26 C
Medan
Tuesday, December 30, 2025
Home Blog Page 13942

Tab Murah di Telkomsel Gadget Fair

MEDAN- Gadget berupa alat komunikasi yang memiliki sistem operasional Android sedang digandrungi masyarakat Medan saat ini. Salah satunya jenis Tab. Hanya saja harga gadget yang dijual saat ini masih selangit, sehingga kalangan tertentu saja yang bisa memilikinya.

Telkomsel yang tahu kebutuhan masyarakat terhadap teknologi itu hadir dengan memberi solusi masalah harga. Selain menawarkan gadget dengan harga menarik,  Telkomsel memberikan gratis pemakaian selama 3 bulan.

“Melalui pameran teknologi dari Telkomsel ini, kita menawarkan kartu Flash gratis pemakaian selama 3 bulan, hanya dengan mengisi ulang sebesar Rp50 ribu, secara otomatis akan mendapatkan gratisan,” ujar Manager Branch Telkomsel Medan, Heribertus Ariyanto.

Tab dengan brand SpeedUp ini menawarkan harga yang sangat kompetitif, apalagi saat pameran Telkomsel ini, dari harga normal Rp2,599,000 dan dalam pameran ini menjadi Rp2.499.000.

Selain itu, tawaran yang menarik lainnya berupa fasilitas yang diberikan oleh Telkomsel. “Bandling kartu Flash, jadi lebih memudahkan masyarakat untuk memilikinya,” tambah Heribertus.

Kelebihan dari Tab SpeedUp ini ada pada pengoperasionalnya yang menggunakan layar sentuh. Selain itu dapat digunakan untuk menelepon dan menggunakan kamera depan belakang. Untuk membuka internet juga lebih mudah dan cepat. “Bahkan, kecepatan untuk akses data juga cukup lumayan, 7,2 Mbps untuk download, dan 5,76 Mbps untuk Upload,” ujar Sales Promotion Girl dari SpeedUp, Liza.

Tab ini juga dilengkapi dengan bluetooth, GPS, memori card, WiFi, dan lainnya. Bahkan baterai bisa bertahan selama 5 hari bila Tab dalam keadaan standby.

Dilengkapi dengan sistem operasional Android, Tab ini memiliki beribu aplikasi yang siap untuk di download oleh siapa saja. Dengan penawaran spesial dari Telkomsel, mendowload juga akan lebih mudah dan murah. “Gratis selama 3 bulan unlimited, bebas mendowload dan apa saja,” tambah Liza.
Dalam Telkomsel Gadget Fair ini, bukan hanya Tab SpeedUp yang mendapat gratis internet unlimited selama 3 bulan. Berbagai gadget lain, seperti Iphone, Ipad, BlackBerry, dan modem juga mendapatkan fasilitas yang sama bila membeli produk teknologi ini selama masa pameran.

“Pameran kita selenggarakan selama 3 hari, mulai dari 9 hingga 11 Februari 2011, di lobi Selecta Jalan Listrik Medan, mulai pukul 9 pagi,” ujar Heribertus.
Nah, untuk Sabtu ini (11/2) dalam pameran memberikan kemudahan bagi pelanggan Telkomsel yang ingin menukarkan poin nya.

Mulai dari 1000 poin hingga selanjutnya. Berbagai souvenir menarik juga telah disediakan, untuk penukaran poin atau saat membeli gadget dalam pameran ini. “Penukaran poin kita mulai sejak pagi hingga sore hari,” pungkas Heribertus. (*/ram)

Nadal Jadi Bahan Olok-olok

MALLORCA – Petenis Spanyol, Rafael Nadal, mengaku sedih karena televisi Prancis, Canal+ menampilkan dirinya sebagai bahan lelucon. Tak hanya itu, tayangan itu juga ditanggapi serius oleh federasi tenis Spanyol, RFET, yang berencana menggugat stasiun televisi tersebut.

Stasiun televisi Canal+ menampilkan sketsa dalam tayangan mereka, “Les Guignols” yang artinya dalam bahasa Inggris adalah “The Puppets.” Tayangan itu menunjukkan kisah kehidupan tokoh yang mirip sekali dengan Nadal, yang mengisi bahan bakar mobilnya dari alat kelaminnya sendiri dan dicegat oleh polisi lalu lintas karena mobil yang dikemudikannya melewati batas kecepatan.

Hal yang menyinggung RFET adalah muncul di layar sebuah kalimat,”Atlet Spanyol. Mereka tidak menang karena berusaha.” Tak hanya itu, kalimat itu dikelilingi dengan logo RFET dan beberapa federasi olahraga Spanyol lainnya, termasuk dari sepakbola dan balap sepeda.

“Ini jenis humor yang sebenarnya biasa bila ditayangkan satu hari saja, tetapi bila ini diulang-ulang terus maka itu tidak benar dan saya kira itu melebihi batas. Saya tidak berpikir itu hanya dari satu media, itu kampanye umum dari negara tetangga,” ujar Nadal, dilansir dari Eurosport, Kamis, (10/2).

“Rasanya sedih melihat kampanye seperti itu, terhadap sesuatu yang telah menghabiskan banyak hal untuk meraih juara. Tidak ada pertanyaan tentang pil atau jarum suntik, atau apapun seperti itu yang bisa saya pastikan ke anda,” imbuhnya.

Pihak RFET mengatakan berniat menguggat stasiun televisi tersebut karena menyerang Nadal, dan juga menampilkan logo federasi tanpa permisi. Tak hanya Nadal yang jadi korban, karena pembalap sepeda Alberto Contador juga dibuatkan hal serupa, sedang menggunakan obat terlarang.

“Saya pikir masalah itu tidak bisa dikomentari secara personal, tetapi secara kolektif. Saya rasa dalam kasus ini pihak institusilah yang harus melindungi kami (para atlit) karena saya tidak berpikir ini adalah kampanye melawan saya atau orang lain, tetapi terhadap Spanyol secara umum,” papar Nadal.

Menteri luar negeri Spanyol, Jose Manuel Garcia-Margallo, dan anggota komisaris Eropa, Michael Barnier, menanggapi tayangan tersebut dengan serius.

“Selera video itu benar-benar buruk dan menujukkan kekurangan etika, duta besar Spanyol di Paris akan menulis surat ke media Prancis dan direktur Canal+, untuk mengekspresikan ketidaksenangan Spanyol,” tandasnya. (bbs/jpnn)

Calon Tersangka Telah Ditetapkan

Biro Umum Rp25 M dan Biro Binsos Rp460 M

MEDAN-Dugaan korupsi anggaran rutin Biro Umum Pemprovsu 2011 sebesar Rp25 miliar yang ditangani Bagian Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Ditreskrimsus Poldasu, memasuki babak baru. Pekan depan penyidik kasus itu akan melakukan gelar perkara. Sementara dugaan korupsi anggaran bantuan sosial (bansos) Pemprovsu 2010-2011 sebesar Rp460 miliar yang ditangani Kejatisu masih berkutat di pemeriksaan sejumlah saksi.

Direktur Reserse Kriminal Khusus (Diskrimsus) Poldasu, Kombes Pol Drs Sadono Budi Nugroho kepada wartawan koran ini, Kamis (9/2) mengatakan, pihaknya hampir rampung melakukan penyelidikan dan segera melakukan gelar perkara. Rencananya gelar perkara dilakukan pekan depan. “Hasil gelar perkara nantinya akan jadi penentu terhadap perkembangan kasus ini untuk naik ketahap penyidikan. Nanti kalau kasus ini sudah digelar, dan statusnya sudah naik ke tahap penyidikan baru ada calon tersangka,” terang Sadono.

Meski Sadono mengatakan belum ada calon tersangka, namun seorang sumber di Mapoldasu mengatakan, pihaknya sudah menetapkan daftar nama calon tersangka dalam kasus tersebut. Para calon tersangka ini dianggap paling bertanggung jawab atas pengeluaran uang di Biro Umum Pemprovsu.
Saat informasi dari sumber itu dikonfirmasikan ke Sadono, dia tidak bersedia membenarkannya. “Ha ha ha…sabar kalau sudah ada yang ditetapkan (sebagai tersangka, Red) akan saya beritahu,” kata Sadono. Dia menambahkan, sejauh ini pihaknya telah memeriksa 16 orang saksi, di antaranya Bendahara Biro Keuangan, Aminuddin.

Di tempat terpisah, Kepala Biro Umum Pemprovsu, Hj Nurlela mengakui, dirinya telah diperiksa dalam dua kasus tersebut, baik oleh penyidik Pidsus Kejatisu maupun oleh penyidik Tipikor Poldasu. “Ya, memang sudah dipanggil. Di Kejatisu soal dana bansos yang Rp460 miliar tahun 2010 dan 2011. Kalau di Polda soal dugaan korupsi anggaran rutin 2011 di Biro Umum Pemprovsu,” akunya.

Nurlela mengatakan, pemeriksaan dirinya di Kejatisu dan Tipikor Poldasu hanya sebagai saksi. Materi pemeriksaan sama sekali tak berhubungan dengan dirinya, tapi soal dua mantan pejabat Kepala Biro Umum sebelum dirinya, yakni Razali S Sos (sekarang Kepala Dishub Sumut, Red) dan Ashari. “Kalau saya kan tidak mengetahui itu. (Kasus) itu dengan kepala biro yang lama. Waktu itu, saya ditanya tahu nggak soal kasus dugaan korupsi itu. Jadi saya jawab, saya tidak tahu,” ungkapnya.

Nurlela membenarkan, khusus kasus dugaan korupsi di Biro Umum Pemprovsu yang ditangani di Polda Sumut, arahnya adalah kepada sosok Aminuddin, Bendahara di Biro Umum Pemprovsu. “Iya, waktu memberikan keterangan itu, katanya si Amin sebagai kuncinya,” akunya.
Sedangkan untuk kasus dana Bansos yang ditangani Kejatisu, Nurlela juga membenarkan beberapa pejabat telah diperiksa. Antara lain mantan Kepala Badan Perlengkapan dan Aset, Bondaharo Siregar, Kepala Biro Binsos Shakira Zhandi dan beberapa pejabat lainnya. “Iya, ada beberapa juga yang diperiksa,” ungkapnya.

Diketahui, kasus di Biro Umum Provsu yang ditangani Tipikor Polda Sumut terkait dugaan korupsi anggaran rutin pada APBD 2011. Dugaan korupsi anggaran rutin 2011 di Biro Umum Pemprovsu antara lain, diduga untuk menutupi biaya papan bunga, uang kain, katering di rumah makan, tiket pesawat dan tunjangan tambahan penghasilan (TPP) pegawai di Pemprovsu yang telah lama tertunggak. Akumulasi anggaran yang diduga diselewengkan sekitar Rp25 miliar.

Selain itu, ada juga sinyalemen penggelapan pajak yang tidak disetorkan dari Biro Umum serta pembayaran ke pihak ketiga yang tidak dilakukan, namun uangnya telah digunakan untuk kegiatan yang tak sesuai peruntukkan. Selain tak sesuai peruntukkan, penggunaan anggaran itu juga diduga digelembungkan.

Berita sebelumnya, Kejatisu mengaku telah memeriksa beberapa pejabat dan mantan pejabat Pemprovsu terkait dugaan korupsi dana Bansos 2010-2011. Antara lain mantan Kepala Biro Binsos, Hasbullah Lubis, mantan Kepala Biro Keuangan, M Syafii, Kepala Biro Binsos, Sakhira Zandi dan mantan Kepala Biro Perlengakapan dan Aset, Bondaharo Siregar. (mag-5/rud)

Tangkahan Liar Pintu Masuk Narkoba

Medan, Kota Transit Favorit Mafia Internasional

BELAWAN-Medan sebagai kota transit sabu-sabu atau narkoba dalam artian umum bukan isapan jempol. Medan menjadi daerah favorit bagi jaringan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent) dan Segitiga Emas (Golden Triangle) karena memiliki beberapa titik masuk yang ‘aman’.
Setidaknya hal ini diungkapkan seorang nelayan di kawasan Belawan. Nelayan yang namanya sengaja disembunyikan ini mengaku mengetahui beberapa tempat yang dijadikan pintu masuk peredaran narkoba.

Bahkan, menurutnya, tangkahan liar atau sering diistilahkan sebagai pelabuhan ‘tikus’ saat ini keberadaannya di sepanjang pesisir pantai utara Kota Medan kian bertambah. Kondisi inilah kerap digunakan para pelaku bisnis gelap untuk memuluskan aksi ilegalnya. “Banyaknya tangkahan tak semuanya digunakan sebagai tempat pendaratan ikan. Ada juga pemilik tangkahan menggunakan tangkahannya untuk kegiatan lain seperti untuk mendaratkan muatan BBM dan CPO (crude palm oil) serta barang lainnya yang diperoleh secara tak resmi,” ucapnya, Kamis (9/2).

Tak cuma itu, keberadaan tangkahan liar tanpa mendapat pengawasan maksimal ini sangat berpontensi terjadinya praktek ilegal khususnya peredaran narkoba. Di kawasan perairan Belawan, meski para nelayan setempat terlihat sibuk melakukan aktivitasnya sebagai nelayan, namun tak jarang pula ada oknum yang menyamar sebagai nelayan turut membaur menjalankan kegiatan ilegalnya. “Kondisi keseharian di tangkahan seperti ini, semua sibuk bekerja,” ujarnya.

Dia menyebutkan, tak semua nelayan di tangkahan melakukan kegiatan pendaratan ikan. Namun, aktivitas tak resmi lainnya juga banyak ditemui dibeberapa tangkahan lainnya. “Kalau untuk narkoba, informasinya sering masuk lewat tangkahan di Ujung Banteng Pajak Baru, Belawan, lokasinya berada paling sudut setelah melewati perairan Sungai Nonang, Belawan,” beber, pria separuh baya ini.
Di lokasi tangkahan itu, tak cuma narkoba jenis daun ganja saja yang masuk. Namun, barang ‘haram’ jenis sabu dulunya juga ada.”Pemainnya ya menyaru nelayan juga, berangkat dari tangkahan menuju laut lepas. Di tengah laut nantinya mereka mengambil barang (narkoba) dari kapal ikan besar yang sudah menunggu lebih dulu,” cetusnya.

Transaksi narkoba di tengah laut tersebut menurutnya, bukan lagi merupakan permainan gaya baru. Tapi modus-modus seperti itu sudah lama terjadi. “Kalau masukkan barang melalui Pelabuhan Belawan ‘kan besar resikonya, harus berurusan sama petugas,” katanya.
Setelah bertransaksi, barang-barang haram itu selanjutnya di bawa ke pinggiran pantai lewat jalur tangkahan. Di sini barang ‘haram’ dimaksud dibongkar untuk kemudian diedarkan. “Enaknya bisnis lewat laut ini, risikonya kecil. Kalaupun ada kapal patroli petugas, barangnya bisa dibuang ke laut. Jadi tak ada barang bukti,” sebutnya.

Menurut pria yang mengaku pernah menggeluti bisnis ilegal melalui jalur perairan ini. Selain tangkahan yang berada dikawasan perairan Belawan. Para pelaku biasanya juga kerap memasukkan barangnya lewat tangkahan-tangkahan kecil lainnya seperti di kawasan Hamparan Perak Kab.Deliserdang. “Jadi tak cuma dari tangkahan di Belawan saja bisa masuk, dari tangkahan di Hamparan Perak juga sering digunakan mereka untuk memasukan barang.  Ya, setelah lebih dulu menyusuri sungai menggunakan boat (perahu bermesin). Dan di kawasan tangkahan pelabuhan perikanan Gabion, Belawan pun juga pernah,” ungkapnya.

Kasubdit Penegak Hukum (Gakkum) Dirpolair Polda Sumut, AKBP Burhanuddin Desky mengaku tetap melakukan patroli pengamanan dan pengawasan terhadap aktivitas-aktivitas illegal di sekitar perairan. “Kapal-kapal patroli sudah ditempatkan di titik-titik rawan untuk melakukan patroli rutin di sekitar perairan, untuk mengantisipasi tindak kejahatan di laut maupun masuknya barang-barang tak resmi termasuk narkotika,” kata Burhanuddin.

Namun, Burhanuddin mengakui, kondisi Belawan yang didominasi perairan dan kultur masyarakat pesisir menjadi alasan lemahnya pengawasan di sekitar tangkahan tersebut. “Kita tidak bisa prediksikan berapa titik yang rawan. Karena hampir keseluruhan tangkahan di pesisir pantai dinilai rawan masuknya narkoba,” tegasnya.

Apakah tidak mungkin, narkoba masuk melalui Pelabuhan Belawan? “Kalau lolos dari Pelabuhan Belawan saya kira tidak, karena pengawasan tetap diperketat, pemeriksaan kita lakukan menggunakan alat mesin X Ray. Dan kalau barang yang mencurigakan kita periksa dengan melakukan pencacahan barang,” terang Kasubsi Penyelidikan dan Penindakan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan, Suadi P.

Ketika ditanya kemungkinan barang-barang terlarang tersebut masuk dan lolos melalui tangkahan liar di sekitar perairan Belawan, Suadi menuturkan hal itu sangat mungkin terjadi. “Kemungkinan bisa saja terjadi, karena tangkahan di sini cukup banyak. Dan untuk pengawasannya inilah sulit dilakukan karena mau berapa banyak tangkahan yang harus diawasi,” ucapnya.

Sementara itu, Kasat Narkoba Polres Pelabuhan Belawan, AKP M Hasibuan melalui sambungan telepon selular mengakui kelemahan pihaknya dalam mengantisipasi masuknya narkoba ini karena keterbatasan peralatan. Pemeriksaan terhadap penumpang kapal laut terpaksa dilakukan secara manual.
“Seperti penumpang KM Kelud yang akan berangkat ke Jakarta misalnya, kita hanya memeriksanya secara manual, dan itupun kita lakukan apabila ada kecurigaan terhadap penumpang maupun barang bawaannya,” aku Hasibuan.

Sabu dari 6 Negara Transit di Medan

Mantan Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) Badan Narkotikan Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar, mengatakan, Medan memang daerah yang menggiurkan bagi mafia narkoba internasional, sebagai daerah transit. Togar bahkan menyebut, bukan mafia yang berpusat di Iran saja yang menggunakan Medan sebagai daerah transit. Tapi, ada juga setidaknya lima negara, selain Iran itu.

Jadi, ada enam negara yang mengidolakan Medan sebagai daerah transit. Keenam negara itu terbagi dalam dua kelompok jaringan. Pertama, pasokan narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent) yang berada di antara Pakistan, Afganistan, dan Iran. Kedua, pasokan dari kawasan Segitiga Emas (Golden Triangle) yakni Laos-Myanmar-Thailand.

“Sumut berdekatan dengan Malaysia. Dengan posisi seperti ini, Sumut jadi batu loncatan masuknya narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas dan juga dari kawasan Segitiga Emas,” ujang Togar, mantan Kapolda Sumsel, Kapolda Kaltim, dan Kapolda Bali itu.

Seperti diberitakan, awal bulan ini BNN menangkap lima tersangka yang diduga anggota jaringan narkoba lintas negara.
Direktur Pemberantasan dan Pengejaran BNN, Brigjen (Pol) Benny Mamoto di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Rabu (8/2), menjelaskan, dari tersangka BNN menyita barang bukti sebanyak 12 kilogram narkoba jenis shabu senilai Rp24 miliar.

Benny menyebut jaringan ini merupaan sindikat pemasok sabu yang berpusat di Malaysia. Barang haram ini diduga berasal dari Iran dan ditampung di Malaysia sebelum masuk ke Indonesia. ‘’Masuk melalui Medan ke Jakarta melalui jalan darat,’’ ujar Benny.

Lantas, dimana titik masuk ke Medan? “Bisa masuk lewat Polonia, bisa Belawan. Pertanyaannya, bagaimana pengamanan di dua tempat itu? Jangankan di Polonia dan Belawan, di Jakarta saja masih pertanyakan. Saya pastikan (narkoba) sangat mudah masuk (Sumut),” kata Togar.
Panjangnya pantai terbuka di wilayah SUmut yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka, juga mempermudah masuknya narkoba ke wilayah Sumut. “Seperti Pantai Cermin itu,” imbuhnya.

Togar kepada koran ini beberapa waktu lalu juga menyebut, sabu dari jaringan internasional yang transit ke Medan sebelum masuk ke Jakarta, sebagian tetap ada yang didistribusikan ke Medan dan beberapa daerah di Sumut. Jadi, tidak hanya lewat saja. Togar menyebut, permintaan narkoba terus meningkat di kawasan Sumut. (mag-17/sam)

Titik Rawan Penyeludupan Narkoba di Bagian Utara Kota Medan

  1. Tangkahan di Ujung Banteng Pajak Baru, Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan
    Lokasinya berada paling sudut setelah melewati perairan Sungai Nonang, Belawan
  2. Kawasan tangkahan pelabuhan perikanan Gabion, Belawan
  3. Tangkahan-tangkahan kecil lainnya seperti di kawasan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.

Modus:

Pelaku menyamar sebagai nelayan. Berangkat dari tangkahan menuju laut lepas. Di tengah laut nantinya mereka mengambil barang (narkoba) dari kapal ikan besar yang sudah menunggu lebih dulu.

Enam negara yang mengidolakan Medan sebagai Daerah Transit Narkoba

  1. Pasokan narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent)
    – Pakistan
    – Afganistan
    – Iran
  2. Pasokan narkoba dari kawasan Segi Tiga Emas (Golden Triangle)
    – Laos
    – Myanmar
    – Thailand

Keterangan: Sumut tepatnya Medan berdekatan dengan Malaysia. Dengan posisi seperti ini, Medan jadi batu loncatan masuknya narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas dan juga dari kawasan Segi Tiga Emas.

Sumber: Nelayan Setempat dan Mantan Kalahar Badan Narkotikan Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar.

Sontoloyo dan Sum Kuning

Oleh: Iwan Junaidi
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

PADA dua pekan terakhir, dunia transportasi Indonesia benar-benar terguncang. Masih terngiang di telinga tindakan asusila yang dilakukan supir angkot di Medan terhadap penumpangnya yang yatim piatu, tiba-tiba saja kita kembali dibuat terhenyak saat Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap seorang pilot pesawat Lion Air yang sedang nyabu di Kota Makassar.

Penangkapan terhadap sang pilot tadi pun sontak menguak fakta menarik. Betapa tidak, jika dirinya ditangkap pada pukul 03.30 WIB dan sejatinya kembali bertugas pada pukul 06.00 WIB, maka saat dirinya bertugas menerbangkan pesawat, sesungguhnya pengaruh narkoba sedang “tinggi-tingginya” bekerja di tubuh dan pikiran sang pilot.

Luar biasa, betapa mahal harga yang harus dibayar para penumpang untuk mempercayakan nyawanya kepada sang pilot sontoloyo penguna narkoba tadi. Fiuh….

Tapi, ternyata penyalahgunaan narkoba tak hanya terjadi di atas pesawat yang melibatkan sang pilot bergaji besar. Pasalnya, ternyata ada juga sopir angkot yang pendapatannya entah berantah, kadang ada, kadang tidak, namun tetap nekat menjadi pecandu narkoba.

Jika itu hanya merugikan mereka sendiri, dengan kata lain pendapatan mereka bekerja seharian habis untuk membeli barang haram yang berharga mahal itu, mungkin tak mengapa. Orang pun takkan ribut-ribut menanggapinya. Paling yang keluar dari mulut orang adalah sumpah serapah seperti “Dasar manusia tak tahu diuntung” atau ungkapan lainnya yang sejurus mengarah kepada perbuatan yang merugikan diri sendiri.

Tapi jika karena dampak penggunaan narkoba tadi harus ada yang menjadi korban, seperti seorang gadis yatim piatu yang digilir bak piala, masihkah itu (mempergunakan narkoba) merugikan dirinya seorang.

Semoga apa yang dilakukan sopir tadi bukan karena dirinya terinsipirasi film Perawan Desa yang pada tahun 1980 begitu ngetop dan sukses merengkuh beberapa Piala Citra.

Yang pasti, film yang disutradarai Frank Rorimpandey dengan mengambil kisah nyata pada tahun 1970-an itu tak sekalipun menyuruh para sopir ataupun mereka-mereka yang memiliki mobil untuk bergaya hidup sontoloyo, yang akrab dengan pesta menuman keras dan narkoba, hingga akhirnya tega memperkosa seorang gadis penjual telur bernama Sumarijem atau yang tenar dengan panggilan Sum Kuning.
Tragic ending pada film ini, tatkala seorang tukang bakso menjadi terpidana hingga raibnya sosok Sum Kuning, yang dikemudian hari didapati telah bertukar identitas.

Pertanyaannya, siapa yang pantas disalahkan atas pengulangan dan pengulangan peristiwa yang pernah terjadi pada 41 tahun silam itu? Semoga bukan Frank Rorimpandey ataupun Yati Surachman yang mampu tampil prima dalam memerankan sosok Sum Kuning tadi. (*)

Amoy Pengusaha Butik Dirampok dan Diperkosa

MEDAN-Seorang wanita etnis Thionghoa (biasa disebut amoy) dirampok di parkir (basement) Plaza Medan Fair. Selain itu, pemilik salah toko baju  di Plaza Me dan Fair itu disekap dan diperkosa oleh pelaku.

Ceritanya, Satuan Reskrim Polresta Medan membekuk pelaku perampok, penyekapan dan pemerkosaan terhadap seorang wanita etnis keturunan Thionghoa di Perkebunan Kawasan jalan Bulu Cina, Kecamatan Hamparan perak Kabupaten Deli Serdang, Kamis (9/2) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB. Menurut Informasi yang dihimpun Sumut Pos di Mapolresta Medan, pelaku yang diketahui beridentitas Sahrial Alias Rial (26) warga Jalan Rumah Potong Hewan Gang Bahagia II kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli melakukan pengintaian dulu sebelum beraksi. Pelaku mengintai calon korbannya di parkir (basement) Plaza Medan Fair, Rabu (8/2) sore Sekitar Pukul 17.00 WIB. Pelaku mencari calon korban seorang wanita yang mengendari mobil sendirian.

Setelah beberapa jam mengintai, pada pukul 21.15 WIB korban yang berinisial J (28) warga Jalan Brigjen Katamso Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun keluar dari plaza Medan Fair menuju basement. Dia menuju mobil Toyota Avanza BK 1720 QA warna hitam miliknya.

Pelaku yang melihat korban membuka pintu mobil bagian depan sebelah kanan langsung menghampiri mobil korban. Selanjutnya pelaku masuk ke dalam mobil korban melalui pintu tengah sebelah kiri mobil. Korban terkejut dan berusa melawan. Namun, pelaku tentu lebih kuat. Korban pun dilumpuhkan, kedua tanganya diikat dengan menggunakan tali pinggang pelaku. Sedangkan kaki korban diikat dengan tali pinggang milik korban. Pelaku juga mengancam akan membunuh korban.

Selanjutnya pelaku menggasak barang-barang berharga milik korban seperti uang dan handphone. Tidak itu saja, pelaku juga langsung mengendarai mobil korban dan membawa korban menuju kawasan Marelan. Sampai di sana, pelaku menghentikan laju mobil di perkebunan tebu tersebut serta melakukan pemerkosaan.

Namun, dari keseluruhan barang milik korban yang diambil pelaku, sebuah handphone di saku celana korban tidak diikut disita pelaku. Nah, dengan handpone tersebutlah korban mengirim SMS kepada suaminya, Haryono.

Satu kata berhasil terketik dan terkirim, “Tolong.”

Mendapat SMS itu, sang suami langsung mencari keberadaan istrinya dan membuat laporan ke Malporesta Medan. Dengan bermodalkan laporan suami korban, Satuan Reskrim Polresta Medan melalui Unit Kejahatan dan Kekerasan (Jahtanras) melakukan pencarian terhadap korban yang bersama pelaku.
Akhirnya, petugas mengetahui keberadaan pelaku setelah korban berhasil mengirim SMS lainnya kepada suaminya. Isi SMS itu, “Aku di kebun tebu di kawasan Marelan.”

Petugas pun langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku. Dalam hitungan jam pengejaran yang dilakukan petugas. Petugas menemukan pelaku bersama korban di dalam mobil di Perkebunan Tebu Jalan Bulu Cina, Hamparan Perak. Polisi langsung melakukan penangkapan dan membekuk pelaku.
Dari lokasi penangkapan, petugas menemukan korban dengan kondisi tangan dan kaki terikat dan lemas tak berdaya.  Kemudian dari tangan pelaku petugas berhasil menyita barang-barang korban yang diambil pelaku seperti 3 unit handphone, uang tunai sebesar Rp8.335.000, satu unit mobil Toyota Avanza, satu buah flashdisk, satu unit MP3 Player, carger handphone, dompet korban yang berisikan uang tunai senilai Rp885.000, dan tas warna biru milik korban.

“Aku merampok untuk modal acara pencukuran anak yang baru lahir,” elak pelaku usai ditangkap.
Sedangkan soal pemerkosaan, pelaku mengaku hal itu dilakukan spontan. Dia tergoda dengan tubuh korban yang berbadan elok. “Iya, aku memperkosa tanpa ada niat,” sebutnya malu-malu.

Kapolresta Medan Kombes Pol Monang Situmorang didampingi Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Moch Yoris Marzuki mengatakan pelaku dibekuk setelah ada laporan dari suami korban. “Pelaku dengan cepat kita bekuk,” katanya.

Monang menyebutkan pelaku akan dijerat tiga pasal berlapis yakni Pasal 328 mengenai penculikkan dengan ancaman 12 tahun kuruangan penjara, Pasal 285 mengenai pemerkosaan ancaman 12 tahun kurungan penjara dan pasal 365 ayat 1 mengenai Pencurian dengan kekerasan dengan Ancaman 9 tahun kurungan penjara. (gus)

Saya dengan Angie Hubungannya Ganda

Wawancara dengan Prof Dr Lucky Sondakh, Ayah Angelina Sondakh

Hati siapa yang tidak akan menangis ketika orang terdekatnya didera masalah berat. Seperti itulah yang dirasakan Prof Dr Lucky Sondakh, ayah kandung Angelina Sondakh.

Mantan Rektor Universitas Sam Ratulangi Manado ini dengan setia mendampingi putri tercintanya itu dalam menghadapi jeratan hukum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sedih, tapi mencoba rileks.

Berikut petikan wawancaranya wartawan JPNN, Mesya Muhammad, dengan pria yang sudah nampak sepuh itu.

T: Bagaimana keadaan Prof dan keluarga pascapenetapan Angie sebagai tersangka?

J: Puji Tuhan baik-baik saja. Kami masih bisa tenang dan tidak terpancing keadaan yang terus terang banyak menyudutkan putri saya.

T: Jadi Angie merasa disudutkan pemberitaan selama ini?

J: Angie biasa saja tuh. Malah kami terus mengikuti perkembangan berita baik cetak maupun elektronik. Tapi kami termasuk Angie memilih diamn
Kalau kasih komentar bisa mengundang trial by the press. Percayakan saja pada proses hukum.

T: Bagaimana sih Prof melihat persoalan yang menerpa Angie ini?

J: Memang iya, tapi biarkan saja kami disudutkan. Prinsip kami, kembalikan saja ke Tuhan Maha Adil tuk beracara. Anda kan nonton acara JLC di TVONE. Banyak kok yang pertanyakan dan merasa aneh Angie jadi TSK. Tapi karena saya bukan ahli hukum, jadi tidak mau menilai.

T: Perasaan Prof sendiri sebagai ayah yang sangat dekat dengan Angie?

J: Kalau itu semua pasti tahu jawabannya. Sebagai orangtua tentu saya sangat sedih, tapi tidak lost control. Saya dan ibunya berusaha tetap tegar. Saya malah masih bisa  main golf. Prinsip saya,ikuti saja arah air mengalir. Just Leave it to God. Ora et labora. ok?

T: KPK segera menahan Angie bila bukti sudah lengkap. Bagaimana sikap Prof?
J: Sorry, untuk sementara kami masih harus no comment dulu. Tidak mau berpolemik. Bisa mengundang interpretasi ganda.

T: Apakah Angie suka bercerita tentang karir politik maupun masalah pribadinya?
J: Saya dengan Angie hubungannya ganda. Jadi teman, konsultan, ayah, dan profesional. Tidak semua masalah Angie dibahas dengan saya.

T: Kalau soal kisah asmaranya?
J: Wah itu apalagi. Kami sebagai orangtua tidak mau ikut campur karena putri saya itu orangnya sangat mandiri. Kami percaya, keputusan yang diambil Angie sudah dipikirkan matang-matang. Sebagai orangtua hanya menyupport saja.

T: Sepertinya Prof betah di Jakarta. Kalau tidak salah, saat penetapan Angie sebagai tersangka, Prof dan keluarga mendampingi Angie. Itu berarti sudah sepekan Prof di Jakarta. Apa tidak menjalankan tugas di Manado lagi Prof?

J: Next week saya balik ke Manado. Memang saya sejak pekan lalu sudah di Jakarta untuk mendampingi putri saya. Prioritas saya sekarang adalah melaksanakan fungsi dan peran kasih seorang ayah kepada anak-anak.

T: Apa harapan Prof ke depan?
J: Saya hanya berharap, proses hukum bisa berjalan seadil-adilnya. Saya juga berharap agar Tuhan selalu memberkati dan melindungi putri saya dalam menghadapi cobaan ini. (*)

Di Sumut Butuh Strategi Khusus

Hindari Konflik Tanah, Cegah Spekulan Masuk

JAKARTA-Penasihat Ahli Kapolri, Kastorius Sinaga, mengingatkan semua pihak agar tidak memberi peluang masuknya spekulan tanah dalam konflik lahan di Sumut. Kastorius mengatakan, masuknya spekulan tanah hanya akan membuat persoalan semakin panas. Selain itu, untuk kasus di Sumut, harus dilakukan strategi khusus.

Menurut Kasto -panggilan akrab pakar sosiologi dari Universitas Indonesia (UI) itu-, spekulan tanah sangat berkepentingan untuk mengeruk keuntungan dalam setiap konflik lahan. Pasalnya, tatkala situasi panas, ketika nanti warga sudah mendapatkan tanahnya, mereka akan merayu agar segera dijual tanah itu.

“Oleh spekulan, tanah itu dijual lagi ke PTPN dengan harga tinggi. Maka harus dieliminir masuknya faktor-faktor eksternal, baik itu spekulan tanah, preman, atau pun pamswakarsa yang biasanya disewa perusahaan untuk menghadapi warga,” ujar Kasto kepada Sumut Pos di Jakarta, Selasa (7/2).
Dia menanggapi prediksi Ketua Komisi A DPRD Sumut, Ahmad Ikhyar Hasibuan yang menyebut konflik terbuka bakal pecah Maret 2012. Bahkan, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Rahmat Shah memprediksi, ledakan bisa lebih cepat lagi, bisa dalam bulan-bulan ini. Pernyataan Rahmat tidaklah sembarangan. Dia mengatakan, sudah ada 30 ribuan massa yang setiap saat siap bergerak anarkis. Rahmat mengaku, selama ini dirinya senantiasa meminta agar massa jangan bergerak.

Menurut Kasto, potensi konflik ini menjadi konflik terbuka dalam skala besar, sangat terbuka. “Karena sengketa lahan merupakan persoalan sensitif, rentan menjadi konflik terbuka,” ujar Ketua Departemen Perencanaan Pembangunan Nasional DPP Partai Demokrat itu.
Selain meminimalisir masuknya faktor eksternal, lanjutnya, pada saat bersamaan seluruh stakeholders harus duduk satu meja, yakni pemprov, pemkab/pemko, kepolisian, PTPN, BPN, dan wakil warga.

Diingatkan, dalam memecahkan persoalan konflik lahan di Sumut harus dengan strategi khusus. Yakni, harus dengan hati jernih dan bijak, bukan semata memaksakan kebenaran menurut versi satu pihak saja. “Karena dari aspek sejarah, masyarakat juga berhak meski tak punya sertifikat. Mereka sudah ada di situ secara turun-temurun. Jadi, untuk kasus Sumut ini, jangan pernah menyebut warga tak berhak, tapi bagaimana harus menampung aspirasi warga,” pesan Kasto.

Dia mewanti-wanti agar aparat keamanan dan pihak perusahaan tidak menggunakan cara represif tatkala menghadapi warga yang melakukan penanaman di area PTPN. Pernyatan ini terkait kasus di Binjai, dimana ratusan warga Jalan Samanhudi, Kelurahan Bhakti Karya, Kecamatan Binjai Selatan, yang tergabung dalam bebarapa kelompok tani kembali turun ke lahan eks hak guna usaha (HGU) PTPN II Sei Semayang, Senin (6/2), dengan menanam ratusan pohon pisang di areal tersebut.

“Warga melakukan penanaman itu bukan untuk mencari kaya, tapi sekedar untuk bisa makan. Sekuat apa sih petani mengelola lahan? Hanya untuk makan saja kok,” ulas Kasto.

Seperti diberitakan, ada ratusan konflik lahan di wilayah Sumut. Yang terpanas, antara lain menyangkut konflik tanah eks HGU PTPN II dan tanah Sari Rejo, Medan Polonia.

Sementara itu, konflik tanah berujung bentrok, di perbatasan Sumatera Utara-Riau pekan lalu terus dicari penyelesaiannya. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, berniat akan mempercepat proses pematokan lahan perbatasan antara Sumut-Riau, Sumut-Sumatera Barat (Sumbar), dan Sumut-Nanggro Aceh Darussalam (NAD).

Itu dikemukakan Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu, Gatot Pujo Nugroho usai menggelar acara coffee morning bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sumut di Gubernuran, Jalan Sudirman Medan, Selasa (7/2). “Pematokan itu domainnya Kementerian Dalam Negeri. Dengan terjadinya konflik pekan lalu, maka proses pematokan akan akan dipercepat oleh Kemendagri. Itu untuk perbatasan Sumut-Riau serta Riau-Sumatera Barat. Untuk perbatasan Sumut-Aceh, akan dilakukan setelah Pilkada Aceh selesai,” terang Gatot.

Rencana pematokan batas provinsi tersebut, sambungnya, telah dibahas dalam rapat antara Pemprovsu dengan Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, di Jakarta, Jumat (3/2) lalu.

Terkait persoalan bentrok di wilayah perbatasan Sumut-Riau, Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro yang hadir pada acara tersebut menyatakan agar semua pihak melihat situasi yang terjadi secara utuh. (sam/ari)

Dua Kilang Pemecah Batu tak Punya Izin

LUBUKPAKAM- Dua lokasi pemecah batu milik PT Mitra Kuring (PT MK) dan PT Mitra Engineering Group (PT MEG) disiyalir tidak miliki izin usaha industri. Padahal, usaha indsutri itu sudah puluhan tahun berdiri di Desa Paku, Kecamatan Galang, Deliserdang.

“Kedua kilang itu menimbulkan polusi udara, serta polusi suara, bahkan truk bertonase berat yang keluar masuk dari kedua kilang itu sebagai biang kerok kerusakan infrastruktur jalan,” kata Ketua Komisi C DPRD Deliserdang, Mikhail TP Purba, Kamis (9/2)

Pabrik penghasil batu pecah yang beroperasi sejak tahun 1982 dan 2008 itu, ditaksir telah merugikan Pemkab Deliserdang ratusan miliar rupiah, karena kontribusi berupa Pendapat Asli Daerah (PAD) tidak pernah diterima.

Disebutkanya, khusus untuk PT MK selain tidak memiliki izin usaha industri, juga tidak memiliki izin usaha galian C terhadap areal sekitar 25 hektare (ha) yang berada di Desa Bandar Kuala, Kecamatan Bangun Purba.

Kemudian pagar tembok yang memagari kilang seluas 6 ha itu, tidak memiliki izin mendirikan bangunan (SIMB).

Di sana, terangnya, terpasang satu unit Aspal Mixing Plan (AMP) dan dua unit Stone Crusher (mesin pemecah batu). Kedua mesin pemecah batu itu mampu menghasilkan sekitar 3.000 ton batu pecah per harinya. Baik batu pecah dan aspal yang dihasilkan dijual kepada kontraktor atau panglong.
Meski sudah puluhan tahun berdiri, kedua kilang pemecah batu itu tidak pernah tersentu hukum. Bahkan, aparat terkait di Pemkab Deliserdang tidak peduli. “Kita berasumsi jangan-jangan ada setoran kepada oknum atau ada orang kuat dibalik kedua kilang itu, sehingga enggan mengurus izin apapun,” tuding Mikhail.

Terpisah, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Deliserdang Ir Artini Marpaung, menegaskan, kedua usaha kilang pemecah batu itu, belum memiliki izin. Namun, pihaknya telah berulang kali mengimbau agar perusahan itu mengurusnya. “Sudah berulang kali kita surati khususnya PT MK, untuk PT MEG masih secara lisan,” katanya. (btr)

Istri Siksa Suami hingga Tewas

SIANTAR- Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sudah tidak lagi didominasi kaum suami. Buktinya, di Asahan, sang suami malah jadi korban. Bahkan, siksaan sang istri hingga membuat nyawa suami melayang.

Adalah Hedo Br Siagian (37) warga Dusun V Desa Sukajadi Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan yang menjadi bintang utama dari peristiwa dimaksud. Rabu (8/2) sekira pukul 23.00 WIB, dia dan suami Riduan Toga Sitorus (37) bertengkar hebat. Tak puas dengan hujatan lewat kata, Hedo pun langsung mengambil pisau dan langsung menyerang suaminya. Entah apa yang terjadi malam itu, Riduan tampaknya tak melawan. Alhasil, jari kaki kiri Riduan teriris oleh pisau tersebut . Tak hanya itu, Hedo juga menusuk kaki kiri Riduan, tepatnya di belakang dengkul hingga darah membanjir.

Riduan langsung melarikan diri ke luar rumah sambil tergopoh-gopoh. Dia pun berteriak-teriak minta tolong. Warga yang ketepatan masih di warung yang berjarak 10 meter  langsung mendekati Riduan. Warga langsung saja mencoba melakukan pertolongan dengan mengikat kaki korban dengan maksud memberhentikan sementara darah yang ke luar.

Akan tetapi, Hedo belum puas. Seraya mengacungkan pisau dia mendakati Riduan yang sedang diselamatkan warga. Melihat Hedo mendekat, Riduan langsung berlari lagi. Tampaknya warga tak kuasa menahan pertengkaran berdarah keluarga tersebut. Riduan berlari sambil menyeret kaki kirinya yang tak berdaya itu menuju rumah adiknya. Sedikitnya, usaha Riduan harus menempuh jarak 50 meter.

Setelah tiba, korban langsung menggedor pintu rumah. Adiknya yang sudah tertidur langsung terbangun dan membuka pintu rumah. Saat itu juga, korban langsung memeluk adiknya seraya berkata, “Taruhon au marubat, mate nama au (bawa aku berobat, mau mati aku, Red).”

Sang adik yang kebingungan langsung membawa Riduan ke Klinik yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari lokasi. Selama perjalanan Riduan tidak sadarkan diri, sedangkan kakinya yang terkena tusukan terus mengeluarkan darah. Dan, belum sempat ditangani oleh perawat di klinik tersebut, Riduan sudah tidak bernyawa lagi.

Kepolisian Resort Asahan langsung turun ke lapangan dan membawa Hedo ke Polres Asahan. Awalnya, Hedo mengelak kalau dia telah menganiaya Riduan dengan pisau. Bahkan, ia mengaku bahwa Riduan tewas karena terkena pecahan botol di lantai. Akan tetapi, setelah polisi melakukan interogasi berjam-jam, akhirnya Hedo mengaku telah menikam korban dengan pisau belati. Namun motif pertengkaran di antara mereka belum berhasil dihimpun Metro Siantar (grup Sumut Pos).

Marhamin Sitorus (35) adik korban, saat ditemui di RS Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar, Kamis (9/2) pukul 15.00 WIB mengatakan, Hedo memang kerap memukul Riduan. “Bahkan pernah korban tidak bisa jalan karena dengkul dicangkul oleh istrinya. Akan tetapi korban tidak pernah melakukan perlawanan ketika istrinya memukul, ia hanya diam dan membiarkan istrinya berbuat sesuka hati terhadapnya,” ujar Marhamin di rumahsakit terkait otopsi jenazah abangnya itu. Riduan anak ke-6 dari  7 bersaudara. Mereka dikaruniai lima orang anak.(mag-1/smg)