29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Jurnalis Manado Tewas Mengenaskan

JAKARTA-Kekerasan terhadap jurnalis kembali terjadi. Kali ini menimpa Aryono Linggotu, wartawan media cetak lokal Harian Metro Manado. Anggota Aliansi Jurnalis Independen Manado ini meninggal mengenaskan.

Aryono atau akrab disapa Ryo tewas ditikam di Jl Daan Mogot 4, Kelurahan Tikala Barun
Lingkungan II Kecamatan Tikala Manado. Korban mengalami 14 luka tusukan di sekujur tubuhnya. Korban dikenal sebagai wartawan liputan kriminal yang sering bertugas di Mapolresta Manado. Jasadnya ditemukan tergeletak bersimbah darah di samping motor Honda GL Max yang dikendarainya, Minggu (25/11/2012) sekitar pukul 05.00 WITA.

“Laporan dari Polres Manado, sudah ada pelaku yang tertangkap. Mudah-mudahan segera terungkap motif dan sebagainya. Polisi pasti serius,” ujar Kabagpenum Mabes Polri Kombes Agus Rianto kemarin. Kasus ini ditangani oleh satuan reserse mobile (resmob) Polresta Manado.

Informasi yang dihimpun, tersangka pembunuh Ryo berinisial Jim ditangkap di rumahnya, Kampung Merdeka Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Tikala, Minggu (25/11) sekitar pukul 13.30 WITA atau sekitar delapan jam setelah kejadian.

Polisi menyita barang bukti berupa sebilah pisau besi putih yang berukuran panjang 15 centimeter bersama sarung berwarna merah. Dari pemeriksaan sementara, tersangka mengaku dalam pengaruh minuman keras.

Pembunuhan ini dikecam keras oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Ketua AJI Eko Maryadi meminta polisi serius memproses pelaku. Menurutnya, pembunuhan adalah kejahatan yang melawan kemanusiaan. Polisi tidak boleh membiarkan kasus ini lewat begitu saja. “Kami mengutuk keras tindakan brutal ini,”ujarnya.

Eko menyerukan kepada seluruh anggota AJI di seluruh Indonesia, untuk waspada dengan profesi yang dijalani. Juga kepada keluarga besar AJI Manado, Maryadi menyerukan solidaritas nasional untuk profesi jurnalis yang terus menerus dalam ancaman hari-hari terakhir ini. “Menjadi jurnalis adalah salah satu profesi berbahaya yang harus dijalani dengan hati kuat, profesional dan beretika,”katanya.

Indonesia berada di urutan keempat dalam daftar negara paling berbahaya untuk jurnalis mengacu kepada riset International News Safety Institute (INSI).  Dalam riset INSI Cardiff School of Journalism, Inggris, berjudul Killing The Messenger yang dipublikasikan 24 Agustus 2012 disebutkan bahwa Indonesia berada di urutan keempat negara paling berbahaya bagi jurnalis periode Januari – Juni 2012 setelah Suriah, Nigeria, dan Brazil.

Berdasarkan laporan yang dituliskan dalam situs INSI, disebutkan setidaknya 70 jurnalis dan pekerja media tewas ketika bertugas selama Januari-Juni 2012, 15 di antaranya tewas di Suriah, negara yang kini dilanda konflik. Yang mengejutkan, di dalam laporan itu disebutkan bahwa Indonesia dimasukkan ke dalam urutan keempat karena selama 2012 ini sebanyak enam jurnalis tewas di Tanah Air saat bertugas. Keenam jurnalis yang dimaksud tewas dalam kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100, Mei lalu.

Riset INSI ini memang memasukkan faktor kecelakaan transportasi dalam variabel yang menentukan penyebab tewasnya jurnalis. Lebih lanjut dalam laporan INSI itu disebutkan bahwa mayoritas penyebab tewasnya jurnalis adalah pembunuhan, yaitu 45 persen dari 70 kasus. Sebanyak 12 wartawan tewas mengenaskan karena terkena ledakan.

Yang juga tidak kalah menarik, sebanyak 27 orang atau 38 persen pekerja media tewas akibat konflik atau perang. Sebanyak 62 persen atau 43 kasus tewasnya jurnalis terjadi karena faktor lainnya, antara lain kekerasan oleh penguasa ketika meliput persoalan korupsi, terorisme, dan sejumlah pemicu lainnya yang belum diketahui.(rdl/jpnn)

JAKARTA-Kekerasan terhadap jurnalis kembali terjadi. Kali ini menimpa Aryono Linggotu, wartawan media cetak lokal Harian Metro Manado. Anggota Aliansi Jurnalis Independen Manado ini meninggal mengenaskan.

Aryono atau akrab disapa Ryo tewas ditikam di Jl Daan Mogot 4, Kelurahan Tikala Barun
Lingkungan II Kecamatan Tikala Manado. Korban mengalami 14 luka tusukan di sekujur tubuhnya. Korban dikenal sebagai wartawan liputan kriminal yang sering bertugas di Mapolresta Manado. Jasadnya ditemukan tergeletak bersimbah darah di samping motor Honda GL Max yang dikendarainya, Minggu (25/11/2012) sekitar pukul 05.00 WITA.

“Laporan dari Polres Manado, sudah ada pelaku yang tertangkap. Mudah-mudahan segera terungkap motif dan sebagainya. Polisi pasti serius,” ujar Kabagpenum Mabes Polri Kombes Agus Rianto kemarin. Kasus ini ditangani oleh satuan reserse mobile (resmob) Polresta Manado.

Informasi yang dihimpun, tersangka pembunuh Ryo berinisial Jim ditangkap di rumahnya, Kampung Merdeka Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Tikala, Minggu (25/11) sekitar pukul 13.30 WITA atau sekitar delapan jam setelah kejadian.

Polisi menyita barang bukti berupa sebilah pisau besi putih yang berukuran panjang 15 centimeter bersama sarung berwarna merah. Dari pemeriksaan sementara, tersangka mengaku dalam pengaruh minuman keras.

Pembunuhan ini dikecam keras oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Ketua AJI Eko Maryadi meminta polisi serius memproses pelaku. Menurutnya, pembunuhan adalah kejahatan yang melawan kemanusiaan. Polisi tidak boleh membiarkan kasus ini lewat begitu saja. “Kami mengutuk keras tindakan brutal ini,”ujarnya.

Eko menyerukan kepada seluruh anggota AJI di seluruh Indonesia, untuk waspada dengan profesi yang dijalani. Juga kepada keluarga besar AJI Manado, Maryadi menyerukan solidaritas nasional untuk profesi jurnalis yang terus menerus dalam ancaman hari-hari terakhir ini. “Menjadi jurnalis adalah salah satu profesi berbahaya yang harus dijalani dengan hati kuat, profesional dan beretika,”katanya.

Indonesia berada di urutan keempat dalam daftar negara paling berbahaya untuk jurnalis mengacu kepada riset International News Safety Institute (INSI).  Dalam riset INSI Cardiff School of Journalism, Inggris, berjudul Killing The Messenger yang dipublikasikan 24 Agustus 2012 disebutkan bahwa Indonesia berada di urutan keempat negara paling berbahaya bagi jurnalis periode Januari – Juni 2012 setelah Suriah, Nigeria, dan Brazil.

Berdasarkan laporan yang dituliskan dalam situs INSI, disebutkan setidaknya 70 jurnalis dan pekerja media tewas ketika bertugas selama Januari-Juni 2012, 15 di antaranya tewas di Suriah, negara yang kini dilanda konflik. Yang mengejutkan, di dalam laporan itu disebutkan bahwa Indonesia dimasukkan ke dalam urutan keempat karena selama 2012 ini sebanyak enam jurnalis tewas di Tanah Air saat bertugas. Keenam jurnalis yang dimaksud tewas dalam kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100, Mei lalu.

Riset INSI ini memang memasukkan faktor kecelakaan transportasi dalam variabel yang menentukan penyebab tewasnya jurnalis. Lebih lanjut dalam laporan INSI itu disebutkan bahwa mayoritas penyebab tewasnya jurnalis adalah pembunuhan, yaitu 45 persen dari 70 kasus. Sebanyak 12 wartawan tewas mengenaskan karena terkena ledakan.

Yang juga tidak kalah menarik, sebanyak 27 orang atau 38 persen pekerja media tewas akibat konflik atau perang. Sebanyak 62 persen atau 43 kasus tewasnya jurnalis terjadi karena faktor lainnya, antara lain kekerasan oleh penguasa ketika meliput persoalan korupsi, terorisme, dan sejumlah pemicu lainnya yang belum diketahui.(rdl/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/