25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

TNI Temukan Helikopter yang Hilang Juni Tahun Lalu, Segera Kirim Tim Evakuasi

DITEBING: Helikopter TNI yang hilang Juni Tahun lalu,berada ditebing.
net

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Upaya pencarian helikopter MI-17 milik Pusat Penerbangan TNI AD (Puspenerbad) akhirnya berbuah hasil. Senin (10/2) Panglima Kodam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Herman Asaribab sudah memastikan helikopter yang hilang sejak 28 Juni tahun lalu itu ditemukan. Dengan mata kepala sendiri, Herman melihat puing-puing helikopter itu berada di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Pegunungan Bintang.

Sejak kali pertama hilang kontak, masyarakat setempat pernah memberi informasi bahwa mereka mendengar suara helikopter. Namun, saat itu mereka tidak bisa memelihat langsung helikopter tersebut. Kabut tebal di Pegunungan Bintang menjadi penyebabnya. Pencarian oleh tim udara dan tim darat juga melintasi Distrik Oksop. Namun demikian, tidak satu pun berhasil menemukan tanda-tanda keberadaan helikopter tersebut.

Baru Selasa pekan lalu (4/2) Kodam XVII/Cendrawasih mendapat petunjuk. Masyarakat setempat mengirim foto-foto helikopter itu dalam keadaan hancur. Merespons petunjuk tersebut, Herman langsung mengirim satuan terdekat ke Distrik Oksibil untuk lanjut ke Distrik Oksop. Kemarin dia menyusul bersama Danrem 172/Praja Wira Yakthi Kolonel Infanteri Binsar Sianipar dan Bupati Pegunungan Bintang Costan Oktemka.

“Tadi (kemarin) saya melihat langsung lokasi puing dari ketinggian 12.500 feet,” ungkap Herman usai ikut serta dalam pencarian tim udara. Tidak kurang delapan bulan sejak Juni 2019 sampai Februrai tahun ini, proses pencarian helikopter bernomor registrasi HA 5236 menemukan titik terang. Temuan tersebut, lanjut Herman, bakal langsung ditindaklanjuti oleh instansinya. Dalam waktu dekat dia akan mengirim tik ke lokasi.

Jenderal bintang dua TNI AD itu menyampaikan bahwa Kodam XVII/Cendrawasih akan mengevakuasi seluruh temuan di Pegunungan Mandala. “Kami akan fokus untuk melakukan evakuasi terhadap korban,” imbuhnya. Namun demikian, Herman menyebut, evakuasi tidak serta merta langsung dilakukan. Perlu kesiapan matang. Mengingat lokasi puing-puing helikopter nahas itu ada di perbukitan dengan tebing curam.

Berdasar pandangan matanya, diduga kuat helikopter tersebut menabrak tebing. Pilot tidak bisa menghindar lantaran pandangan tertutup kabut tebal. Dari pengamatannya pula, Herman menyebut tebing yang besar kemugkinan ditabrak helikopter itu punya sudat nyaris 90 derajat. Karena itu, butuh tim yang andal untuk mengevakuasi puing-puing helikopter tersebut. “Evakuasi harus dipersiapkan dengan matang,” imbuhnya.

Selain itu, Herman juga meminta izin kepada seluruh masyarakat Pegunungan Bintang untuk dibantu. Sebab, berdasar informasi yang dia terima, lokasi puing-puing helikopter itu berada di daerah yang masih dinilai sakral oleh masyarakat setempat. “Kami juga mohon izin dan restu kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Distrik Oksop untuk mendukung kami dalam misi kemanusiaan,” imbuhnya.

Walau sudah berbulan-bulan hilang, Herman menegaskan, pihaknya tetap punya tanggung jawab untuk mengevakusi seluruh prajurit TNI yang menjadi korban kecelakaan helikopter itu. Sebagaimana catatan Jawa Pos, jumlah total prajurit TNI yang ikut dalam penerbangan terakhir helikopter tersebut tidak kurang 12 orang. Tujuh orang dari Puspenerbad dan lima lainnya berasal dari Satgas Yonif 725/Woroagi.

Lima orang tersebut merupakan prajurit TNI yang bertugas menjaga daerah perbatasan Indonesia – Papua Nugini. “Heli dinyatakan lost contact ketika terbang dari Oksibil menuju Jayapura sesaat setelah melaksanakan dropping logistik bagi pos TNI yang berada di Kabupaten Pegunungan Bintang,” kata Wakil Kepala Penerangan Kodam (Wakapendam) XVII/Cendrawasih Letkol Infanteri Dax Sianturi.

Dax pun menyebutkan, setelah memastikan lokasi puing-puing helikopter itu berada, Kodam XVII/Cendarwasih akan langsung membentuk tim evakuasi. Secepat mungkin mereka akan digerakkan ke lokasi puing-puing tersebut. Menurut dia, kendala yang sejauh ini dihadapi regu pencari adalah medan serta cuaca yang mudah berubah-ubah. “Dan 90 persen medannya itu belum pernah didatangi manusia,” imbuhnya. (syn/jpnn)

DITEBING: Helikopter TNI yang hilang Juni Tahun lalu,berada ditebing.
net

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Upaya pencarian helikopter MI-17 milik Pusat Penerbangan TNI AD (Puspenerbad) akhirnya berbuah hasil. Senin (10/2) Panglima Kodam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Herman Asaribab sudah memastikan helikopter yang hilang sejak 28 Juni tahun lalu itu ditemukan. Dengan mata kepala sendiri, Herman melihat puing-puing helikopter itu berada di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Pegunungan Bintang.

Sejak kali pertama hilang kontak, masyarakat setempat pernah memberi informasi bahwa mereka mendengar suara helikopter. Namun, saat itu mereka tidak bisa memelihat langsung helikopter tersebut. Kabut tebal di Pegunungan Bintang menjadi penyebabnya. Pencarian oleh tim udara dan tim darat juga melintasi Distrik Oksop. Namun demikian, tidak satu pun berhasil menemukan tanda-tanda keberadaan helikopter tersebut.

Baru Selasa pekan lalu (4/2) Kodam XVII/Cendrawasih mendapat petunjuk. Masyarakat setempat mengirim foto-foto helikopter itu dalam keadaan hancur. Merespons petunjuk tersebut, Herman langsung mengirim satuan terdekat ke Distrik Oksibil untuk lanjut ke Distrik Oksop. Kemarin dia menyusul bersama Danrem 172/Praja Wira Yakthi Kolonel Infanteri Binsar Sianipar dan Bupati Pegunungan Bintang Costan Oktemka.

“Tadi (kemarin) saya melihat langsung lokasi puing dari ketinggian 12.500 feet,” ungkap Herman usai ikut serta dalam pencarian tim udara. Tidak kurang delapan bulan sejak Juni 2019 sampai Februrai tahun ini, proses pencarian helikopter bernomor registrasi HA 5236 menemukan titik terang. Temuan tersebut, lanjut Herman, bakal langsung ditindaklanjuti oleh instansinya. Dalam waktu dekat dia akan mengirim tik ke lokasi.

Jenderal bintang dua TNI AD itu menyampaikan bahwa Kodam XVII/Cendrawasih akan mengevakuasi seluruh temuan di Pegunungan Mandala. “Kami akan fokus untuk melakukan evakuasi terhadap korban,” imbuhnya. Namun demikian, Herman menyebut, evakuasi tidak serta merta langsung dilakukan. Perlu kesiapan matang. Mengingat lokasi puing-puing helikopter nahas itu ada di perbukitan dengan tebing curam.

Berdasar pandangan matanya, diduga kuat helikopter tersebut menabrak tebing. Pilot tidak bisa menghindar lantaran pandangan tertutup kabut tebal. Dari pengamatannya pula, Herman menyebut tebing yang besar kemugkinan ditabrak helikopter itu punya sudat nyaris 90 derajat. Karena itu, butuh tim yang andal untuk mengevakuasi puing-puing helikopter tersebut. “Evakuasi harus dipersiapkan dengan matang,” imbuhnya.

Selain itu, Herman juga meminta izin kepada seluruh masyarakat Pegunungan Bintang untuk dibantu. Sebab, berdasar informasi yang dia terima, lokasi puing-puing helikopter itu berada di daerah yang masih dinilai sakral oleh masyarakat setempat. “Kami juga mohon izin dan restu kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Distrik Oksop untuk mendukung kami dalam misi kemanusiaan,” imbuhnya.

Walau sudah berbulan-bulan hilang, Herman menegaskan, pihaknya tetap punya tanggung jawab untuk mengevakusi seluruh prajurit TNI yang menjadi korban kecelakaan helikopter itu. Sebagaimana catatan Jawa Pos, jumlah total prajurit TNI yang ikut dalam penerbangan terakhir helikopter tersebut tidak kurang 12 orang. Tujuh orang dari Puspenerbad dan lima lainnya berasal dari Satgas Yonif 725/Woroagi.

Lima orang tersebut merupakan prajurit TNI yang bertugas menjaga daerah perbatasan Indonesia – Papua Nugini. “Heli dinyatakan lost contact ketika terbang dari Oksibil menuju Jayapura sesaat setelah melaksanakan dropping logistik bagi pos TNI yang berada di Kabupaten Pegunungan Bintang,” kata Wakil Kepala Penerangan Kodam (Wakapendam) XVII/Cendrawasih Letkol Infanteri Dax Sianturi.

Dax pun menyebutkan, setelah memastikan lokasi puing-puing helikopter itu berada, Kodam XVII/Cendarwasih akan langsung membentuk tim evakuasi. Secepat mungkin mereka akan digerakkan ke lokasi puing-puing tersebut. Menurut dia, kendala yang sejauh ini dihadapi regu pencari adalah medan serta cuaca yang mudah berubah-ubah. “Dan 90 persen medannya itu belum pernah didatangi manusia,” imbuhnya. (syn/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/