29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Delapan Hari Kejar Kapal Bawa 1,6 Ton Sabu

Akhirnya, pada kemarin di sekitar Karang Helen Mars, Karang Banteng Perairan Anambas kapal berhasil dihentikan. Kapal tersebut ternyata kapal ikan dengan peralatan jaring ketam. ”Namun, anehnya awak kapalnya orang Tiongkok,” ujar jenderal berbintang satu tersebut.

Awak kapal itu tidak bisa menunjukkan dokumen resmi kapal. Mereka membawa bendera Singapura masuk ke Indonesia. Saat dicek, ternyata terdapat 81 karung yang setiap karungnya berisi 20 kg sabu. ”Saat ini masih penghitungan, tapi beratnya sekitar 1,6 ton sabu,” tegasnya.

Empat awak kapal itu bernama, Tan Mai, 69, Tan Yi, 33, Tan Hui, 43, dan Liu Yin Hua, 63. Menurutnya, ada kemungkinan sindikat narkotika ini satu jaringan dengan kasus kapal Sunrise Glory dan Wanderlust. ”Kemungkinan ada, tapi semua masih pemeriksaan. Empat tersangka masih kami tanyai,” tuturnya.

Mengapa masih terus terjadi penyelundupan, Eko belum bisa berkomentar. Menurutnya, saat ini tim sedang fokus memeriksa sabu ke labfor dan mengembangkan kasus tersebut. ”Kami masih berupaya,” ujarnya.

Sementara Kepala BNN Komjen Budi Waseso menuturkan, sebelumnya penangkapan 1 ton 30 kg itu merupakan sinergitas antara TNI AL dengan BNN. Hal ini jelas merupakan bukti dari efektifitas sinergitas atau kerjasama antar lembaga. ”Ini karena TNI AL juga ikut terlibat menangkap,” urainya.

Mengapa penangkapan sering dilakukan, tapi tidak menghentikan penyelundupan narkotika? Dia menjelaskan bahwa dulu rehabilitasi itu dianggap pencegahan. Akhirnya, BNN ini dianggap tidak bisa apa-apa karena kerjanya hanya rehabilitasi. ”Namun, rehabilitasi ini tidak menyelesaikan masalah,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, di Arab Saudi dalam setahun merehabilitasi 40 ribu pengguna narkotika. Namun, yang kembali menjadi pengguna justru banyak. ”Kalau ada yang bilang rehabilitasi itu penyelesaian, bohong. Tapi, hanya penyelamatan untuk tidak terkontaminasi kembali. Namun, tidak ada jaminan tidak memakai lagi,” tuturnya. (idr/jp/smg)

Akhirnya, pada kemarin di sekitar Karang Helen Mars, Karang Banteng Perairan Anambas kapal berhasil dihentikan. Kapal tersebut ternyata kapal ikan dengan peralatan jaring ketam. ”Namun, anehnya awak kapalnya orang Tiongkok,” ujar jenderal berbintang satu tersebut.

Awak kapal itu tidak bisa menunjukkan dokumen resmi kapal. Mereka membawa bendera Singapura masuk ke Indonesia. Saat dicek, ternyata terdapat 81 karung yang setiap karungnya berisi 20 kg sabu. ”Saat ini masih penghitungan, tapi beratnya sekitar 1,6 ton sabu,” tegasnya.

Empat awak kapal itu bernama, Tan Mai, 69, Tan Yi, 33, Tan Hui, 43, dan Liu Yin Hua, 63. Menurutnya, ada kemungkinan sindikat narkotika ini satu jaringan dengan kasus kapal Sunrise Glory dan Wanderlust. ”Kemungkinan ada, tapi semua masih pemeriksaan. Empat tersangka masih kami tanyai,” tuturnya.

Mengapa masih terus terjadi penyelundupan, Eko belum bisa berkomentar. Menurutnya, saat ini tim sedang fokus memeriksa sabu ke labfor dan mengembangkan kasus tersebut. ”Kami masih berupaya,” ujarnya.

Sementara Kepala BNN Komjen Budi Waseso menuturkan, sebelumnya penangkapan 1 ton 30 kg itu merupakan sinergitas antara TNI AL dengan BNN. Hal ini jelas merupakan bukti dari efektifitas sinergitas atau kerjasama antar lembaga. ”Ini karena TNI AL juga ikut terlibat menangkap,” urainya.

Mengapa penangkapan sering dilakukan, tapi tidak menghentikan penyelundupan narkotika? Dia menjelaskan bahwa dulu rehabilitasi itu dianggap pencegahan. Akhirnya, BNN ini dianggap tidak bisa apa-apa karena kerjanya hanya rehabilitasi. ”Namun, rehabilitasi ini tidak menyelesaikan masalah,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, di Arab Saudi dalam setahun merehabilitasi 40 ribu pengguna narkotika. Namun, yang kembali menjadi pengguna justru banyak. ”Kalau ada yang bilang rehabilitasi itu penyelesaian, bohong. Tapi, hanya penyelamatan untuk tidak terkontaminasi kembali. Namun, tidak ada jaminan tidak memakai lagi,” tuturnya. (idr/jp/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/