32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

PPP-PKB Serius Duetkan Jokowi-Gatot

Daniel menyebut, tak menutup kemungkinan PKB bakal mengusung Gatot di pilpres 2019 mendatang. Namun, Gatot diminta berkomunikasi intensif dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar jika berniat maju di pilpres. “Kita tunggu komunikasi intensif dari pak Gatot ke Cak Imin (sapaan akrab Muahaimin Iskandar, red),” tukasnya.

Terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan, Partai Gerindra belum tertarik melirik Jenderal Gatot untuk dijagokan dalam bursa pilpres untuk Pemilu 2019. Pihaknya tetap akan mengusung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di pilpres 2019.

“Dari pilihan itu tentu ada opsi-opsi yang berbeda. Yang pasti yang kita ajukan Pak Prabowo untuk bakal calon kita,” ucapnya kepada wartawan di Komplek Parelemen, Senayan, Senin (9/10).

Wakil Ketua DPR RI itu mengatakan, angka ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sebesar 20 persen yang ditetapkan dalam UU Pemilu yang baru, mengharuskan Gerindra bekerjasama dengan partai lain untuk mengusung pasangan capres-cawapres. “Gerindra pasti harus berkoalisi kalau 20 persen. Harus bekerja sama dengan partai lain. Tapi kalau nol persen bisa usung sendiri,” kata Fadli.

Fadli menegaskan, modal yang dimiliki Gatot, baik itu modal politik maupun modal sosial belum bisa menyaingi pengalaman yang dimiliki Prabowo. Namun, kelebihan dan kekurangan keduanya bisa saja saling melengkapi jika diduetkan di pilpres 2019.

“Ya kalau Pak Prabowo sosial capitalnya dan political capitalnya lebih panjang, jauh ya. Saya kira tidak ada masalah, bisa komplementer juga,” imbuhnya.

Sebelumnya, duet antara Joko Widodo (Jokowi) dan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo ternyata sudah dicetuskan salah satu Parpol pendukung Pemerintah, yakni Partai NasDem.  Namun, sejumlah partai pendukung lainnya menyatakan belum bersikap dengan alasan yang berbeda-beda. Walau demikian, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti justru menilai, duet Jokowi-Gatot adalah hal yang mustahil. Ia pun menyodorkan pasangan yang lebih pas berdasarkan survey yang mereka lakukan, yakni Gatot Nurmantyo dan Zulkifli Hasan, ketua MPR RI yang juga ketua umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN).

Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP),  Hendrawan Supratikno mengatakan, usulan Jokowi-Gatot sudah dilontarkan Partai Nasional Demokrat (NasDem).  Namun, partai berlambang banteng moncong putih sebagai ‘pemilik’ Jokowi, menurut Hendrawan Supratikno, memiliki kualifikasi tersendiri untuk menentukan calon wakil presiden (cawapres) yang nantinya mendampingi Jokowi di pemilu 2019.

“Kalau secara normatif kualitatif, kami bisa sebutkan beberapa kualifikasi. Tentu pertama kualifikasi ideologi, kesetiaannya terhadap bangsa dan negara tak diragukan lagi, kepemimpinannya teruji,” ungkapnya kepada INDOPOS saat dihubungi, Jumat (6/10). (aen/jpg/ril)

Daniel menyebut, tak menutup kemungkinan PKB bakal mengusung Gatot di pilpres 2019 mendatang. Namun, Gatot diminta berkomunikasi intensif dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar jika berniat maju di pilpres. “Kita tunggu komunikasi intensif dari pak Gatot ke Cak Imin (sapaan akrab Muahaimin Iskandar, red),” tukasnya.

Terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan, Partai Gerindra belum tertarik melirik Jenderal Gatot untuk dijagokan dalam bursa pilpres untuk Pemilu 2019. Pihaknya tetap akan mengusung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di pilpres 2019.

“Dari pilihan itu tentu ada opsi-opsi yang berbeda. Yang pasti yang kita ajukan Pak Prabowo untuk bakal calon kita,” ucapnya kepada wartawan di Komplek Parelemen, Senayan, Senin (9/10).

Wakil Ketua DPR RI itu mengatakan, angka ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sebesar 20 persen yang ditetapkan dalam UU Pemilu yang baru, mengharuskan Gerindra bekerjasama dengan partai lain untuk mengusung pasangan capres-cawapres. “Gerindra pasti harus berkoalisi kalau 20 persen. Harus bekerja sama dengan partai lain. Tapi kalau nol persen bisa usung sendiri,” kata Fadli.

Fadli menegaskan, modal yang dimiliki Gatot, baik itu modal politik maupun modal sosial belum bisa menyaingi pengalaman yang dimiliki Prabowo. Namun, kelebihan dan kekurangan keduanya bisa saja saling melengkapi jika diduetkan di pilpres 2019.

“Ya kalau Pak Prabowo sosial capitalnya dan political capitalnya lebih panjang, jauh ya. Saya kira tidak ada masalah, bisa komplementer juga,” imbuhnya.

Sebelumnya, duet antara Joko Widodo (Jokowi) dan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo ternyata sudah dicetuskan salah satu Parpol pendukung Pemerintah, yakni Partai NasDem.  Namun, sejumlah partai pendukung lainnya menyatakan belum bersikap dengan alasan yang berbeda-beda. Walau demikian, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti justru menilai, duet Jokowi-Gatot adalah hal yang mustahil. Ia pun menyodorkan pasangan yang lebih pas berdasarkan survey yang mereka lakukan, yakni Gatot Nurmantyo dan Zulkifli Hasan, ketua MPR RI yang juga ketua umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN).

Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP),  Hendrawan Supratikno mengatakan, usulan Jokowi-Gatot sudah dilontarkan Partai Nasional Demokrat (NasDem).  Namun, partai berlambang banteng moncong putih sebagai ‘pemilik’ Jokowi, menurut Hendrawan Supratikno, memiliki kualifikasi tersendiri untuk menentukan calon wakil presiden (cawapres) yang nantinya mendampingi Jokowi di pemilu 2019.

“Kalau secara normatif kualitatif, kami bisa sebutkan beberapa kualifikasi. Tentu pertama kualifikasi ideologi, kesetiaannya terhadap bangsa dan negara tak diragukan lagi, kepemimpinannya teruji,” ungkapnya kepada INDOPOS saat dihubungi, Jumat (6/10). (aen/jpg/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/