26.7 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Jawa Pos Jadi Inspirasi di India

CHENNAI- Bagaimana menjangkau lebih banyak pembaca menjadi salah satu tema utama Newsroom Summit, di hari kedua konferensi dan pameran koran WAN-IFRA India 2011 di Chennai Convention Centre, Rabu kemarin (7/9) Jawa Pos (Grup Sumut Pos), pemenang World Young Reader Newspaper 2011, menjadi salah satu case study di even yang digelar asosiasi koran dan penerbit sedunia tersebut. Bersama koran kenamaan Amerika Serikat, Washington Post, dan koran berbahasa Inggris dari Indonesia, Jakarta Globe.

Raju Narisetti, managing editor (redaktur pelaksana) Washington Post yang keturunan India, berbagi tentang bagaimana menyampaikan cerita yang sama lewat jalur yang berbeda-beda. Khususnya via cetak dan online.
“Berita yang menarik untuk cetak belum tentu menarik ketika disampaikan via online. Begitu pula sebaliknya,” kata Narisetti, yang sebelum di Washington Post punya pengalaman kerja di Wall Street Journal.

Setelah itu, Lin Neumann, chief editorial officer Jakarta Globe asal Amerika, berbagi pengalaman memperkenalkan koran di pasar niche via Facebook dan Twitter.

Baru kemudian giliran Azrul Ananda, direktur Jawa Pos. Yaitu tentang menggandeng pembaca muda, perempuan, dan segmen-segmen khusus tanpa harus going online.  “Semua harus terus belajar dan siap dengan media-media baru, tapi bukan berarti harus habis-habisan ke sana. Karena dari sana belum ada pemasukan yang berarti. Selama belum ada pemasukan yang berarti, kita harus terus fokus mengembangkan hal yang selama ini menjadi tumpuan utama, yaitu koran,” kata Azrul, di hadapan ratusan pimpinan koran dan media lain, yang datang dari 20 negara.

Halaman anak muda DetEksi menjadi contoh utama kesuksesan Jawa Pos menggandeng pembaca baru. Sebelas tahun setelah halaman itu kali pertama terbit, survei Nielsen Media Research terbaru menunjukkan kalau 51 persen pembaca Jawa Pos berusia di bawah 30 tahun. Plus, survei di sembilan kota besar itu juga menunjukkan kalau Jawa Pos memiliki jumlah pembaca terbanyak. Koran pertama dari luar Jakarta yang mampu melakukannya.

“DetEksi pula yang membuat kami bisa memenangi World Young Reader Newspaper of The Year 2011 yang diberikan oleh WAN-IFRA,” lanjut Azrul dalam bahasa Inggris, yang juga diterjemahkan ke bahasa Hindi dan Tamil.

Presentasi Jawa Pos, tampaknya, mendapat sambutan baik dari peserta konferensi. Banyak pertanyaan ditujukan baik di ujung presentasi maupun setelahnya, baik kepada Azrul maupun enam personel Jawa Pos yang pekan ini mengikuti acara di Chennai.

“Presentasi Azrul adalah yang terbaik. Sepulang dari konferensi ini kami akan membahas apa yang dilakukan Jawa Pos. Untuk kemudian kami terapkan di koran kami,” kata Srinavas Chermala, technical head koran berbahasa Telugu, Namaa Thetalangaana, yang bermarkas di Hyderabad.

Saat sesi tanya jawab konferensi, para peserta tertarik untuk mengetahui lebih dalam kiat-kiat Jawa Pos untuk tumbuh. Salah satunya adalah Subramanim dari Srilangka. Dia paling penasaran mengetahui bagaimana kebanyakan anggota redaksi Jawa Pos sekarang berusia di bawah 35 tahun.  “Bagaimana nasib para karyawan Jawa Pos yang berusia 40 tahun atau lebih,” tanyanya.

“Jawa Pos punya banyak anak perusahaan, jumlah total 199 koran dan televisi. Kami butuh banyak sekali pimpinan berpengalaman dan hebat di anak-anak perusahaan tersebut,” jawab Azrul.

Menurut Presiden WAN-IFRA Jacon Mathew, presentasi Azrul kemarin bisa menjadi inspirasi bagi koran-koran di India.

“Excellent presentation. Perhatian pada pembaca muda memang telah diberikan sebagian koran-koran di India. Namun, DetEksi yang luar biasa adalah sesuatu yang bisa dipelajari koran-koran di sini (India, Red),” puji Mathew. “Kebijakan Jawa Pos yang berani memberi kepercayaan kepada orang muda juga layak dipertimbangkan oleh koran-koran lain,” tambahnya.(ang/jpnn)

CHENNAI- Bagaimana menjangkau lebih banyak pembaca menjadi salah satu tema utama Newsroom Summit, di hari kedua konferensi dan pameran koran WAN-IFRA India 2011 di Chennai Convention Centre, Rabu kemarin (7/9) Jawa Pos (Grup Sumut Pos), pemenang World Young Reader Newspaper 2011, menjadi salah satu case study di even yang digelar asosiasi koran dan penerbit sedunia tersebut. Bersama koran kenamaan Amerika Serikat, Washington Post, dan koran berbahasa Inggris dari Indonesia, Jakarta Globe.

Raju Narisetti, managing editor (redaktur pelaksana) Washington Post yang keturunan India, berbagi tentang bagaimana menyampaikan cerita yang sama lewat jalur yang berbeda-beda. Khususnya via cetak dan online.
“Berita yang menarik untuk cetak belum tentu menarik ketika disampaikan via online. Begitu pula sebaliknya,” kata Narisetti, yang sebelum di Washington Post punya pengalaman kerja di Wall Street Journal.

Setelah itu, Lin Neumann, chief editorial officer Jakarta Globe asal Amerika, berbagi pengalaman memperkenalkan koran di pasar niche via Facebook dan Twitter.

Baru kemudian giliran Azrul Ananda, direktur Jawa Pos. Yaitu tentang menggandeng pembaca muda, perempuan, dan segmen-segmen khusus tanpa harus going online.  “Semua harus terus belajar dan siap dengan media-media baru, tapi bukan berarti harus habis-habisan ke sana. Karena dari sana belum ada pemasukan yang berarti. Selama belum ada pemasukan yang berarti, kita harus terus fokus mengembangkan hal yang selama ini menjadi tumpuan utama, yaitu koran,” kata Azrul, di hadapan ratusan pimpinan koran dan media lain, yang datang dari 20 negara.

Halaman anak muda DetEksi menjadi contoh utama kesuksesan Jawa Pos menggandeng pembaca baru. Sebelas tahun setelah halaman itu kali pertama terbit, survei Nielsen Media Research terbaru menunjukkan kalau 51 persen pembaca Jawa Pos berusia di bawah 30 tahun. Plus, survei di sembilan kota besar itu juga menunjukkan kalau Jawa Pos memiliki jumlah pembaca terbanyak. Koran pertama dari luar Jakarta yang mampu melakukannya.

“DetEksi pula yang membuat kami bisa memenangi World Young Reader Newspaper of The Year 2011 yang diberikan oleh WAN-IFRA,” lanjut Azrul dalam bahasa Inggris, yang juga diterjemahkan ke bahasa Hindi dan Tamil.

Presentasi Jawa Pos, tampaknya, mendapat sambutan baik dari peserta konferensi. Banyak pertanyaan ditujukan baik di ujung presentasi maupun setelahnya, baik kepada Azrul maupun enam personel Jawa Pos yang pekan ini mengikuti acara di Chennai.

“Presentasi Azrul adalah yang terbaik. Sepulang dari konferensi ini kami akan membahas apa yang dilakukan Jawa Pos. Untuk kemudian kami terapkan di koran kami,” kata Srinavas Chermala, technical head koran berbahasa Telugu, Namaa Thetalangaana, yang bermarkas di Hyderabad.

Saat sesi tanya jawab konferensi, para peserta tertarik untuk mengetahui lebih dalam kiat-kiat Jawa Pos untuk tumbuh. Salah satunya adalah Subramanim dari Srilangka. Dia paling penasaran mengetahui bagaimana kebanyakan anggota redaksi Jawa Pos sekarang berusia di bawah 35 tahun.  “Bagaimana nasib para karyawan Jawa Pos yang berusia 40 tahun atau lebih,” tanyanya.

“Jawa Pos punya banyak anak perusahaan, jumlah total 199 koran dan televisi. Kami butuh banyak sekali pimpinan berpengalaman dan hebat di anak-anak perusahaan tersebut,” jawab Azrul.

Menurut Presiden WAN-IFRA Jacon Mathew, presentasi Azrul kemarin bisa menjadi inspirasi bagi koran-koran di India.

“Excellent presentation. Perhatian pada pembaca muda memang telah diberikan sebagian koran-koran di India. Namun, DetEksi yang luar biasa adalah sesuatu yang bisa dipelajari koran-koran di sini (India, Red),” puji Mathew. “Kebijakan Jawa Pos yang berani memberi kepercayaan kepada orang muda juga layak dipertimbangkan oleh koran-koran lain,” tambahnya.(ang/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/