25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

PNS Disenggol KA, Luka Parah.. Tapi Alhamdulillah Selamat

Foto: Yen/PM Korban disenggol KA, Linggar Tumanggor, dirawat di RS.
Foto: Yen/PM
Korban disenggol KA, Lingbar Tumanggor, dirawat di RS.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lingbar Windro Tumanggor terbilang pria beruntung. Nyawa pria 31 tahun asal Desa Salak Satu, Phakpak Bharat, ini selamat meski disenggol kereta api di perlintasan KA Jalan SM. Raja, Medan.

Kamis (29/9) sore itu, warga sekitar langsung melarikannya ke RS Permata Bunda dengan kondisi nafas tersengal-sengal dan wajah mengalami luka parah.

Sebelum kejadian, warga sempat melihat pegawai negeri sipil ini berjalan menyusuri pinggiran rel. Tak satu pun yang mengetahui dari mana dan hendak kemana dia. Bahkan, tak seorang pun mengenali pria kelahiran Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga, Dairi, tersebut.

“Kami tadi bekerja, pas ada kereta lewat iya kami pinggir semua. Kami juga nggak tau bagaimana pria itu bisa ada di pinggiran rel,” ungkap pak Udin (53), salah satu pekerja kontruksi bangunan di sekitar lokasi kejadian. Keterangannya diamini kelima rekannya sesama pekerja kontruksi.

“Mana kami urusi itu, bang. Urusan kami bekerja pada waktu kerja, selebihnya gajian,” ketus Reza (20), rekan pak Udin sembari asyik mengikat besi konstruksi.

Mendengar jawaban tidak koperatif itu, Kanit Reskrim Martualesi Sitepu langsung memerintahkan anggotanya agar mengelandang semua pekerja tersebut ke Mapolsek Medan Kota untuk dimintai keterangan.

“Kalau mereka (6 orang pekerja konstruksi) tidak koperatif memberikan keterangan, arahkan ke kantor saja,” perintah Martualesi dengan sedikit bernada tegas.

Situasi sedikit memanas ketika J. Aritonang, personel Sabhara terpancing emosi karena keberadaan pimpinannya kurang digubris. “Anda kalau tidak koperatif memberikan keterangan yang anda ketahui, itu perbuatan melanggar undang-undang,” terang J. Aritonang.

Tak ingin situasi semakin memanas, Martualesi langsung mendinginkan suasana. “Karena bapak-bapak sekalian yang terdekat dengan kejadian perkara, makanya kami bertanya dan meminta keterangan agar lebih akurat dengan peristiwa tersebut,” timpal Martualesi sedikit nada menurun.

Sadar mereka akan dibawa ke Mapolsek, para pekerja tampak kebingungan. “Aduh, hari sudah sore begini, mana mau turun hujan lagi, ke kantor Polisi pulak lagi,” kesal Bambang (23), rekan Reza sembari menggerutu menggaruk kepala.

Korban langsung mendapat perawatan intensif oleh pihak medis. (mag 4/ras)

Foto: Yen/PM Korban disenggol KA, Linggar Tumanggor, dirawat di RS.
Foto: Yen/PM
Korban disenggol KA, Lingbar Tumanggor, dirawat di RS.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lingbar Windro Tumanggor terbilang pria beruntung. Nyawa pria 31 tahun asal Desa Salak Satu, Phakpak Bharat, ini selamat meski disenggol kereta api di perlintasan KA Jalan SM. Raja, Medan.

Kamis (29/9) sore itu, warga sekitar langsung melarikannya ke RS Permata Bunda dengan kondisi nafas tersengal-sengal dan wajah mengalami luka parah.

Sebelum kejadian, warga sempat melihat pegawai negeri sipil ini berjalan menyusuri pinggiran rel. Tak satu pun yang mengetahui dari mana dan hendak kemana dia. Bahkan, tak seorang pun mengenali pria kelahiran Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga, Dairi, tersebut.

“Kami tadi bekerja, pas ada kereta lewat iya kami pinggir semua. Kami juga nggak tau bagaimana pria itu bisa ada di pinggiran rel,” ungkap pak Udin (53), salah satu pekerja kontruksi bangunan di sekitar lokasi kejadian. Keterangannya diamini kelima rekannya sesama pekerja kontruksi.

“Mana kami urusi itu, bang. Urusan kami bekerja pada waktu kerja, selebihnya gajian,” ketus Reza (20), rekan pak Udin sembari asyik mengikat besi konstruksi.

Mendengar jawaban tidak koperatif itu, Kanit Reskrim Martualesi Sitepu langsung memerintahkan anggotanya agar mengelandang semua pekerja tersebut ke Mapolsek Medan Kota untuk dimintai keterangan.

“Kalau mereka (6 orang pekerja konstruksi) tidak koperatif memberikan keterangan, arahkan ke kantor saja,” perintah Martualesi dengan sedikit bernada tegas.

Situasi sedikit memanas ketika J. Aritonang, personel Sabhara terpancing emosi karena keberadaan pimpinannya kurang digubris. “Anda kalau tidak koperatif memberikan keterangan yang anda ketahui, itu perbuatan melanggar undang-undang,” terang J. Aritonang.

Tak ingin situasi semakin memanas, Martualesi langsung mendinginkan suasana. “Karena bapak-bapak sekalian yang terdekat dengan kejadian perkara, makanya kami bertanya dan meminta keterangan agar lebih akurat dengan peristiwa tersebut,” timpal Martualesi sedikit nada menurun.

Sadar mereka akan dibawa ke Mapolsek, para pekerja tampak kebingungan. “Aduh, hari sudah sore begini, mana mau turun hujan lagi, ke kantor Polisi pulak lagi,” kesal Bambang (23), rekan Reza sembari menggerutu menggaruk kepala.

Korban langsung mendapat perawatan intensif oleh pihak medis. (mag 4/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/