30.6 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Ijab Kabul di Hadapan Kakak yang Koma

SUMUTPOS.CO  –  Seorang wanita mau menikah dengan kakak iparnya. Tujuannya satu, untuk mengasuh keponakan-keponakannya yang ditinggal mati ibunya.

Sosok Butet memang sangat keibuan. Dia pernah sakit hati dengan seorang pria dan memutuskan tidak akan menikah. Tahun 1990 rahimnya juga dioperasi, karena ada bakal kanker yang dimungkinkan akan semakin ganas bila dibiarkan.

Namun, tahun 1993 ia tak bisa menolak untuk menikah dengan kakak iparnya alias suami kakak perempuannya. Hal itu karena permintaan kakaknya yang nyawanya tidak bisa ditolong lantaran terkena kanker payudara.

“Keluarga kami memang punya indikasi keturunan kanker. Saya dulu masih mau tumbuh sudah dioperasi. Alhamdulillah, sekarang tidak apa-apa,” kata Butet.

Awalnya, Karin menolak untuk menikah dengan suami kakaknya, sebut saja namanya Tongat. Apalagi waktu itu, Butet masih berumur 20 tahun. Sementara, Tongat sudah hampir berkepala 5.

Akan tetapi, ia tak sanggup menolak lantaran keponakannya yang tidak lain adalah anak kakaknya masih berumur 2 bulan. Sementara anak pertamanya, masih berusia 11 tahun.

“Kakak memang menikah di usia yang sudah tua. Makanya sudah kepala empat anaknya masih kecil-kecil,” jelasnya. Sampai akhirnya, Butet tak berkutik karena keluarganya sudah menyiapkan segala kebutuhan pernikahan di dalam rumah sakit.

Suasana makin terasa menyentuh hati tatkala Tongat mengucapkan ijab kabul di hadapan kakak Butet yang sudah dalam keadaan koma.

SUMUTPOS.CO  –  Seorang wanita mau menikah dengan kakak iparnya. Tujuannya satu, untuk mengasuh keponakan-keponakannya yang ditinggal mati ibunya.

Sosok Butet memang sangat keibuan. Dia pernah sakit hati dengan seorang pria dan memutuskan tidak akan menikah. Tahun 1990 rahimnya juga dioperasi, karena ada bakal kanker yang dimungkinkan akan semakin ganas bila dibiarkan.

Namun, tahun 1993 ia tak bisa menolak untuk menikah dengan kakak iparnya alias suami kakak perempuannya. Hal itu karena permintaan kakaknya yang nyawanya tidak bisa ditolong lantaran terkena kanker payudara.

“Keluarga kami memang punya indikasi keturunan kanker. Saya dulu masih mau tumbuh sudah dioperasi. Alhamdulillah, sekarang tidak apa-apa,” kata Butet.

Awalnya, Karin menolak untuk menikah dengan suami kakaknya, sebut saja namanya Tongat. Apalagi waktu itu, Butet masih berumur 20 tahun. Sementara, Tongat sudah hampir berkepala 5.

Akan tetapi, ia tak sanggup menolak lantaran keponakannya yang tidak lain adalah anak kakaknya masih berumur 2 bulan. Sementara anak pertamanya, masih berusia 11 tahun.

“Kakak memang menikah di usia yang sudah tua. Makanya sudah kepala empat anaknya masih kecil-kecil,” jelasnya. Sampai akhirnya, Butet tak berkutik karena keluarganya sudah menyiapkan segala kebutuhan pernikahan di dalam rumah sakit.

Suasana makin terasa menyentuh hati tatkala Tongat mengucapkan ijab kabul di hadapan kakak Butet yang sudah dalam keadaan koma.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/