27.8 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Sulawesi Tengah Diguncang Gempa, Satu Keluarga Hilang Disapu Tsunami

istimewa
Tsunami: Air laut menggenangi kawasan pesisir Kota Palu akibat tsunami yang terjadi usai gempa yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) petang. Tsunami yang terjadi mencapai hingga ketinggian 3 meter.

PALU,SUMUTPOS.CO – Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR berpusat di Donggala, Sulawesi Tengah, memicu terjadinya tsunami di Palu dan Mamuju, Jumat (28/9). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, tsunami yang terjadi di Palu setinggi 1,5 meter. Namun sekira pukul 17.36 WIB atau 18.36 Wita, tsunami dinyatakan telah selesai.

Di media sosial beredar video yang menunjukkan ombak besar menerjang pantai sekitar pesisir Palu. Video lain menunjukkan, air bah menerjang masuk pemukiman. Belum jelas, apakah ada jatuh korban. Selain di Palu dan Donggala, tsunami juga melanda Mamuji di Sulawesi Barat.

Kepala BMKG Dwi Korita Karmawati memastikan, benar terjadi tsunami menghantam kawasan pantai Talise, Kota Palu dengan ketinggian hingga 1,5 meter akibat gempa berkekuatan 7,7 pada skala Richter yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, tetapi air sudah surut.

“Dari pemantauan di lapangan, benar terjadi tsunami, dan bahwa video yang beredar itu memang benar,” kata Dwikorita Karmawati dalam jumpa pers di kantor BMKG, Jumat (28/09) malam.

“Tsunami mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter, terjadi pada pukul 17:32. Namun kemudian setelah beberapa lama, air sudah surut,” katanya.

BMKG memang sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini tsunami 5 menit setelah gempa terjadi. Gempa yang berpusat di Donggala terjadi pukul 17.02 WIB atau 18.02 WITA. Peringatan dini tsunami itu kemudian diakhiri pukul 17.36 WIB atau 18.36 WITA setelah mendapat keterangan air telah surut. BMKG memastikan tsunami telah berakhir.

“Jadi kami mengeluarkan peringatan dini tsunami saat gempa terjadi kurang lebih lima menit setelah gempa, dan peringatan itu diakhiri setelah tsunami terjadi dan airnya surut jadi memang SOP untuk mengakhiri peringatan dini itu harus diketahui dulu pengamatan,” kata Dwikorita.

Dia menegaskan, peringatan tsunami diakhiri BMKG setelah air laut surut. Sebelum air surut dari daratan, BMKG belum mengakhiri peringatan tsunami. “Namun yang kami maksud surut itu air laut yang naik ke darat itu sudah surut. Tadinya ada air jadi tidak ada air lagi,” jelas Dwikorita.

Sebelumnya, dua gempa di Sulawesi Tengah dalam selang tiga jam sempat memicu peringatan tsunami yang kemudian dicabut dan gempa besar itu diikuti dengan gempa-gempa susulan. Gempa pertama terjadi di Donggala, sekitar pukul 14:00, sementara gempa berikutnya terjadi pada pukul 17:02. Di antara dua gempa besar, terjadi setidaknya tiga gempa kecil lain. Peringatan dini tsunami aktif saat gempa di Palu terjadi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, gempa pertama bermagnitudo 5,9 dengan pusat gempa 2 km utara Kota Donggala pada kedalaman 10 km. Saat itu, gempa tidak berpotensi tsunami. Sementara gempa susulan terjadi pada pukul 17.02 terjadi 27 km timur laut Donggala, atau 80 km barat laut Palu, dan menimbukan peringatan tsunami.

Akibat bencana alam ini, terjadi kerusakan di berbagai tempat, dengan banyak rumah rubuh. Warga di daerah yang terkena dampak, keluar dari rumah masing-masing, berkumpul di tempat terbuka. Kondisi itu juga dialami warga di Palu, sekitar 40 km dari Donggala.

Hingga kini, BNPB masih terus melakukan pendataan korban. Sejauh ini, satu keluarga dilaporkan hilang di Pantai Palu saat tsunami menerjang. “Laporan yang ada, 1 orang meninggal siang tadi karena gempa 6,4 SR. Dampak tsunami itu satu keluarga di pantai hilang,” kata Sutopo.

Belum diketahui jumlah anggota keluarga yang hilang itu. Selain itu, sejumlah warga dilaporkan tertimpa reruntuhan bangunan. “Kami juga dapat laporan ada beberapa warga yang tertimpa bangunan di Kota Palu dan Donggala. Jumlahnya masih didata,” ujarnya.

Petugas BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, dan relawan melakukan evakuasi dan pertolongan pada korban. Sutopo memastikan penanganan darurat terus dilakukan. “Komunikasi yang lumpuh saat ini menyebabkan kesulitan untuk koordinasi dan pelaporan dengan daerah. Kondisi listrik padam juga menyebabkan gelap gulita di Palu dan Donggala. Gempa susulan masih terus berlangsung,” paparnya.

Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) malam ini langsung bergerak ke Donggala, yang diterpa gempa besar 7,4 SR. Karena bandara Palu lumpuh, tim bergerak melalui Balikpapan dan Makassar.

Tim tersebut langsung dipimpin oleh Kepala BNPB Willem Rampangilei. Tim yang dipimpin Willem bertolak dari Jakarta via Makassar. “Dari Makassar, tim yang dipimpin Kepala BNPB berangkat ke Donggala dengan helikopter karena bandara Palu ditutup,” ujar Sutopo.

istimewa
Tsunami: Air laut menggenangi kawasan pesisir Kota Palu akibat tsunami yang terjadi usai gempa yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) petang. Tsunami yang terjadi mencapai hingga ketinggian 3 meter.

PALU,SUMUTPOS.CO – Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR berpusat di Donggala, Sulawesi Tengah, memicu terjadinya tsunami di Palu dan Mamuju, Jumat (28/9). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, tsunami yang terjadi di Palu setinggi 1,5 meter. Namun sekira pukul 17.36 WIB atau 18.36 Wita, tsunami dinyatakan telah selesai.

Di media sosial beredar video yang menunjukkan ombak besar menerjang pantai sekitar pesisir Palu. Video lain menunjukkan, air bah menerjang masuk pemukiman. Belum jelas, apakah ada jatuh korban. Selain di Palu dan Donggala, tsunami juga melanda Mamuji di Sulawesi Barat.

Kepala BMKG Dwi Korita Karmawati memastikan, benar terjadi tsunami menghantam kawasan pantai Talise, Kota Palu dengan ketinggian hingga 1,5 meter akibat gempa berkekuatan 7,7 pada skala Richter yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, tetapi air sudah surut.

“Dari pemantauan di lapangan, benar terjadi tsunami, dan bahwa video yang beredar itu memang benar,” kata Dwikorita Karmawati dalam jumpa pers di kantor BMKG, Jumat (28/09) malam.

“Tsunami mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter, terjadi pada pukul 17:32. Namun kemudian setelah beberapa lama, air sudah surut,” katanya.

BMKG memang sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini tsunami 5 menit setelah gempa terjadi. Gempa yang berpusat di Donggala terjadi pukul 17.02 WIB atau 18.02 WITA. Peringatan dini tsunami itu kemudian diakhiri pukul 17.36 WIB atau 18.36 WITA setelah mendapat keterangan air telah surut. BMKG memastikan tsunami telah berakhir.

“Jadi kami mengeluarkan peringatan dini tsunami saat gempa terjadi kurang lebih lima menit setelah gempa, dan peringatan itu diakhiri setelah tsunami terjadi dan airnya surut jadi memang SOP untuk mengakhiri peringatan dini itu harus diketahui dulu pengamatan,” kata Dwikorita.

Dia menegaskan, peringatan tsunami diakhiri BMKG setelah air laut surut. Sebelum air surut dari daratan, BMKG belum mengakhiri peringatan tsunami. “Namun yang kami maksud surut itu air laut yang naik ke darat itu sudah surut. Tadinya ada air jadi tidak ada air lagi,” jelas Dwikorita.

Sebelumnya, dua gempa di Sulawesi Tengah dalam selang tiga jam sempat memicu peringatan tsunami yang kemudian dicabut dan gempa besar itu diikuti dengan gempa-gempa susulan. Gempa pertama terjadi di Donggala, sekitar pukul 14:00, sementara gempa berikutnya terjadi pada pukul 17:02. Di antara dua gempa besar, terjadi setidaknya tiga gempa kecil lain. Peringatan dini tsunami aktif saat gempa di Palu terjadi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, gempa pertama bermagnitudo 5,9 dengan pusat gempa 2 km utara Kota Donggala pada kedalaman 10 km. Saat itu, gempa tidak berpotensi tsunami. Sementara gempa susulan terjadi pada pukul 17.02 terjadi 27 km timur laut Donggala, atau 80 km barat laut Palu, dan menimbukan peringatan tsunami.

Akibat bencana alam ini, terjadi kerusakan di berbagai tempat, dengan banyak rumah rubuh. Warga di daerah yang terkena dampak, keluar dari rumah masing-masing, berkumpul di tempat terbuka. Kondisi itu juga dialami warga di Palu, sekitar 40 km dari Donggala.

Hingga kini, BNPB masih terus melakukan pendataan korban. Sejauh ini, satu keluarga dilaporkan hilang di Pantai Palu saat tsunami menerjang. “Laporan yang ada, 1 orang meninggal siang tadi karena gempa 6,4 SR. Dampak tsunami itu satu keluarga di pantai hilang,” kata Sutopo.

Belum diketahui jumlah anggota keluarga yang hilang itu. Selain itu, sejumlah warga dilaporkan tertimpa reruntuhan bangunan. “Kami juga dapat laporan ada beberapa warga yang tertimpa bangunan di Kota Palu dan Donggala. Jumlahnya masih didata,” ujarnya.

Petugas BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, dan relawan melakukan evakuasi dan pertolongan pada korban. Sutopo memastikan penanganan darurat terus dilakukan. “Komunikasi yang lumpuh saat ini menyebabkan kesulitan untuk koordinasi dan pelaporan dengan daerah. Kondisi listrik padam juga menyebabkan gelap gulita di Palu dan Donggala. Gempa susulan masih terus berlangsung,” paparnya.

Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) malam ini langsung bergerak ke Donggala, yang diterpa gempa besar 7,4 SR. Karena bandara Palu lumpuh, tim bergerak melalui Balikpapan dan Makassar.

Tim tersebut langsung dipimpin oleh Kepala BNPB Willem Rampangilei. Tim yang dipimpin Willem bertolak dari Jakarta via Makassar. “Dari Makassar, tim yang dipimpin Kepala BNPB berangkat ke Donggala dengan helikopter karena bandara Palu ditutup,” ujar Sutopo.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/