27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Tes Kesehatan Bupati Ogan Ilir Diduga Rekayasa

Foto: Boy/JPNN Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Ahmad Wazir Noviandi, masih teler saat digelandang Badan Narkotika Nasional ke markas BNN di Cawang, Jakarta Timur, Senin (14/3) sore.
Foto: Boy/JPNN
Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Ahmad Wazir Noviandi, masih teler saat digelandang Badan Narkotika Nasional ke markas BNN di Cawang, Jakarta Timur, Senin (14/3) sore.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO –  Belum genap dua bulan dilantik menjadi Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Ahmad Wazir Noviadi, 27, ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN). Saat ditangkap di rumahnya di Jalan Musyawarah, Palembang, Minggu (13/3), Noviadi diduga menghilangkan barang bukti berupa sabu dan alat pakainya.

BNN juga memperoleh indikasi, tes kesehatan sebagai persyaratan mengikuti Pilkada telah direkayasa sehingga tes laboratorium itu menunjukkan Noviadi tidak menggunakan narkotika. Kepala BNN Komjen Budi Waseso menuturkan, BNN sudah mendapatkan informasi sejak tiga bulan lalu. Namun, lembaga pemberantas narkotika ini menahan diri karena saat itu masuk dalam masa pilkada.

”Kami tidak ingin dianggap ikut arus politik,” katanya di Jakarta kemarin.

Setelah sabar menguntit, dua hari lalu terdeteksi seorang lelaki berinisial MU membeli narkotika dari pengedar yang juga seorang pegawai negeri sipil (PNS) berinisial ICN alias FA. Penyidik BNN langsung menangkap keduanya.

”Ternyata, MU ini mengaku kalau disuruh Bupati Ogan Ilir,” paparnya.

BNN lantas berupaya menangkap bupati tersebut di rumah pribadinya. Namun rumah itu dijaga begitu ketat. Ada puluhan orang sekuriti dan juga satpol PP yang menjaga rumah tersebut. Mereka menghalangi petugas BNN untuk menangkap Noviadi.

”Kami kesulitan dan akhirnya terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan. Barulah kemudian Noviadi bisa ditangkap,” ujarnya.

Karena perlawanan itu Noviadi diduga sempat menghilangkan barang bukti berupa sabu dan alat hisapnya. Saat rumah itu diperiksa sama sekali tidak ada barang bukti yang didapatkan. ”Namun, cara lainnya ditempuh untuk membuktikan Bupati ini memakai narkotika,” jelasnya.

Akhirnya tes urine dilakukan pada bupati tersebut. Hasilnya, sesuai dugaan, bupati tersebut positif menggunakan narkotika jenis sabu. ”Tidak hanya bupati ini yang positif. Ternyata ada beberapa kaki tangannya yang positif narkotika, yakni MU, yang bertugas menyiapkan sabu, seorang PNS berinisial DA dan sekuriti rumah berinisial JU,” paparnya.

Buwas, panggilan akrab Budi Waseso, menuturkan, BNN akan melanjutkan tes narkotika dengan mengecek darah dan rambut bupati berumur 28 tahun tersebut. ”Tes dilakukan secara lengkap untuk memastikannya,” ujarnya.

Dalam pemeriksaan selama hampir dua hari ini, bupati tersebut masih dalam keadaan terpengaruh dengan narkotika alias teler. Karena itulah, pemeriksaan pada Noviadi masih belum secara mendalam dilakukan. ”Kami periksa kembali setelah efek narkotika berhenti,” tuturnya.

Yang lebih mengerikan, BNN mendapatkan indikasi bupati yang baru dilantik pada 17 Februari 2016 itu melakukan rekayasa hasil tes kesehatan pilkada. Sebab, Bupati ini sudah lama terindikasi menggunakan narkotika. ”Rekayasa ini kemungkinan besar dilakukan agar lolos dalam pilkada,” jelasnya.

Untuk itu, BNN akan mendalami indikasi rekayasa tersebut. Rencananya, rumah sakit dan dokter yang melakukan tes kesehatan itu akan diperiksa BNN. ”Ini pemalsuan dokumen sehingga bisa dijerat berlapis,” tuturnya.

Foto: Boy/JPNN Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Ahmad Wazir Noviandi, masih teler saat digelandang Badan Narkotika Nasional ke markas BNN di Cawang, Jakarta Timur, Senin (14/3) sore.
Foto: Boy/JPNN
Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Ahmad Wazir Noviandi, masih teler saat digelandang Badan Narkotika Nasional ke markas BNN di Cawang, Jakarta Timur, Senin (14/3) sore.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO –  Belum genap dua bulan dilantik menjadi Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Ahmad Wazir Noviadi, 27, ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN). Saat ditangkap di rumahnya di Jalan Musyawarah, Palembang, Minggu (13/3), Noviadi diduga menghilangkan barang bukti berupa sabu dan alat pakainya.

BNN juga memperoleh indikasi, tes kesehatan sebagai persyaratan mengikuti Pilkada telah direkayasa sehingga tes laboratorium itu menunjukkan Noviadi tidak menggunakan narkotika. Kepala BNN Komjen Budi Waseso menuturkan, BNN sudah mendapatkan informasi sejak tiga bulan lalu. Namun, lembaga pemberantas narkotika ini menahan diri karena saat itu masuk dalam masa pilkada.

”Kami tidak ingin dianggap ikut arus politik,” katanya di Jakarta kemarin.

Setelah sabar menguntit, dua hari lalu terdeteksi seorang lelaki berinisial MU membeli narkotika dari pengedar yang juga seorang pegawai negeri sipil (PNS) berinisial ICN alias FA. Penyidik BNN langsung menangkap keduanya.

”Ternyata, MU ini mengaku kalau disuruh Bupati Ogan Ilir,” paparnya.

BNN lantas berupaya menangkap bupati tersebut di rumah pribadinya. Namun rumah itu dijaga begitu ketat. Ada puluhan orang sekuriti dan juga satpol PP yang menjaga rumah tersebut. Mereka menghalangi petugas BNN untuk menangkap Noviadi.

”Kami kesulitan dan akhirnya terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan. Barulah kemudian Noviadi bisa ditangkap,” ujarnya.

Karena perlawanan itu Noviadi diduga sempat menghilangkan barang bukti berupa sabu dan alat hisapnya. Saat rumah itu diperiksa sama sekali tidak ada barang bukti yang didapatkan. ”Namun, cara lainnya ditempuh untuk membuktikan Bupati ini memakai narkotika,” jelasnya.

Akhirnya tes urine dilakukan pada bupati tersebut. Hasilnya, sesuai dugaan, bupati tersebut positif menggunakan narkotika jenis sabu. ”Tidak hanya bupati ini yang positif. Ternyata ada beberapa kaki tangannya yang positif narkotika, yakni MU, yang bertugas menyiapkan sabu, seorang PNS berinisial DA dan sekuriti rumah berinisial JU,” paparnya.

Buwas, panggilan akrab Budi Waseso, menuturkan, BNN akan melanjutkan tes narkotika dengan mengecek darah dan rambut bupati berumur 28 tahun tersebut. ”Tes dilakukan secara lengkap untuk memastikannya,” ujarnya.

Dalam pemeriksaan selama hampir dua hari ini, bupati tersebut masih dalam keadaan terpengaruh dengan narkotika alias teler. Karena itulah, pemeriksaan pada Noviadi masih belum secara mendalam dilakukan. ”Kami periksa kembali setelah efek narkotika berhenti,” tuturnya.

Yang lebih mengerikan, BNN mendapatkan indikasi bupati yang baru dilantik pada 17 Februari 2016 itu melakukan rekayasa hasil tes kesehatan pilkada. Sebab, Bupati ini sudah lama terindikasi menggunakan narkotika. ”Rekayasa ini kemungkinan besar dilakukan agar lolos dalam pilkada,” jelasnya.

Untuk itu, BNN akan mendalami indikasi rekayasa tersebut. Rencananya, rumah sakit dan dokter yang melakukan tes kesehatan itu akan diperiksa BNN. ”Ini pemalsuan dokumen sehingga bisa dijerat berlapis,” tuturnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/