25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Pasien Jantung Telantar

RONALD SIAGIAN / BANTEN POS/JPNN Ratusan Dokter yang tergabung dalam IDI, IBI dan IIDI Kota Serang dan Kota Cilegon melakukan aksi solidaritas pernyataan sikap penolakan kriminalisasi dokter yang dilangsungkan di Simpang Tiga, Kota Cilegon, Rabu (27/11). Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan dukungan moril atas kasus yang menimpa 3 rekan sejawat mereka, Dr. Dewa Ayu Sasiari, Dr. H Siagian dan H. Simanjuntak dan mendukung upaya peninjauan Kembali perkara hukum kepada Mahkamah Agung RI atas vonis yang telah dijatuhkan. Selain orasi yang dilakukan secara bergantian, para dokter juga melakukan aksi teaterikal kronologis tuduhan malpraktek dan menyuarakan mogok kerja.
RONALD SIAGIAN / BANTEN POS/JPNN
Ratusan Dokter yang tergabung dalam IDI, IBI dan IIDI Kota Serang dan Kota Cilegon melakukan aksi solidaritas pernyataan sikap penolakan kriminalisasi dokter yang dilangsungkan di Simpang Tiga, Kota Cilegon, Rabu (27/11). Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan dukungan moril atas kasus yang menimpa 3 rekan sejawat mereka, Dr. Dewa Ayu Sasiari, Dr. H Siagian dan H. Simanjuntak dan mendukung upaya peninjauan Kembali perkara hukum kepada Mahkamah Agung RI atas vonis yang telah dijatuhkan. Selain orasi yang dilakukan secara bergantian, para dokter juga melakukan aksi teaterikal kronologis tuduhan malpraktek dan menyuarakan mogok kerja.

SUMUTPOS.CO – Khairuddin menghela napas. Perjalanan jauh dari Lubukpakkam ke Rumah Sakit dr Pirngadi Medan tak membuahkan hasil apa-apa. Dokter di rumah sakit pemerintah itu tak bertugas. Para dokter sedang mogok sebagai solidaritas terhadap kolega mereka yang tersangkut hukum.

Padahal, Khairuddin harus kontrol penyakit jantung yang dideritanya. “Saya datang jauh-jauh dari Lubukpakam untuk kontrol penyakit jantung. Sesudah masuk, dokternya bilang ‘maaf ya Pak hari ini kami tidak memberi pelayanan’,” ujar Khairuddin, kemarin di RS dr Pirngadi.

PNS Pemprov Sumut ini pun seakan tak percaya. Ia kecewa dengan sikap para dokter yang atas nama solidaritas terhadap rekan kerja malah menelantarkan pasien. “Kejadiannya kan di Manado, biarlah diselesaikan. Tapi jangan merugikan orang lain, apalagi kami dijamin asuransi kesehatan. Protes boleh saja, tapi menurut saya ini kan sudah melanggar sumpah dokter. Kami merasa ditelantarkan di sini,” katanya.

Khairuddin tidak sendirian. Saidah (61) yang membawa suaminya ke salah satu Poli di rumah sakit milik Pemko Medan itu mengaku sangat kecewa. “Suami saya kemari mau minta obat, tapi ‘gak ada dokternya. Katanya disuruh ke IGD tapi mereka ‘gak bisa keluarkan obat karena pasien rawat jalan, disuruh lagi ke poli, tapi ‘gak ada pelayanan. Dibola-bola kami ini,” ujarnya sesal.

Begitupun saat Sumut Pos melihat situasi di TPP unit rawat jalan di RSUP Haji Adam Malik banyak pasien yang pulang dengan kecewa. Di antaranya Tarigan (33), pasien THT ini mengaku sudah menunggu hingga 3 jam karena pegawai RS tersebut menyuruhnya untuk menunggu. Namun karena terlalu lama, akhirnya ia pulang.

“Tadi pegawai itu bilang tunggu aja, mana tahu dokternya mau melayani. Tapi sampai sudah siang belum juga ada kepastian, makanya saya pulang,” katanya.

Tak hanya di rumah sakit plat merah, di rumah sakit swasta seperti Permata Bunda kejadian serupa dapat dijumpai. “Saya sudah 5 hari di sini, ibu saya sakit gagal ginjal. Biasanya kalau pagi sudah nampak banyak dokter lalu lalang, tapi hari ini tidak. Kalau ibu saya yang ngurus dari pagi tadi perawatnya aja,” ujar warga Rantauparapat yang tak mau disebutkan namanya.

Menanggapi itu, Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD dr Pirngadi Medan, Kartini Skep NS MKes mengatakan pasien emergency atau yang urgent akan dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). “Memang dokter saat ini tengah mogok kerja, tapi yang datang kalau urgen kita bawa ke IGD dan obatnya bisa diresepkan di tempat tersebut,” katanya.

Sementara Direktur RSUD dr Pirngadi, dr Amran SpJP (K) mengatakan, aksi yang dilakukan dokter itu dalam konteks solidaritas sebagai wujud simpatik kepada sejawat. “Namun untuk kasus emergency dan tempat pendaftaran tetap dilayani. Pelayanan di IGD dan bedah juga tetap berjalan seperti biasanya,” katanya.

Ditambahkan Kabag Hukum dan Humas RSUD dr Pirngadi, Edison mengatakan, manajemen RSU Pirngadi tidak bisa berbuat banyak meski seluruh dokter itu adalah PNS. Ditambahnya, ada sekitar 35 polikilinik di RS Pirngadi dimana sekitar 25 poli spesialis dan 10 poli sub spesialis. “Namanya juga aksi solidaritas, kalau rata-rata per harinya pasien di sini mencapai 800 sampai 900,” ujarnya.

Siap Mogok Lagi

Kemarin, para dokter memang melakukan aksi mogok serempak. Ratusan dokter berkumpul di RS Adam Malik Medan. Aksi solidaritas ini dilaksanakan sekitar pukul 10.00 hingga sekitar pukul 12.00 WIB, beberapa dokter spesialis anak, bedah, penyakit dalam dan beberapa dokter spesialis lainnya di RS Adam Malik memberikan orasinya.

Bahkan mereka sepakat, jika keputusan MA tanggal 2 Desember belum memberi kejelasan untuk membebaskan dr Dewi Ayu Sasiary Prawani SpOG dan rekannya, Hendry dr Simanjuntak SpOG dan dr Hendy Siagian, maka mereka akan melakukan aksi yang lebih besar.

 

“Saat dokter tewas dalam melaksanakan pengorbanannya merawat pasien di Aceh saat kasus GAM, tidak ada LSM yang turut berduka. Saat dokter berhasil memisahkan kembar siam yang dempet di kepala tidak ada yang mengatakan kegembiraannya. Kalau tidak berhasil, bertubih-tubih dokter dihujat. Dokter bukan tuhan, tidak ada dokter yang mau membunuh pasiennya,” ujar Prof dr Abdul Gofar dalam orasinya.

Menambahkan hal ini, Dr Erjan Fikri SpB SpBA mengajak seluruh Dokter untuk konsisten dalam aksi. “Dokter Sutomo, Dokter Wahidin Sudirohusodo, Dokter Cipto Mangunkusumo berjuang sampai merdeka meskipun dipenjara. Maka kita juga harus berjuang sampai merdeka, jangan satu hari ini saja karena itu hanya akan jadi bahan ejekan, disangka cuma gertak. Mari kita teruskan, kalau tidak ada kejelasan, kita buat cuti bersama, lanjutkan,” ujar Erjan disambut ratusan massa yang memakai pita hitam di lengan kanan ini.Sementara itu, Direktur Medik dan Keperawatan RSU Adam Malik dr Mardiyanto SpPD-KEMD mengatakan pihaknya tetap memberikan pelayanan pada pasien emergency (gawat darurat), pasien bedah dan pasien yang sudah dijadwalkan. “Dokter tetap ada untuk memberi pelayanan. Sampai saat ini, belum ada laporan ada keributan atau masalah lainnya ke HP saya,” katanya.

Pantauan Sumut Pos di beberapa RS negeri dan swasta di Medan, banyak dokter spesialis yang tidak masuk kerja. Dokter yang masuk hanya dokter di emergency, bedah, dan dokter jaga. Di antaranya di RS Permata Bunda, Klinik Bunda, RS Elisabeth, RS Sari Mutiara, RS Haji, RS dr Pirngadi, dan RS H Adam Malik. Aktivitas di seluruh rumah sakit tersebut tampak lengang dan diduga hal ini terjadi di seluruh RS di 198 rumah sakit pemerintah dan swasta di Sumut.

Tidak di Medan saja, puluhan dokter di Kota Tebingtinggi melakukan mogok praktik dari pukul 07.00 hingga 24.00 WIB. Mogok itu dilaksanakan menyahuti instruksi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Tebingtinggi yang mendukung IDI Pusat, sebagai dukungan atas penangkapan dr Ayu Sp OG Cs di Manado, Sulawesi Utara.

“Semua dokter di Tebingtinggi ini mogok. Salah satunya karena ada surat edaran dari IDI Kota Tebingtinggi,”ujar dr Irvan Dalimunthe, dokter yang berpraktik di Jalan Ahmad Yani Kota Tebingtinggi.

Ngadiman (60) warga Jalan Cemara Kota Tebingtinggi yang rencananya memeriksakan penyakit dalamnya terpaksa harus pulang dari tempat pratik di Jalan KF Tandean karena dokter spesialis tidak membuka prateknya. “Besok saja saya memeriksakan penyakit ini, sekarang tidak ada dokter yang buka pratik,”keluhnya.

Hal yang sama terjadi di Kota Pematangsiantar. Masyarakat yang berobat ke RS dr Djasamen Saragih mengeluh karena sejumlah dokter di Poliklinik tidak masuk kerja. Akhirnya mereka yang sudah jauh-jauh datang terpaksa pulang. Seperti penuturan pasien br Purba yang datang dari Kecamatan Ray, Kabupaten Simalungun. “Saya datang ke sini untuk periksa dan ambil obat, tapi katanya dokternya tidak masuk karena mogok. Saya kan tidak nonton TV sehingga tidak tahu, padahal saya sudah datang jauh-jauh,” ujarnya.

Demikian juga yang disampaikan oleh pasien lainnya br Panggabean warga Jalan DI Panjaitan mengaku sudah datang ke RS sejak pukul 08.00 WIB tapi hingga pukul 11.00 WIB dokter tak kunjung datang. “Saya sakit pinggang dan seminggu saya sudah datang ke sini, tapi saya kecewa kalau dokternya hari ini tidak kerja,” terangnya.

Taklama berselang, sejumlah sejumlah rombongan dokter yang dipimpin pengurus IDI Siantar Simalungun datang ke RSU Djasamen Saragih dengan membawa sebuah kotak berisi pita hitam. Mereka datang memasuki ruangan-ruangan dan menyematkan pita hitam tersebut ke lengan kanan para petugas medis.

Masyarakat yang ada di sanapun bingung apa yang dilakukan oleh para dokter tersebut, sementara satu sisi mereka menunggu-nunggu dokter untuk memeriksa mereka. Melihat aksi solidaritas yang dilakukan oleh para dokter, Patar Sihotang yang datang membawa istrinya untuk berobat ke RS tersebut mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh dokter telah melukai hati rakyat. Sebab para pasien mereka abaikan dan memilih untuk tidak kerja. “Itu kan urusan hukum, kita tidak melarang mereka mau prihatin atau bagaiamana, tapi mereka harus tetap melaksanakan tugas dan kewajiban mereka dan tidak menelantarkan warga yang mau berobat,” tegasnya. (put/mag-5/ian/pra/smg)

RONALD SIAGIAN / BANTEN POS/JPNN Ratusan Dokter yang tergabung dalam IDI, IBI dan IIDI Kota Serang dan Kota Cilegon melakukan aksi solidaritas pernyataan sikap penolakan kriminalisasi dokter yang dilangsungkan di Simpang Tiga, Kota Cilegon, Rabu (27/11). Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan dukungan moril atas kasus yang menimpa 3 rekan sejawat mereka, Dr. Dewa Ayu Sasiari, Dr. H Siagian dan H. Simanjuntak dan mendukung upaya peninjauan Kembali perkara hukum kepada Mahkamah Agung RI atas vonis yang telah dijatuhkan. Selain orasi yang dilakukan secara bergantian, para dokter juga melakukan aksi teaterikal kronologis tuduhan malpraktek dan menyuarakan mogok kerja.
RONALD SIAGIAN / BANTEN POS/JPNN
Ratusan Dokter yang tergabung dalam IDI, IBI dan IIDI Kota Serang dan Kota Cilegon melakukan aksi solidaritas pernyataan sikap penolakan kriminalisasi dokter yang dilangsungkan di Simpang Tiga, Kota Cilegon, Rabu (27/11). Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan dukungan moril atas kasus yang menimpa 3 rekan sejawat mereka, Dr. Dewa Ayu Sasiari, Dr. H Siagian dan H. Simanjuntak dan mendukung upaya peninjauan Kembali perkara hukum kepada Mahkamah Agung RI atas vonis yang telah dijatuhkan. Selain orasi yang dilakukan secara bergantian, para dokter juga melakukan aksi teaterikal kronologis tuduhan malpraktek dan menyuarakan mogok kerja.

SUMUTPOS.CO – Khairuddin menghela napas. Perjalanan jauh dari Lubukpakkam ke Rumah Sakit dr Pirngadi Medan tak membuahkan hasil apa-apa. Dokter di rumah sakit pemerintah itu tak bertugas. Para dokter sedang mogok sebagai solidaritas terhadap kolega mereka yang tersangkut hukum.

Padahal, Khairuddin harus kontrol penyakit jantung yang dideritanya. “Saya datang jauh-jauh dari Lubukpakam untuk kontrol penyakit jantung. Sesudah masuk, dokternya bilang ‘maaf ya Pak hari ini kami tidak memberi pelayanan’,” ujar Khairuddin, kemarin di RS dr Pirngadi.

PNS Pemprov Sumut ini pun seakan tak percaya. Ia kecewa dengan sikap para dokter yang atas nama solidaritas terhadap rekan kerja malah menelantarkan pasien. “Kejadiannya kan di Manado, biarlah diselesaikan. Tapi jangan merugikan orang lain, apalagi kami dijamin asuransi kesehatan. Protes boleh saja, tapi menurut saya ini kan sudah melanggar sumpah dokter. Kami merasa ditelantarkan di sini,” katanya.

Khairuddin tidak sendirian. Saidah (61) yang membawa suaminya ke salah satu Poli di rumah sakit milik Pemko Medan itu mengaku sangat kecewa. “Suami saya kemari mau minta obat, tapi ‘gak ada dokternya. Katanya disuruh ke IGD tapi mereka ‘gak bisa keluarkan obat karena pasien rawat jalan, disuruh lagi ke poli, tapi ‘gak ada pelayanan. Dibola-bola kami ini,” ujarnya sesal.

Begitupun saat Sumut Pos melihat situasi di TPP unit rawat jalan di RSUP Haji Adam Malik banyak pasien yang pulang dengan kecewa. Di antaranya Tarigan (33), pasien THT ini mengaku sudah menunggu hingga 3 jam karena pegawai RS tersebut menyuruhnya untuk menunggu. Namun karena terlalu lama, akhirnya ia pulang.

“Tadi pegawai itu bilang tunggu aja, mana tahu dokternya mau melayani. Tapi sampai sudah siang belum juga ada kepastian, makanya saya pulang,” katanya.

Tak hanya di rumah sakit plat merah, di rumah sakit swasta seperti Permata Bunda kejadian serupa dapat dijumpai. “Saya sudah 5 hari di sini, ibu saya sakit gagal ginjal. Biasanya kalau pagi sudah nampak banyak dokter lalu lalang, tapi hari ini tidak. Kalau ibu saya yang ngurus dari pagi tadi perawatnya aja,” ujar warga Rantauparapat yang tak mau disebutkan namanya.

Menanggapi itu, Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD dr Pirngadi Medan, Kartini Skep NS MKes mengatakan pasien emergency atau yang urgent akan dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). “Memang dokter saat ini tengah mogok kerja, tapi yang datang kalau urgen kita bawa ke IGD dan obatnya bisa diresepkan di tempat tersebut,” katanya.

Sementara Direktur RSUD dr Pirngadi, dr Amran SpJP (K) mengatakan, aksi yang dilakukan dokter itu dalam konteks solidaritas sebagai wujud simpatik kepada sejawat. “Namun untuk kasus emergency dan tempat pendaftaran tetap dilayani. Pelayanan di IGD dan bedah juga tetap berjalan seperti biasanya,” katanya.

Ditambahkan Kabag Hukum dan Humas RSUD dr Pirngadi, Edison mengatakan, manajemen RSU Pirngadi tidak bisa berbuat banyak meski seluruh dokter itu adalah PNS. Ditambahnya, ada sekitar 35 polikilinik di RS Pirngadi dimana sekitar 25 poli spesialis dan 10 poli sub spesialis. “Namanya juga aksi solidaritas, kalau rata-rata per harinya pasien di sini mencapai 800 sampai 900,” ujarnya.

Siap Mogok Lagi

Kemarin, para dokter memang melakukan aksi mogok serempak. Ratusan dokter berkumpul di RS Adam Malik Medan. Aksi solidaritas ini dilaksanakan sekitar pukul 10.00 hingga sekitar pukul 12.00 WIB, beberapa dokter spesialis anak, bedah, penyakit dalam dan beberapa dokter spesialis lainnya di RS Adam Malik memberikan orasinya.

Bahkan mereka sepakat, jika keputusan MA tanggal 2 Desember belum memberi kejelasan untuk membebaskan dr Dewi Ayu Sasiary Prawani SpOG dan rekannya, Hendry dr Simanjuntak SpOG dan dr Hendy Siagian, maka mereka akan melakukan aksi yang lebih besar.

 

“Saat dokter tewas dalam melaksanakan pengorbanannya merawat pasien di Aceh saat kasus GAM, tidak ada LSM yang turut berduka. Saat dokter berhasil memisahkan kembar siam yang dempet di kepala tidak ada yang mengatakan kegembiraannya. Kalau tidak berhasil, bertubih-tubih dokter dihujat. Dokter bukan tuhan, tidak ada dokter yang mau membunuh pasiennya,” ujar Prof dr Abdul Gofar dalam orasinya.

Menambahkan hal ini, Dr Erjan Fikri SpB SpBA mengajak seluruh Dokter untuk konsisten dalam aksi. “Dokter Sutomo, Dokter Wahidin Sudirohusodo, Dokter Cipto Mangunkusumo berjuang sampai merdeka meskipun dipenjara. Maka kita juga harus berjuang sampai merdeka, jangan satu hari ini saja karena itu hanya akan jadi bahan ejekan, disangka cuma gertak. Mari kita teruskan, kalau tidak ada kejelasan, kita buat cuti bersama, lanjutkan,” ujar Erjan disambut ratusan massa yang memakai pita hitam di lengan kanan ini.Sementara itu, Direktur Medik dan Keperawatan RSU Adam Malik dr Mardiyanto SpPD-KEMD mengatakan pihaknya tetap memberikan pelayanan pada pasien emergency (gawat darurat), pasien bedah dan pasien yang sudah dijadwalkan. “Dokter tetap ada untuk memberi pelayanan. Sampai saat ini, belum ada laporan ada keributan atau masalah lainnya ke HP saya,” katanya.

Pantauan Sumut Pos di beberapa RS negeri dan swasta di Medan, banyak dokter spesialis yang tidak masuk kerja. Dokter yang masuk hanya dokter di emergency, bedah, dan dokter jaga. Di antaranya di RS Permata Bunda, Klinik Bunda, RS Elisabeth, RS Sari Mutiara, RS Haji, RS dr Pirngadi, dan RS H Adam Malik. Aktivitas di seluruh rumah sakit tersebut tampak lengang dan diduga hal ini terjadi di seluruh RS di 198 rumah sakit pemerintah dan swasta di Sumut.

Tidak di Medan saja, puluhan dokter di Kota Tebingtinggi melakukan mogok praktik dari pukul 07.00 hingga 24.00 WIB. Mogok itu dilaksanakan menyahuti instruksi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Tebingtinggi yang mendukung IDI Pusat, sebagai dukungan atas penangkapan dr Ayu Sp OG Cs di Manado, Sulawesi Utara.

“Semua dokter di Tebingtinggi ini mogok. Salah satunya karena ada surat edaran dari IDI Kota Tebingtinggi,”ujar dr Irvan Dalimunthe, dokter yang berpraktik di Jalan Ahmad Yani Kota Tebingtinggi.

Ngadiman (60) warga Jalan Cemara Kota Tebingtinggi yang rencananya memeriksakan penyakit dalamnya terpaksa harus pulang dari tempat pratik di Jalan KF Tandean karena dokter spesialis tidak membuka prateknya. “Besok saja saya memeriksakan penyakit ini, sekarang tidak ada dokter yang buka pratik,”keluhnya.

Hal yang sama terjadi di Kota Pematangsiantar. Masyarakat yang berobat ke RS dr Djasamen Saragih mengeluh karena sejumlah dokter di Poliklinik tidak masuk kerja. Akhirnya mereka yang sudah jauh-jauh datang terpaksa pulang. Seperti penuturan pasien br Purba yang datang dari Kecamatan Ray, Kabupaten Simalungun. “Saya datang ke sini untuk periksa dan ambil obat, tapi katanya dokternya tidak masuk karena mogok. Saya kan tidak nonton TV sehingga tidak tahu, padahal saya sudah datang jauh-jauh,” ujarnya.

Demikian juga yang disampaikan oleh pasien lainnya br Panggabean warga Jalan DI Panjaitan mengaku sudah datang ke RS sejak pukul 08.00 WIB tapi hingga pukul 11.00 WIB dokter tak kunjung datang. “Saya sakit pinggang dan seminggu saya sudah datang ke sini, tapi saya kecewa kalau dokternya hari ini tidak kerja,” terangnya.

Taklama berselang, sejumlah sejumlah rombongan dokter yang dipimpin pengurus IDI Siantar Simalungun datang ke RSU Djasamen Saragih dengan membawa sebuah kotak berisi pita hitam. Mereka datang memasuki ruangan-ruangan dan menyematkan pita hitam tersebut ke lengan kanan para petugas medis.

Masyarakat yang ada di sanapun bingung apa yang dilakukan oleh para dokter tersebut, sementara satu sisi mereka menunggu-nunggu dokter untuk memeriksa mereka. Melihat aksi solidaritas yang dilakukan oleh para dokter, Patar Sihotang yang datang membawa istrinya untuk berobat ke RS tersebut mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh dokter telah melukai hati rakyat. Sebab para pasien mereka abaikan dan memilih untuk tidak kerja. “Itu kan urusan hukum, kita tidak melarang mereka mau prihatin atau bagaiamana, tapi mereka harus tetap melaksanakan tugas dan kewajiban mereka dan tidak menelantarkan warga yang mau berobat,” tegasnya. (put/mag-5/ian/pra/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/