25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Demokrat: Ada Kejutan

Meski tidak menang, lanjut Emrus, namun pasangan Sudrajat-Syaikhu yang dimotori oleh Gerindra dan PKS terbukti bisa memberi kejutan dan nyaris menumbangkan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum. “Aher kader PKS, dan terbukti 2 periode berhasil membangun Jawa Barat. Kalaupun dibanding dengan Anies Baswedan, tentu Aher lebih diperhitungkan,” kata Emrus, Senin (16/7).

Anies, kata Emrus, belum teruji di Jakarta, karena pembangunan yang di Jakarta saat ini masih sebagai karya dari Jokowi yang kemudian dilanjutkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Karena itu, lebih konkret ketika PKS memasangkan Prabowo dengan Aher. “Itu lebih prodduktif ketika nanti berhadapan dengan calon pesaingnya di Pilpres, yakni Jokowi dan pasangannya,” sambungnya.

Hal positif lainnya adalah Aher merupakan kader ideologis PKS yang secara definitif akan memperkuat koalisi antara Gerindra dan PKS. Sebab bagaimanapun, politik itu bicara kekuasaan dan kepentingan. “Bukankah kepentingan PKS lebih terwujud jika mengusung kadernya sendiri, yakni Aher dibanding Anies,” ujarnya.

Ia khawatir jika PKS memaksakan diri mengusung Anies yang dianggapnya sebagai politikus yang sangat cair, justru akan berdampak buruk kepada PKS di kemudian hari. Sebagaimana diketahui, Anies pada 2014 lalu berada di pihak Jokowi dan mengkritik habis-habisan Prabowo. Tapi, lanjut Emrus, saat Pilgub 2017 lalu Anies langsung mendekat ke Prabowo. “Jadi jangan sepelekan kader sendiri, kecuali memang tidak ada kader lagi. Dan jika Aher dicalonkan, sekaligus menunjukkan kepada publik, kaderisasi di PKS berjalan dengan baik. Ini bisa jadi insentif elektabilitas untuk PKS di pemilu legislatif nanti,” pungkasnya. (ce1/gwn/jpc/saz)

Meski tidak menang, lanjut Emrus, namun pasangan Sudrajat-Syaikhu yang dimotori oleh Gerindra dan PKS terbukti bisa memberi kejutan dan nyaris menumbangkan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum. “Aher kader PKS, dan terbukti 2 periode berhasil membangun Jawa Barat. Kalaupun dibanding dengan Anies Baswedan, tentu Aher lebih diperhitungkan,” kata Emrus, Senin (16/7).

Anies, kata Emrus, belum teruji di Jakarta, karena pembangunan yang di Jakarta saat ini masih sebagai karya dari Jokowi yang kemudian dilanjutkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Karena itu, lebih konkret ketika PKS memasangkan Prabowo dengan Aher. “Itu lebih prodduktif ketika nanti berhadapan dengan calon pesaingnya di Pilpres, yakni Jokowi dan pasangannya,” sambungnya.

Hal positif lainnya adalah Aher merupakan kader ideologis PKS yang secara definitif akan memperkuat koalisi antara Gerindra dan PKS. Sebab bagaimanapun, politik itu bicara kekuasaan dan kepentingan. “Bukankah kepentingan PKS lebih terwujud jika mengusung kadernya sendiri, yakni Aher dibanding Anies,” ujarnya.

Ia khawatir jika PKS memaksakan diri mengusung Anies yang dianggapnya sebagai politikus yang sangat cair, justru akan berdampak buruk kepada PKS di kemudian hari. Sebagaimana diketahui, Anies pada 2014 lalu berada di pihak Jokowi dan mengkritik habis-habisan Prabowo. Tapi, lanjut Emrus, saat Pilgub 2017 lalu Anies langsung mendekat ke Prabowo. “Jadi jangan sepelekan kader sendiri, kecuali memang tidak ada kader lagi. Dan jika Aher dicalonkan, sekaligus menunjukkan kepada publik, kaderisasi di PKS berjalan dengan baik. Ini bisa jadi insentif elektabilitas untuk PKS di pemilu legislatif nanti,” pungkasnya. (ce1/gwn/jpc/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/