25 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

Militan Abu Sayyaf Sandera ABK WNI, Minta Tebusan Rp14,4 Miliar

Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim Laksma TNI I Nyoman Gede Ariawan mengatakan mendapat perintah untuk mengoordinasi kekuatan laut. ”Dalam operasi penyelamatan sandera disiagakan 5 KRI, 1 helikopter, 2 pesawat fixed wing, dan sea rider. Saat ini Pasukan Katak sedang menuju Tarakan untuk merapat di Pangkalan Aju,” ungkapnya kepada Radar Tarakan (grup Sumut Pos) kemarin.

Ariawan mengungkapkan, operasi penyelamatan sandera merupakan operasi gabungan TNI-AL, TNI-AD, dan TNI-AU. ”Semua unsur TNI terlibat dalam operasi penyelamatan sandera. Khusus untuk TNI-AL sudah ada pasukan khusus yang menggunakan sea rider dalam operasi penyelamatan nantinya,” jelas dia.

Soal skenario penyelamatan sandera, Ariawan belum bisa memberitahukan ke media bagaimana prosesnya. Sebab, masih dilakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam operasi penyelamatan. ”Saya sudah mempunyai pengalaman upaya pembebasan MV Sinar Kudus. Ini bisa menjadi pengalaman dalam operasi penyelamatan sandera kali ini. Untuk target dan kapan dimulai operasi penyelamatan, saya belum bisa beri tahukan karena masih perlu koordinasi,” terangnya.

Komandan Lantamal XIII Tarakan Laksamana Pertama TNI Wahyudi H Dwiyono mengatakan, Dermaga Lantamal XIII Tarakan ditetapkan sebagai pangkalan aju karena posisinya sangat strategis. Yaitu hanya 180 nautical mile dari rencana operasi penyelamatan sandera.

”Kekuatan unsur TNI akan bergeser ke Tarakan. Nanti ada sekitar 159 pasukan TNI-AL, TNI-AD, dan TNI-AU yang berdatangan ke sini karena Tarakan merupakan pusat Pangkalan Aju,” ucapnya.

Saat ini Lantamal XIII Tarakan sudah menyiapkan semua kebutuhan logistik unsur TNI yang terlibat dalam operasi penyelamatan. ”Lantamal XIII Tarakan sudah siap menjadi pangkalan aju. Saat ini akomodasi sudah kami persiapkan, mulai bahan makanan, bahan bakar, hingga kebutuhan lainnya, selama menjalankan operasi penyelamatan,” lanjutnya.

Kepala Penerangan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Letkol Inf Joko Tri Hadimantoyo menyampaikan hal yang sama. Anggota Kopassus siap siaga. ”Setiap waktu diminta, siap. Itu kan kewenangan pemerintah. Kalau Danjen kita disuruh siap,” ujarnya saat dihubungi. Untuk peristiwa khusus, lanjut dia, di samping Kopassus, satuan lainnya adalah Paskhas dan Denjaka.

Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Kolonel Edi Sucipto menambahkan, ada atau tidak ada penyanderaan, KRI TNI-AL sudah bersiaga di berbagai lokasi di sekitar perairan utara Indonesia. ”Kami selalu siap kalau ada perintah,” terangnya saat dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos).

Senada, Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Ketut Untung Yoga menuturkan, saat ini pihaknya berkoordinasi untuk mengetahui lokasi kapal yang disandera. Pemerintah Indonesia tentu akan berupaya keras menemukannya.

’’Yang pasti, harus melindungi WNI,’’ terangnya.

Secara teknis, TNI dan Polri juga terlibat di lapangan. Upaya itu tentu didukung informasi intelijen. ’’Saat ini semua masih dalam proses,’’ terang jenderal berbintang dua tersebut.

Soal lokasi pencarian, hingga saat ini belum ada kepastian. Yang jelas, kapal itu disandarkan di pulau di Filipina. ’’Kan semua masih proses,’’ ujar mantan Kasespimti Lemdikpol Polri tersebut.

Untung menuturkan, sebenarnya saat ini semua masih cukup rancu. Misalnya, soal apakah ada kru yang dilepaskan dari kapal Brahma 12, mengingat kapal tersebut sudah berada di tangan pemerintah Filipina. ’’Ya, semua ini masih dalam klarifikasi, belum pasti,’’ ujarnya.

Apakah memungkinkan dilakukan operasi pembebasan? Dia menyatakan, terkait dengan rencana tindakan, semua yang terjadi di perbatasan itu pasti ditangani TNI. ’’Kekuatan TNI yang di sana pasti disiapkan, dikoordinasikan,’’ terangnya.

Di bagian lain, Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan mengungkapkan, Polri telah berkomunikasi dengan Interpol untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya. ’’Kan ada jalur diplomatik,’’ jelasnya.

Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim Laksma TNI I Nyoman Gede Ariawan mengatakan mendapat perintah untuk mengoordinasi kekuatan laut. ”Dalam operasi penyelamatan sandera disiagakan 5 KRI, 1 helikopter, 2 pesawat fixed wing, dan sea rider. Saat ini Pasukan Katak sedang menuju Tarakan untuk merapat di Pangkalan Aju,” ungkapnya kepada Radar Tarakan (grup Sumut Pos) kemarin.

Ariawan mengungkapkan, operasi penyelamatan sandera merupakan operasi gabungan TNI-AL, TNI-AD, dan TNI-AU. ”Semua unsur TNI terlibat dalam operasi penyelamatan sandera. Khusus untuk TNI-AL sudah ada pasukan khusus yang menggunakan sea rider dalam operasi penyelamatan nantinya,” jelas dia.

Soal skenario penyelamatan sandera, Ariawan belum bisa memberitahukan ke media bagaimana prosesnya. Sebab, masih dilakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam operasi penyelamatan. ”Saya sudah mempunyai pengalaman upaya pembebasan MV Sinar Kudus. Ini bisa menjadi pengalaman dalam operasi penyelamatan sandera kali ini. Untuk target dan kapan dimulai operasi penyelamatan, saya belum bisa beri tahukan karena masih perlu koordinasi,” terangnya.

Komandan Lantamal XIII Tarakan Laksamana Pertama TNI Wahyudi H Dwiyono mengatakan, Dermaga Lantamal XIII Tarakan ditetapkan sebagai pangkalan aju karena posisinya sangat strategis. Yaitu hanya 180 nautical mile dari rencana operasi penyelamatan sandera.

”Kekuatan unsur TNI akan bergeser ke Tarakan. Nanti ada sekitar 159 pasukan TNI-AL, TNI-AD, dan TNI-AU yang berdatangan ke sini karena Tarakan merupakan pusat Pangkalan Aju,” ucapnya.

Saat ini Lantamal XIII Tarakan sudah menyiapkan semua kebutuhan logistik unsur TNI yang terlibat dalam operasi penyelamatan. ”Lantamal XIII Tarakan sudah siap menjadi pangkalan aju. Saat ini akomodasi sudah kami persiapkan, mulai bahan makanan, bahan bakar, hingga kebutuhan lainnya, selama menjalankan operasi penyelamatan,” lanjutnya.

Kepala Penerangan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Letkol Inf Joko Tri Hadimantoyo menyampaikan hal yang sama. Anggota Kopassus siap siaga. ”Setiap waktu diminta, siap. Itu kan kewenangan pemerintah. Kalau Danjen kita disuruh siap,” ujarnya saat dihubungi. Untuk peristiwa khusus, lanjut dia, di samping Kopassus, satuan lainnya adalah Paskhas dan Denjaka.

Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Kolonel Edi Sucipto menambahkan, ada atau tidak ada penyanderaan, KRI TNI-AL sudah bersiaga di berbagai lokasi di sekitar perairan utara Indonesia. ”Kami selalu siap kalau ada perintah,” terangnya saat dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos).

Senada, Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Ketut Untung Yoga menuturkan, saat ini pihaknya berkoordinasi untuk mengetahui lokasi kapal yang disandera. Pemerintah Indonesia tentu akan berupaya keras menemukannya.

’’Yang pasti, harus melindungi WNI,’’ terangnya.

Secara teknis, TNI dan Polri juga terlibat di lapangan. Upaya itu tentu didukung informasi intelijen. ’’Saat ini semua masih dalam proses,’’ terang jenderal berbintang dua tersebut.

Soal lokasi pencarian, hingga saat ini belum ada kepastian. Yang jelas, kapal itu disandarkan di pulau di Filipina. ’’Kan semua masih proses,’’ ujar mantan Kasespimti Lemdikpol Polri tersebut.

Untung menuturkan, sebenarnya saat ini semua masih cukup rancu. Misalnya, soal apakah ada kru yang dilepaskan dari kapal Brahma 12, mengingat kapal tersebut sudah berada di tangan pemerintah Filipina. ’’Ya, semua ini masih dalam klarifikasi, belum pasti,’’ ujarnya.

Apakah memungkinkan dilakukan operasi pembebasan? Dia menyatakan, terkait dengan rencana tindakan, semua yang terjadi di perbatasan itu pasti ditangani TNI. ’’Kekuatan TNI yang di sana pasti disiapkan, dikoordinasikan,’’ terangnya.

Di bagian lain, Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan mengungkapkan, Polri telah berkomunikasi dengan Interpol untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya. ’’Kan ada jalur diplomatik,’’ jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/