26.7 C
Medan
Saturday, May 25, 2024

Gali Potensi Desa, Ganjar Inisiasi Pabrik Teh Gede Pangrango

SUMUTPOS.CO – BAKAL calon presiden (capres) 2024, Ganjar Pranowo, berkunjung dan menginap di desa terpencil di kaki Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat pada Kamis (5/10). Tidak hanya kunjungan biasa, Ganjar juga datang untuk menjalankan salah satu program andalannya, yakni hilirisasi pertanian untuk menuju kedaulatan pangan.
Di wilayah tersebut Ganjar menggandeng Koperasi Desa Sejahtera Indonesia (Kodesi) milik Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Papdesi), menginisiasi pembangunan pabrik teh premium di Desa Tegallega Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Diketahui, Ganjar merupakan Dewan Pembina Papdesi.
”Pabrik teh ini akan memproduksi teh premium yang kami beri merek Teh GP. Itu kepanjangan dari Teh Gede Pangrango, karena wilayah ini ada di kaki Gunung Gede dan Pangrango,” kata Fery Kurniawan, konsultan pabrik.
Pabrik teh itu nantinya akan dikelola oleh anak-anak muda. Sementara, sebagai pilot project pabrik ini akan mengelola empat hektare kebun teh dan direncakan memproduksi 200 kg daun teh per hari.
”Untuk harganya, karena ini teh premium maka sangat tinggi. Tentu dengan hasil ini, akan membuat para petani teh di desa ini semakin sejahtera,” ucapnya.
Para anak muda petani milenial yang akan dilibatkan dalam program itu mengaku sangat senang. Sebab dengan adanya program pemberdayaan masyarakat ini, maka ekonomi masyarakat yang mayoritas adalah petani teh itu akan bertambah.
”Tentu kami sangat antusias sekali karena Pak Ganjar menginisiasi ini untuk masyarakat. Dan kami anak muda dilibatkan menjadi motor penggerak. Harapannya tentu kami anak muda tidak perlu ke kota untuk bekerja, tapi bisa berkarya di desa dengan pendapatan tak kalah dengan mereka yang ada di kota,” ucap Nandri Rivaldi (29), salah satu petani milenial Desa Tegallega.
Sementara itu, Ganjar mengatakan bahwa banyak potensi di desa yang bisa dioptimalkan. Contohnya di Desa Tegallega, di mana ada potensi perkebunan teh yang bisa dikelola lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat.
”Mereka siap membuat pabrik teh dengan produk teh premium atau special tea. Tentu ini contoh kongkret bagaimana kita melakukan hilirisasi pertanian yang kita harapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Ini keren,” ucapnya.
Dan yang menarik lagi, lanjut Ganjar, pabrik teh itu dikelola bekerjasama dengan Kodesi, koperasi desa binaan Papdesi. Jika program ini berhasil, maka bisa diterapkan dan dikembangkan di desa-desa lain di seluruh Indonesia.
”Sangat mungkin dikembangkan di desa lain, tentu dengan unit usaha dan kearifan lokal masing-masing. Kalau semua bisa melakukan itu, maka bisa kita bayangkan betapa besarnya pendapatan yang dihasilkan,” jelasnya.

Menanggapi gagasan Hilirisasi Pertanian ini, salah seorang petani di Kabupaten Karo, Sumut Bina Br Sembiring memuji program hilirisasi yang digagas Ganjar tersebut. Apalagi program tersebut melibatkan para pemuda di desa.

Menurutnya persoalan yang dihadapi petani adalah harga jual yang tidak pasti. Dia mencontohkan petani di Karo. “Persoalan yang sering kami hadapi sebagai petani di Tanah Karo ini adalah nilai jual yang tidak pasti. Sering juga kami rugi karena nilai jual tidak sebanding dengan modal mulai masa tanam, perawatan, hingga panen,” ujar Bina, warga Kabanjahe tersebut kepada Sumut Pos, Minggu (8/10).

Bina menilai kehadiran program hilirisasi tersebut merupakan salah satu solusi untuk pertanian. “Dengan kehadiran pabrik, maka harga pertanian diharapkan stabil. Petani juga tidak susah untuk memasarkan hasil pertanian mereka,” ungkap wanita berusia 52 tahun itu. (wir/deo)

SUMUTPOS.CO – BAKAL calon presiden (capres) 2024, Ganjar Pranowo, berkunjung dan menginap di desa terpencil di kaki Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat pada Kamis (5/10). Tidak hanya kunjungan biasa, Ganjar juga datang untuk menjalankan salah satu program andalannya, yakni hilirisasi pertanian untuk menuju kedaulatan pangan.
Di wilayah tersebut Ganjar menggandeng Koperasi Desa Sejahtera Indonesia (Kodesi) milik Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Papdesi), menginisiasi pembangunan pabrik teh premium di Desa Tegallega Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Diketahui, Ganjar merupakan Dewan Pembina Papdesi.
”Pabrik teh ini akan memproduksi teh premium yang kami beri merek Teh GP. Itu kepanjangan dari Teh Gede Pangrango, karena wilayah ini ada di kaki Gunung Gede dan Pangrango,” kata Fery Kurniawan, konsultan pabrik.
Pabrik teh itu nantinya akan dikelola oleh anak-anak muda. Sementara, sebagai pilot project pabrik ini akan mengelola empat hektare kebun teh dan direncakan memproduksi 200 kg daun teh per hari.
”Untuk harganya, karena ini teh premium maka sangat tinggi. Tentu dengan hasil ini, akan membuat para petani teh di desa ini semakin sejahtera,” ucapnya.
Para anak muda petani milenial yang akan dilibatkan dalam program itu mengaku sangat senang. Sebab dengan adanya program pemberdayaan masyarakat ini, maka ekonomi masyarakat yang mayoritas adalah petani teh itu akan bertambah.
”Tentu kami sangat antusias sekali karena Pak Ganjar menginisiasi ini untuk masyarakat. Dan kami anak muda dilibatkan menjadi motor penggerak. Harapannya tentu kami anak muda tidak perlu ke kota untuk bekerja, tapi bisa berkarya di desa dengan pendapatan tak kalah dengan mereka yang ada di kota,” ucap Nandri Rivaldi (29), salah satu petani milenial Desa Tegallega.
Sementara itu, Ganjar mengatakan bahwa banyak potensi di desa yang bisa dioptimalkan. Contohnya di Desa Tegallega, di mana ada potensi perkebunan teh yang bisa dikelola lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat.
”Mereka siap membuat pabrik teh dengan produk teh premium atau special tea. Tentu ini contoh kongkret bagaimana kita melakukan hilirisasi pertanian yang kita harapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Ini keren,” ucapnya.
Dan yang menarik lagi, lanjut Ganjar, pabrik teh itu dikelola bekerjasama dengan Kodesi, koperasi desa binaan Papdesi. Jika program ini berhasil, maka bisa diterapkan dan dikembangkan di desa-desa lain di seluruh Indonesia.
”Sangat mungkin dikembangkan di desa lain, tentu dengan unit usaha dan kearifan lokal masing-masing. Kalau semua bisa melakukan itu, maka bisa kita bayangkan betapa besarnya pendapatan yang dihasilkan,” jelasnya.

Menanggapi gagasan Hilirisasi Pertanian ini, salah seorang petani di Kabupaten Karo, Sumut Bina Br Sembiring memuji program hilirisasi yang digagas Ganjar tersebut. Apalagi program tersebut melibatkan para pemuda di desa.

Menurutnya persoalan yang dihadapi petani adalah harga jual yang tidak pasti. Dia mencontohkan petani di Karo. “Persoalan yang sering kami hadapi sebagai petani di Tanah Karo ini adalah nilai jual yang tidak pasti. Sering juga kami rugi karena nilai jual tidak sebanding dengan modal mulai masa tanam, perawatan, hingga panen,” ujar Bina, warga Kabanjahe tersebut kepada Sumut Pos, Minggu (8/10).

Bina menilai kehadiran program hilirisasi tersebut merupakan salah satu solusi untuk pertanian. “Dengan kehadiran pabrik, maka harga pertanian diharapkan stabil. Petani juga tidak susah untuk memasarkan hasil pertanian mereka,” ungkap wanita berusia 52 tahun itu. (wir/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/