26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Menpar: Pariwisata Indonesia Bisa Kalahkan Malaysia, Begini Caranya

Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Kreatif Arief Yahya, menjadi keynote speaker saat Diskusi Nasional Kepariwisataan dan Forum Pimpinan Redaksi III Riau Pos Group (RPG) dengan tema Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata, di Hotel Grand Inna Muara Padang, Kamis (12/5).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Kreatif Arief Yahya, menjadi keynote speaker saat Diskusi Nasional Kepariwisataan dan Forum Pimpinan Redaksi III Riau Pos Group (RPG) dengan tema Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata, di Hotel Grand Inna Muara Padang, Kamis (12/5).

PADANG, SUMUTPOS.CO – Sektor pariwisata mestinya menjadi prioritas pembangunan untuk Indonesia ke depan. Sebab, Indonesia memiliki potensi destinasi wisata yang sangat besar, yang bila dikelola dengan tepat tidak hanya akan menjadi penyumbang devisa terbesar, tapi juga bisa mengalahkan penghasilan wisata Malaysia yang saat ini masih jauh lebih baik dari Indonesia.

“Apalagi, modal yang diperlukan untuk mengembangkan sektor ini tidak sebesar sektor lainnya seperti migas, batubara, dan CPO,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Kreatif Arief Yahya, saat Diskusi Nasional Kepariwisataan dan Forum Pimpinan Redaksi III Riau Pos Group (RPG) dengan tema Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata, di Hotel Grand Inna Muara Padang, Kamis (12/5). Diskusi itu, dihadiri juga oleh Ketua DPD RI, Irman Gusman, gubernur Sumbar, gubernur Sumut, dan gubernur Riau, beberapa kepala daerah di Sumbar dan Riau, pemimpin redaksi se-Sumatera, serta para penggiat dan pengusaha pariwisata di Sumbar.

Beberapa tahun terakhir, lanjut Arief, tiga sektor industri Indonesia yang selama ini menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia mengalami penurunan hasil. Tiga sektor industri itu adalah migas, yang pada 2014 menghasilkan devisa U$ 30 miliar, turun menjadi U$18 miliar pada 2015; batu bara dari U$ 20 miliar menjadi U$ 16 miliar; sedangkan CPO dari U$ 17 miliar menjadi 15 miliar.

“Untuk sektor pariwisata yang berada pada posisi ke empat tumbuh dari U$10,69 miliar menjadi U$11 miliar lebih. Dengan kondisi itu pariwisata seharusnya bisa menjadi leading sector di Indonesia untuk menghasilkan devisa,” kata Arief.

Untuk mengejar itu, dia meminta pemerintah daerah di Indonesia menjadikan potensi-potensi wisata yang mereka miliki menjadi sebuah potensi yang bisa menjadi pemain dunia. Sebab itulah, kalau mau menjadi pemain dunia ada tiga hal yang harus dilakukan.

Pertama, harus menggunakan standar dunia untuk membangun dan mengembangkan potensi wisata dunia yang dimiliki. Kemudian, bandingkan potensi yang ada dengan pesaing utama. Dalam hal ini, saingan utama Indonesia adalah Malaysia, lalu Singapura dan Thailand. Terakhir, untuk menyusun strategi, apakah itu strategi pemasaran, gunakan angka-angka alias data yang komprehensif.

”Khusus untuk provinsi yang ada di Sumatera bagian utara (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, dan Kepri), potensi wisatanya sangat besar dan punya ke khasan masing-masing. Ini harus dimaksimalkan. Kami (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, red) siap untuk membantu membuat konsep dan anggarannya, serta mempromosikannya ke luar negeri,” tutur Arief Yahya.

Pada kesempatan itu dia mengingatkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan sektor wisata tersebut. Pertama, fokus kepada kekhasan bidang yang ingin digarap. Lalu ciptakan branding yang tepat. Dan terakhir, mesti tahu dengan pasti turis dari negara mana yang akan dituju dengan potensi wisata yang digarap.

Untuk bisa mengalahkan Singapura, Malaysia, dan Thailand dari sektor pariwisata, Irman Gusman menyatakan, perlu adanya sinergitas antar provinsi. ”Sinergitas itu penting, akan bisa saling menguatkan. Ini bisa dilakukan dengan membentuk semacan badan perencanaan pembangunan wisata, yang bisa dibuat per tingkat regional,” tuturnya. (cip/ayu/mea)

Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Kreatif Arief Yahya, menjadi keynote speaker saat Diskusi Nasional Kepariwisataan dan Forum Pimpinan Redaksi III Riau Pos Group (RPG) dengan tema Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata, di Hotel Grand Inna Muara Padang, Kamis (12/5).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Kreatif Arief Yahya, menjadi keynote speaker saat Diskusi Nasional Kepariwisataan dan Forum Pimpinan Redaksi III Riau Pos Group (RPG) dengan tema Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata, di Hotel Grand Inna Muara Padang, Kamis (12/5).

PADANG, SUMUTPOS.CO – Sektor pariwisata mestinya menjadi prioritas pembangunan untuk Indonesia ke depan. Sebab, Indonesia memiliki potensi destinasi wisata yang sangat besar, yang bila dikelola dengan tepat tidak hanya akan menjadi penyumbang devisa terbesar, tapi juga bisa mengalahkan penghasilan wisata Malaysia yang saat ini masih jauh lebih baik dari Indonesia.

“Apalagi, modal yang diperlukan untuk mengembangkan sektor ini tidak sebesar sektor lainnya seperti migas, batubara, dan CPO,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Kreatif Arief Yahya, saat Diskusi Nasional Kepariwisataan dan Forum Pimpinan Redaksi III Riau Pos Group (RPG) dengan tema Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata, di Hotel Grand Inna Muara Padang, Kamis (12/5). Diskusi itu, dihadiri juga oleh Ketua DPD RI, Irman Gusman, gubernur Sumbar, gubernur Sumut, dan gubernur Riau, beberapa kepala daerah di Sumbar dan Riau, pemimpin redaksi se-Sumatera, serta para penggiat dan pengusaha pariwisata di Sumbar.

Beberapa tahun terakhir, lanjut Arief, tiga sektor industri Indonesia yang selama ini menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia mengalami penurunan hasil. Tiga sektor industri itu adalah migas, yang pada 2014 menghasilkan devisa U$ 30 miliar, turun menjadi U$18 miliar pada 2015; batu bara dari U$ 20 miliar menjadi U$ 16 miliar; sedangkan CPO dari U$ 17 miliar menjadi 15 miliar.

“Untuk sektor pariwisata yang berada pada posisi ke empat tumbuh dari U$10,69 miliar menjadi U$11 miliar lebih. Dengan kondisi itu pariwisata seharusnya bisa menjadi leading sector di Indonesia untuk menghasilkan devisa,” kata Arief.

Untuk mengejar itu, dia meminta pemerintah daerah di Indonesia menjadikan potensi-potensi wisata yang mereka miliki menjadi sebuah potensi yang bisa menjadi pemain dunia. Sebab itulah, kalau mau menjadi pemain dunia ada tiga hal yang harus dilakukan.

Pertama, harus menggunakan standar dunia untuk membangun dan mengembangkan potensi wisata dunia yang dimiliki. Kemudian, bandingkan potensi yang ada dengan pesaing utama. Dalam hal ini, saingan utama Indonesia adalah Malaysia, lalu Singapura dan Thailand. Terakhir, untuk menyusun strategi, apakah itu strategi pemasaran, gunakan angka-angka alias data yang komprehensif.

”Khusus untuk provinsi yang ada di Sumatera bagian utara (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, dan Kepri), potensi wisatanya sangat besar dan punya ke khasan masing-masing. Ini harus dimaksimalkan. Kami (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, red) siap untuk membantu membuat konsep dan anggarannya, serta mempromosikannya ke luar negeri,” tutur Arief Yahya.

Pada kesempatan itu dia mengingatkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan sektor wisata tersebut. Pertama, fokus kepada kekhasan bidang yang ingin digarap. Lalu ciptakan branding yang tepat. Dan terakhir, mesti tahu dengan pasti turis dari negara mana yang akan dituju dengan potensi wisata yang digarap.

Untuk bisa mengalahkan Singapura, Malaysia, dan Thailand dari sektor pariwisata, Irman Gusman menyatakan, perlu adanya sinergitas antar provinsi. ”Sinergitas itu penting, akan bisa saling menguatkan. Ini bisa dilakukan dengan membentuk semacan badan perencanaan pembangunan wisata, yang bisa dibuat per tingkat regional,” tuturnya. (cip/ayu/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/