah anak seorang pengacara senior bernama Makmur S Hasugian dan Harista br Purba, dan telah 20-an tahun tinggal di Jalan Setia Budi Gang Sehati Nomor 26.

Kepala Lingkungan XI Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, Yulike, mengatakan keluarga Ivan adalah warga lama di desa mereka. Tetapi selama puluhan tahun itu, keluarga ini kurang bergaul dengan warga lainnya. “Seperti tertutup gitu, tidak mau bergaul di lingkungan,” timpalnya.

Setelah mendapatkan kabar kalau pelaku percobaan ‘bom bunuh diri’ itu merupakan warganya, Kepling langsung mengecek. “Tadi polisi sudah datang, mengecek seluruh isi rumah pelaku. Polisi tadi ada bawa bungkusan yang isinya saya kurang tahu. Kemudian kedua orangtua Ivan (IAH) juga sudah diamankan polisi,” terangnya.

Yulike turut menuturkan, H Hasugian dan Harista Boru Purba memiliki tiga orang anak. “Dua laki-laki, satu wanita. Ivan anak paling kecil, yang paling besar itu laki-laki,” sebut wanita yang memakai kaos warna hitam itu.

Keterangan lain diperoleh dari br Sitepu (30), seorang pemilik kedai kelontong dan jual pulsa di kawasan itu. Disebutkan, Ivan baru lulus dari SMAN 4 Medan.

“Si Ivan itu, kata kakak dan mamaknya, telah diterima di salah satu perguruan tinggi negeri tanpa testing. Cuma matanya penyakit katarak Ivan tebal kali. Makanya mau diobati dulu matanya itu baru masuk dia kuliah,” terangnya.

Br Sitepu mendapat informasi itu karena keluarga Ivan yang sering belanja di warungnya. “Langgananku belanja mamaknya itu. Warga di sini mayoritas Batak Karo dan Toba dan beragama Kristen. Ada juga yang Katolik, ya bergereja ke Jalan dr Mansyur. Tapi walaupun beda keyakinan dengan mayoritas warga di sini, mamaknya dan abangnya dan kakaknya ramah kok. Cuma si Ivan dan ayahnya agak jarang berbaur atau bergaul dengan warga di sini,” pungkasnya. (spg/mag-1/mag-2/mag-4/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/