25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14851

Bawa Janda Shopping, Nyaris Dimassa

Naas benar nasib Budi Sitinjak (24), warga Jalan Cendrawasih II, Perumnas Mandala. Bersama kedua temannya, Joni (28), dan Yopi (28) warga Pekanbaru, dia harus berusaha keras menyelamatkan diri dari amukan warga.

Pasalnya, saat mereka mengantar pulang Leni (30), warga Jalan Makmur Pasar VII Tembung, janda beranak dua yang baru diajaknya jalan-jalan.

Warga sekitar berang melihat ketiganya dan merusak mobil yang mereka kendarai, Jumat (12/8) malam pukul 23.50 WIB.

Informasi yang dihimpun, sekira pukul 22.00 WIB, ketiganya merental mobil Xenia Hitam BK 1823 KN untuk jalan-jalan. Lantaran Joni dan Yopi berlibur ke Medan. “Mereka dari Riau, kemari cuma mau liburan,” ujar Budi saat berada di Polsekta Percut Sei Tuan.

Selanjutnya, ketiganya pergi berbelanja ke salah pusat perbelanjaan ternama di Kota Medan. Di tengah perjalanan, sekira pukul 22.30 WIB, Budi ditelpon Leni untuk mengajak jalan-jalan. “Saya ditelpon Leni, udah sampai rumahnya, kami pergi beli buah di simpang jodoh. Saat itu Leni mengajak kawannya, Fenti. Sejam kemudian, orangtua Leni menelpon menyuruh pulang,” bebernya.

Disaat mengantarkan Leni dan Fenti pulang, lanjut Budi, warga sudah ramai menunggu kedatangan mereka. Bukannya disambut baik, tapi mereka malah mendapatkan bogem mentah. “Sudah ramai yang menunggu, waktu kami mau pulang, seorang pemuda mengetuk kaca mobil, kami disuruh keluar, tapi saat itu Joni yang keluar dari mobil. Tanpa banyak kata, pemuda itu langsung memukul Joni,” urainya.

Melihat dirinya terancam, Joni langsung masuk ke mobil, dan budi pun berinisiatif untuk kabur menyelamatkan diri. Naas, saat hendak keluar dari Jalan Makmur, beberapa pemuda lainnya telah menunggu di depan jalan tersebut dan diantaranya ada yang membawa balok.

Dalam kedaan panik, Budi yang tak tahu arah tancap gas. Sial, ternyata mereka memasuki jalan sempit  di Dusun IV Kampung Tapanuli dan menemui jalan buntu. “Nggak tahu lagi saya dimana itu, yang saya lihat di depan sudah buntu jalannya. Waktu mobil berhenti, Joni dan Yopi langsung kabur menyelamatkan diri entah kemana. Saya bersembunyi di kandang babi milik warga dan melihat lebih dari 10 orang pemuda mengejar saya dengan membawa balok,” ungkapnya. (mag-2)

Petugas Dishub Razia Mobil Pribadi

081264770xxx

Mohon perhatian pejabat terkait apa ada wewenang petugas dari Dinas Perhubungan menyetop dan memeriksa surat-surat kendaraan pribadi? Hal itu terjadi hari Jumat 12 Agustus 2011 sekira pukul  11.30 di Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos), mohon penjelasan aparat terkait supaya masyarakat tidak salah mengerti.

Hanya Dibolehkan Razia Angkutan

Terima kasih informasinya, kami jelaskan sesuai aturannya Dinas Perhubungan bertugas membantu mengatur lalulintas di jalan raya, termasuk juga membantu saat polisi menggelar razia.

Petugas Dishub hanya dibolehkan memeriksa mobil angkutan seperti truk, bus dan angkutan umum lainnya, selanjutnya tak ada aturannya dibenarkan memeriksa mobil pribadi.

Namun, kalau didapatinya menaikkan dan menurunkan penumpang, itupun petugas dishub harus berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk memeriksanya.

Kami minta warga untuk menyampaikan siapa oknum petugas Dishub itu, selanjutnya berasal dari manakah oknum tersebut, mohon sampaikan kepada kami.

Khairul Buchari
Plt Kabag Humas
Pemko Medan

Keluhan Dibalas Omelan

Pasien Kecewa dengan Pelayanan RSU dr Pirngadi Medan

MEDAN- Keluhan pasien terhadap pelayanan di RSUD dr Pirngadi Medan masih terus terjadi. Bahkan, masih banyak pasien miskin yang terlantar di ruang kelas III RSUD dr Pirngadi Medan.

Seperti penuturan Hendra (30), warga Jalan Secanang Blok IV, Belawan, yang mengaku kecewa atas pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada ibunya Rahimah (54). Menurut Hendra, sejak dirujuk ke rumah sakit milik Pemko Medan ini, ibunya tak pernah ditangani dokter.

“Kami hanya berusaha untuk menyembuhkan penyakit ibu, namun hasil yang kita dapat justru kekhawatiran yang tinggi. Pelayanannya lambat dan keluhan dari pasien malah direspon dengan omelan,” ungkapnya dengan kesal.
Dikatakan Hendra, sebelum dirujuk ke RSUD Pirngadi, kondisi ibunya sudah nampak membaik ketika dirawat oleh bidan di Belawan. Namun karena harus dilakukan USG terhadap kondisi jantungnya, akhirnya Rahimah dirujuk ke RSUD dr Pirngadi Medan.

Hal yang sama dikeluhkan Yus Lubis (38), warga Jalan Denai, Medan Denai. Diakuinya, selama dua minggu opname di RSUD dr Pirngadi Medan, keluarganya harus mondar mandir memanggil perawat untuk melihat keadaannya. “Kalau tidak bolak balik menjumpai perawat, mungkin tidak dilihat-lihat kondisi kesehatan kami,” keluhnya.

David, seorang keluarga pasien bernama Maksum (55), warga Medan Johor, juga mengeluhkan hal yang sama. Maksum yang awalnya berobat pada dokter umum karena ada gejala sakit pada bagian dada kanannya dianjurkan untuk berobat ke dokter ahli paru. “Karena dianjurkan begitu, lalu berobatlah Pak Maksum ke RSUD Pirngadi ini. Saat itu dia masih bisa dibawa naik sepeda motor, namun sekarang justru tidak bisa dibawa dengan sepeda motor lagi,” tuturnya.

David mengatakan, setelah bertemu dengan dokter, dokter tersebut memberikan resep obat tanpa menjelaskan tentang efek samping. “Sesudah resep diterima, tiba-tiba ada orang berseragam hijau-hijau menawarkan obat. Katanya obat yang ditawarkan orang bersegaram hijau-hijau itu lebih murah dari yang ditawarkan resep dokter,” cetusnya. Dilanjutkan David, setelah pulang dan meminum obat resep dokter, mulai muncul gejala air kencing dan BAB berwarna merah, nafsu makan berkurang, kondisi badan  lemas dan susah jalan.

“Sekarang, kami jadi bingung karena tak ada penjelasan dari dokter mengenai efek sampingnya. Kami stress, kenapa penyakitnya makin parah. Begitu kita minta klarifikasi Dirutnya tak mau,” ketusnya.

Humas RSUD dr Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin saat dikonfirmasi mengenai rumah sakit yang tidak serius melayani pasien, membantah tudingan tersebut.

“Tidak benar itu. Pihak rumah sakit sudah maksimal melakukan kinerjanya. Walaupun tidak maksimal betul dan masih ada sedikit kekurangan, tapi kita tidak pernah mengabaikan pasien. Itu tidak benar, kalau memang ada orangnya, silahkan laporkan saja langsung ke kita,” terangnya.(jon)

Oknum Aparat Diduga Bekingi Togel

MEDAN- Seorang oknum aparat berinisial H masuk dalam daftar buruan tim Vice Control (VC) Polresta Medan. Pasalnya, H diduga membackingi judi togel. Hal ini terkait penangkapan seorang bandar togel bernama Teru Vaseget (38), warga Jalan M Idris, Gang Kasan No 22 Medan, yang ditangkap di Jalan Sekip, tepatnya di Doorsmeer Vitara, Sabtu (13/8) malam lalu.

Dari tangan tersangka, juga disita barang bukti antara lain, 1 lembar kertas berisikan nomor togel serta rekap togel, 1 buah ballpoint, dan uang senilai Rp250 ribu. Diketahui, omset dari bisnis haram tersebut sebesar Rp1 juta dalam satu hari.
Berdasarkan informasi yang diperoleh tersangka Teru Vaseget bahwa, dirinya hanya mendapat 17 persen dari omset sebesar Rp1 juta yang diperolehnya. Dan sisanya diserahkan kepada oknum aparat berinisial H tersebut.

Terkait hal itu, Kanit VC Polresta Medan AKP Hartono yang dikonfirmasi wartawan, Minggu (14/8), membenarkan hal tersebut. “Benar kita melakukan penangkapan di Jalan Sekip,” akunya. (ari)

Operasi Ketupat Toba Mulai 23 Agustus

MEDAN- Guna menjaga suasana kondusif menjelang Lebaran, Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) menggelar operasi Ketupat Toba mulai 23 Agustus hingga 7 September mendatang. Demikian dikatakan Kabid Humas Poldasu AKBP Raden Heru Prakoso kepada wartawan koran ini, Minggu (14/8).

“Tapi itu pun menunggu hasil rapat antara Polda Sumut dengan Muspida Plus pada 18 Agustus ini,” ungkapnya. Dikatakannya, Operasi Ketupat Toba ini akan digelar secara bersamaan di semua jajaran wilayah hukum kepolisian. “Instruksinya serentak, dan nantinya sebelum dimulainya operasi itu setiap wilayah hukum kepolisian memberikan laporan untuk dibawa di dalam rapat,” terangnya.(ari)

11 Rumah Terbakar

BELAWAN- Sebanyak 11 rumah panggung di Jalan Pulau Irian, Lingkungan 11, Kelurahan Belawan Bahari, Medan Belawan, hangus terbakar, Sabtu (13/8) sekitar pukul 23.00 WIB. Belum diketahui secara pasti asal api yang menyebabkan kebakaran tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut, namun diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

Api bermula dari rumah Iwan (30), yang sehari-harinya berjualan minyak bensin dan minyak tanah di daerah tersebut. “Mungkin karena puntung rokok yang dibuang sembarangan, sehingga menyambar bensin sehingga rumah yang terbuat dari kayu tersebut, api langsung cepat membesar dan merembet ke rumah yang ada didekatnya,” ujar salah seorang warga yang namanya tidak mau dikorankan.

Petugas pemadam kebakaran dibantu warga sekitar yang menggunakan alat seadanya berusaha melakukan pemadam api tetapi akibat sempitnya jalan menuju lokasi api sulit dipadamkan hingga menghabiskan ke sebelas rumah yang berada di tepi rel kereta api tersebut. Selain itu, ada 4 warga yang mengalami luka bakar pada saat memadamkan api dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit PAC Belawan untuk mendapatkan perawatan. (mag-11)

Gubernur LIRA: Erwin yang Siksa Saya

Korban Brigadir Erwin Panjaitan salah satunya Gubernur LIRA Sumut H Rizaldi Mavi (52). Warga Jalan Krakatau Ujung, Medan Deli itu mengaku, Erwin yang menyiksanya. Menurutnya, Brigadir Erwin terus memukulinya karena menolak saat dirinya hendak diborgol.

“Saya melawan saat hendak diborgol. Tapi dipaksanya sehingga tangan sebelah kiri saya nyaris patah ditariknya,” kata Rizaldi Mavi saat ditemui POMETRO MEDAN (grup Sumut Pos) di rumahnya di Jalan Medan Area Selatan.
Bukan itu saja, Erwin terus memukuli tubuhnya hingga memar. “Makanya aku tanda kali karena aku lihat wajahnya,” katanya. Rizaldi mengaku sampai sekarang kepala masih pening karena terbentur lantaran lompat dari mobil. (eza/fit/smg)

Sel Nazaruddin Mirip Hotel Bintang Satu

Langsung Diperiksa KPK

JAKARTA-Setelah menempuh perjalanan udara selama 38 jam dari Bogota, Kolombia, M Nazaruddin menginjakkan kaki di Jakarta tadi malam (13/8). Nazaruddin dan tim penjemput dari Mabes Polri, Kementerian Luar Negeri, dan KPK mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma pukul 19.51

Kedatangan pesawat Gulfstream N913PD tersebut molor cukup lama. Sebab, sebelumnya Mabes Polri dan KPK memprediksi penerbangan dari Bandara El Dorado ke Halim Perdanakusuma seharusnya tidak lebih dari 30 jam. Paling tidak, Nazar tiba di tanah air siang.

Kabiro Penerangan Humas Polri Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana yang ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma mengatakan tidak tahu pasti mengapa terlambat. Padahal, dia memperkirakan transit di Kenya dan Maladewa tidak akan membuat penerbangan molor sangat lama. “Seharusnya pukul 19.00 juga sudah sampai,” ujarnya.

Penjemputan Nazaruddin benar-benar ketat. Sejumlah personel polisi diturunkan di bandara dan jalanan. Ada sekitar belasan mobil yang digunakan untuk membawa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu. Itulah mengapa suasana pengamanan Bandara Halim Perdanakusuma kemarin sangat ketat.

Saat pesawat mendarat, pengamanan juga dilakukan secara ketat. Awak media tidak boleh mengambil gambar terlalu dekat. Sekitar 250 meter dari pintu pesawat disterilkan aparat. Bahkan, ketika pintu depan burung besi terbuka, tiga anggota bersenjata laras panjang siaga di dekat tangga.

Meski pintu sudah dibuka, pria kelahiran Simalungun, Sumatera Utara, itu tidak langsung turun. Yang pertama turun adalah tim penjemput lengkap dengan penutup wajah berwarna hitam. Mereka lantas masuk ke minibus KIA Travello silver berpelat nomor B 1276 BH yang diparkir sekitar sepuluh langkah dari tangga pesawat.

Batang hitung Nazaruddin baru terlihat setelah lima orang bertopeng keluar pesawat. Saat keluar, dia mengenakan baju dan jaket berwarna gelap. Lengan Nazaruddin diapit erat oleh seorang petugas berkemeja hitam selama meniti tangga pesawat. Mulai pintu pesawat hingga masuk mobil, dia terus menunduk.

Pemindahan Nazaruddin dari pesawat ke mobil penjemput berlangsung kurang dari dua menit. Pada pukul 20.10, minibus tersebut meninggalkan landasan pacu pesawat lewat pintu utara. Mobil itu tidak sendiri, namun dikawal tiga mobil PLLU Bandara Halim Perdanakusuma, satu bus, dan tiga mobil pengawal lainnya.

Di luar, mobil dan bus tersebut bergabung dengan 20 kendaraan lain yang menunggu di depan bandara. Dikawal oleh voorrijders, seluruhnya langsung meninggalkan bandara menuju ke Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Untung Yoga mengatakan, di Mako Brimob Nazaruddin bukannya ditahan. “Kami periksa dahulu kesehatannya,” imbuhnya.
Setelah itu, lanjut Untung, Nazaruddin bakal dibawa ke KPK untuk menjalani pemeriksaan. Meski demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya tidak akan terlalu memaksakan untuk memeriksa Nazaruddin begitu sampai di KPK. Faktor kelelahan di balik alasan kemungkinan penundaan itu.

Oleh sebab itu, akan ada keringanan untuk memberikan kesempatan kepada Nazaruddin dan tim penjemput untuk beristirahat. Namun, itu tidak lama. Menurut dia, jet lag penerbangan dari Bogota ke Jakarta bisa pulih dalam satu atau dua jam sejak mendarat. “Supaya pemeriksaan bisa berjalan lebih nyaman,” katanya.

Bagaimana lokasi tahanan? Dia tidak mempermasalahkan hal itu. Untung menyerahkan sepenuhnya kepada KPK, apakah menitipkan Nazaruddin di Mako Brimob atau rumah tahanan lain. Dia menyatakan, semua bisa dipersiapkan secara cepat. “Sepenuhnya kami serahkan ke KPK,” tandasnya.

Sementara itu, pemeriksaan kesehatan Nazaruddin di Mako Brimob juga tidak berlangsung lama. Selama satu jam dia berada di Mako Brimob untuk diperiksa. Setelah itu, sekitar pukul 21.54, dia diantar menuju ke gedung KPK di Jalan HR Rasuna Said.

Pengamanan superketat juga terlihat saat membawa Nazar menuju KPK. Berdasar pantauan Jawa Pos, sedikitnya 22 mobil mengawal legislator yang berangkat dari dapil (daerah pemilihan) Lumajang-Jember itu. Begitu Nazaruddin menginjakkan kaki di gedung KPK, moncong kamera media langsung diarahkan ke dia.

Kericuhan sempat terjadi saat Nazaruddin memasuki gedung KPK. Awak media yang ingin mengabadikan kedatangan Nazaruddin harus berdesakan dengan aparat. Banyaknya media yang berebut berada di baris depan membuat aparat akhirnya membuat barikade. Saat melintasi awak media, Nazaruddin tidak mengeluarkan satu kata pun.
Kuasa hukum M. Nazaruddin, Arfian Bondjol dan Elza Syarief, serta sepupu sepupu Nazaruddin, M. Nasir, terlihat mendampingi. Namun, mereka tidak banyak memberikan statemen karena belum ada pemeriksaan. “Saya juga mau menemui (Nazaruddin, Red),” katanya sembari masuk ke gedung.

Mulai tadi malam Nazaruddin menikmati tidurnya di sel Mako Brimob. Setelah perjalanan panjang hampir 40 jam, Nazar (panggilan Nazaruddin) tentu bisa beristirahat dengan cukup nyaman. Sebab, dia menghuni sel yang cukup luas, mirip kamar hotel kelas bintang satu.

Tersangka kasus suap wisma atlet SEA Games itu akan menempati sel yang dulu pernah ditempati mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji. “Kami sudah menyiapkan sel di blok B sebagai alternatif,” kata Juru Bicara Mako Brimob Kelapa Dua Depok AKBP K. Budiman kemarin (13/8). Di sana Nazaruddin akan menjalaninya dengan status tahanan titipan.
Di blok B terdapat beberapa sel yang bisa digunakan. Ukurannya sekitar 4 x 3 meter. “Kondisinya lumayan. Namun, karena rapat (antarsel) dan tertutup, mungkin terasa agak pengap ,” tutur Maqdir Ismail, salah seorang pengacara Susno Duadji yang sering berkunjung ke blok B, kepada Jawa Pos tadi malam.

Dia mengatakan, untuk bisa menghirup udara segar, tahanan harus keluar dari sel, kemudian melewati semacam koridor atau selasar, menuju tempat yang lebih terbuka. “Tapi, masih di dalam blok. Sebelum selasar ada jeruji,” kata pengacara lulusan Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta itu.

Sel tersebut dilengkap tempat tidur dan kamar mandi. Bagaimana dengan AC” Maqdir mengaku tidak ingat secara pasti. “Di tempat-tempat tertentu mungkin ada,” jawab pengacara senior itu.

Maqdir yang juga menjadi kuasa hukum mantan Ketua KPK Antasari Azhar itu mengungkapkan, selain temboknya yang berlapis, pengamanan di Rutan Mako Brimob tergolong ketat. “Penjagaannya berlapis,” ujarnya.

Secara terpisah, sumber Jawa Pos menyebutkan, sebelum Nazaruddin datang, dua terdakwa teroris dipindah dari rutan Mako Brimob. Mereka adalah Aris, orang yang menyembunyikan Ibrohim di Temanggung, dan Toni Togar, residivis yang disangka sebagai otak perampokan Bank CIMB Medan.

“Mereka dikirim ke Nusakambangan,” katanya. Pemindahan itu dilakukan secara diam-diam pada Jumat. “Alasannya untuk keamanan,” tambahnya.

Tahanan Mako Brimob pernah dibobol Gayus Tambunan yang bisa melenggang 68 kali keluar tahanan. Apakah Nazar juga bisa melakukan hal yang sama”

Kepala Rumah Tahanan Komisaris Polisi Basuki menjamin bekas bendahara umum Partai Demokrat itu tidak akan bisa pelesir layaknya Gayus Tambunan. “Saya jamin, Nazaruddin tidak akan keluar,” kata Basuki kepada wartawan di gerbang Mako Brimob tadi malam.

Basuki berjanji melaksanakan tugas sebagai kepala rutan sesuai dengan prosedur dan tata cara pelaksanaan yang ada. Dia mengatakan, kasus pelesir Gayus tak akan terulang pada Nazaruddin. “Mungkin kepala rutan yang dahulu punya prosedur berbeda. Saya punya cara sendiri,” ujarnya.

Apalagi, kata Basuki, blok tahanan Markas Besar Polri saat ini dilengkapi kamera pengintai closed circuit television (CCTV). “CCTV langsung dipantau oleh Mabes,” katanya.

Basuki mengatakan, satu sel berukuran 4 x 3 meter di blok B sudah disiapkan untuk Nazaruddin. Menurut Basuki, blok tersebut saat ini kosong lantaran tak ada penghuni. “Nazaruddin nanti sendirian,” katanya. (rdl/fal/c2/kum/dim/kuh/rdl/c4/agm/jpnn)

Niat Jahat Muncul Saat Lihat Wahyuni

Otak Pelaku Ternyata Istri Erwin Panjaitan

MEDAN-Polisi terus memeriksa empat tersangka perampok dan pembunuhan terhadap karyawan Bank BRI Syariah Jalan S Parman Medan. Dari hasil pemeriksaan terungkap ternyata istri tersangka Briptu Erwin Panjaitan, Ria Hutabarat (29) yang menjadi otak pelakunya.

Menurut sumber di Malporesta Medan, pengakuan tersangka Ria Hutabarat kepada penyidik, niat jahat itu timbul seketika saat dia berselisih dengan Wahyuni di simpang Komplek Waikiki, tepatnya di pintu masuk komplek perumahan di Jalan Flambayon Raya Medan Tuntungan, Rabu (27/7) sekitar pukul 18.00 WIB.

Menurut sumber itu, Ria Hutabarat mengatakan, sore itu Wahyuni mengendarai mobil Kijang Innova miliknya baru pulang dari tempat kerjanya. Ria Hutabarat mengaku belum mengenal pasti identitas Wahyuni, baik itu nama dan dimana Wahyuni bekerja. Tapi, Ria mengaku langsung terbesit niat untuk menjadikan Wahyuni sebagai target yang akan dirampok.

Setelah itu, Ria menyampaikan niat jahatnya itu kepada suaminya Erwin Panjaitan. Erwin pun langsung menyutujui niat istrinya itu. Agar niat mereka terlaksana dengan sempurna, Jumat (29/8) sekira pukul 06.30 WIB, Ria bersama suaminya mengikuti Wahyuni sampai ke tempat korban bekerja di Jalan S Parman Medan. Mereka sengaja menguntit korban demi mengetahui rute perjalan korban dari rumah sampai di tempat kerjanya.

“Hal ini dilakukan tersangka untuk memudahkan proses perampokan yang akan dilakukan,” ujar sumber itu.
Selanjutnya, Sabtu (30/7), Ria menghubungi temannya Eva Lestari Surbakti alias Eva dan mengutarakan rencana perampokan tersebut. Eva bersama suaminya pun langsung setuju bekerjasama. Senin (1/8) sekitar pukul 15.00 WIB, Ria Hutabarat kembali menghubungi Eva dan suaminya.

“Udah siap kalian? Jam 4 sore ini kita berangkat ya. Kita jumpa di depan PDAM Tirtanadi aja ya,” kata Ria kepada penyidik seperti ditirukan sumber itu.

Kemudian, Ria bersama Erwin yang sudah mempersiapkan pakaian dinas kepolisian langsung menuju kawasan PDAM Tirtanadi yang berada di Jalan TB Simatupang dengan mengenderai sepeda motor Vega R nopol plat palsu BK 5429 HX. Selanjutnya, pukul 16.00 WIB, Ria Hutabarat bersama Erwin Panjaitan sudah menunggu di atas sepeda motor Vega R warna putih.

Di tempat itu keempatnya membagi tugas, Ria dan Eva mengintai Sri Wahyuni di tempat kerjanya, sedangkan Erwin dan Suherman memantau dari jauh. Selanjutnya, Ria membonceng Eva dengan Yamaha Vega berwarna putih mendatangi Bank BRI Syariah Jalan S Parman Medan dan memantau Sri Wahyuni, tetapi calon mangsa mereka sudah tidak berada di kantor lagi. Saat Ria membeli pulsa di dekat bank, mereka melihat mobil Sri Wahyuni Toyota Kijang Innova warna hitam bernomor plat polisi BK 1356 JH.

Ria langsung sigap menghubungi suaminya tersangka Erwin untuk memberi kabar bahwa dirinya sedang menguntit target. “Iya, dimana kalian?” begitulah ucap Erwin menjawab ponsel istrinya, Ria. “Ini di Jalan S Parman ke arah Jalan Peringgan dan ke arah Jalan Setia Budi,” kata Ria memberi tahu rutenya.

Kedua wanita itu lantas mengikuti mobil Sri Wahyuni hingga ke Jalan Setia Budi. Di Simpang Pemda, Ria dan Eva melihat Wahyuni melanggar lampu merah. Ria kembali menghubungi Erwin dan melaporkan kalau Wahyuni melanggar rambu lalulintas. Tiba-tiba Erwin Panjaitan dan Suherman alias Embot datang mengendarai sepeda motor dan memberhentikan mobil milik Wahyuni di simpang lampu merah simpang Pemda Medan.

Saat itu sepeda motor dikendalikan Suherman yang mengenakan celana warna cokelat mirip seragam polisi dan memakai kaus yang ditutupi jaket hitam dan memakai helm.  Setelah berhasil menjerat Wahyuni dengan aksi razia palsu, Wahyuni lantas menurut saja ketika tersangka Erwin mengatakan kepada korban bahwa Wahyuni akan dibawa ke kantor polisi karena sudah melanggar rambu-rambu lalulintas.

Selanjutnya tersangka Erwin langsung masuk ke dalam mobil Wahyuni dan mengendarai mobilnya dengan membawa Wahyuni menuju arah Jalan Flamboyan dan belok kiri menuju Simpang Melati. Dan di tengah jalan, Ria Hutabarat pun naik ke dalam mobil Wahyuni. Saat itu di dalam mobil Wahyuni ada tiga orang, Erwin istrinya Ria dan Wahyuni.

Sedangkan rekan mereka Eva dan Suherman mengikuti dari belakang dengan sepeda motor.
Saat di gang kecil dekat RSUP H Adam Malik, Eva dan Suherman memarkirkan sepeda motor mereka di samping mobil dan masuk ke dalam mobil untuk memulai aksi. Di dalam mobil, Erwin tetap memegang kemudi. Sedangkan Ria, Eva dan Wahyuni bersama Suherman duduk di bangku tengah. Mobil masih dalam keadaan berhenti. Melihat situasi aman karena jalanan sedang sepi, Ria langsung memulai aksi kekerasannya dengan  menutup mulut korban menggunakan tangan sebelah kanannya, sedangkan tangan sebelah kirinya memegang dada korban. Ria kemudian menginstruksi kepada rekannya untuk mengambil lakban.  “Ambil lakban cepat,” kata Ria kepada penyidik seperti ditirukan sumber.

Lalu Eva mengambil lakban dan langsung melakban korban dari mulut sampai kepala, hanya tersisa lubang kecil tepat di hidung untuk bernafas. Selanjutnya Ria memegangi kepala korban. Tapi, karena lakban di tangan korban terlepas, ikatan diganti dengan tali tas. Suami Eva, Suherman membantu memegangi kaki korban dan mengikatnya. Selanjutnya korban didudukkan di lantai mobil di baris kedua jok penumpang. Setelah berhasil membekap mulut korban, Eva lalu bergegas keluar mobil dan mengambil sepeda motor yang terparkir di samping mobil untuk dititipkan di parkiran RSUP H Adam Malik Medan. Kemudian Eva bergabung masuk ke dalam mobil.

Mobil yang membawa ketiga pelaku dan korban lalu bergerak ke arah Jalan Berastagi-Kabupaten Karo, sedangkan Suherman mengikuti dari belakang dengan mengendarai sepeda motor milik Ria Hutabarat. Di sepanjang jalan, para tersangka memukuli kepala korban dengan tangan.

Pukul 21.00 WIB, Eva, Ria dan Erwin bersama korban yang disekap sampai di Berastagi. Tak jauh dari pasar tradisional, mobil berhenti dekat ATM BNI. Ria turun dan mengambil uang di ATM menggunakan ATM korban yang telah diberitahu PIN-nya oleh korban. Setelah berhasil mengambil uang, mobil lalu bergerak ke belakang SPBU Berastagi, berhenti di sana hingga pukul 00.00 WIB.

Setelah Pukul 00.00 WIB, Ria kembali mengambil uang dari ATM Mandiri Berastagi, lalu mobil bergerak ke Samosir, melintasi Kabanjahe, Desa Merek dan ke arah Jalan Sidikalang. Sekira pukul 05.00 WIB, mobil berhenti di Jembatan Sibintangan Dusun Bongbong Desa Harihara, pintu masuk ke Harian, Kabupaten Samosir.

Dalam perjalanan tiba-tiba korban mendengkur. Melihat hal itu Ria berkata, “Mbot lihat dulu mungkin udah mau mati.”
Suherman menjawab, “Coba aku lihat dulu ya kak.”

“Kami melihat kondisi korban sudah lemas. Untuk memastikan apakah korban sudah meninggal, Suherman mengambil syal milik korban dan mengikatkannya ke leher korban. Lalu syal tersebut ditarik. Saat itu saya bersama Ria melihat tubuh korban mengeluarkan darah,” kata Eva. Selanjutnya korban dibuang dari atas jembatan. Eva dan Ria memegang baju korban, sedangkan Suherman memengangi tangan korban dan Erwin memegang kaki korban. Selanjutnya tubuh korban dilepas dari jembatan hingga jatuh ke jurang. Selanjutnya, keempatnya kembali ke Medan membawa mobil korban.

Di tengah jalan pulang ke Medan, sekira pukul 12.00 WIB, Eva dan Ria istirahat di Hotel Saina di Sembahe. Sedangkan Erwin dan Suherman pergi menempah plat nomor polisi palsu BK 1738 KM untuk dipasang di mobil korban. Keduanya sekalian mengambil sepeda motor yang sebelumnya dititip di pelataran parkir Rumah Sakit H Adam Malik Medan.

Dari tanggal 1-2 Agustus 2011 pelaku meraup uang korban sebanyak Rp30.750.000 uang tersebut dibagikan Eva dan Suherman mendapatkan bagian sebanyak Rp8 juta, sisa uangnya untuk Ria dan Erwin Rp22.750.000.

Kabid Humas Poldasu Kombes Raden Heru Prakoso saat dikonfirmasi mengatakan sampai saat pihaknya masih melakukan penyelidikan. “Sudah berapa kali mereka beraksi, itu masih kita selidiki. Dan sampai saat ini kasusnya masih dalam penyelidikan” kata Heru. Menurutnya, hingga saat ini tersangka Erwin masih dalam perawatan di RS Brimob Jalan KH Wahid Hasyim Medan. (mag-7)

Nekat dan Sering Menyimpang

Briptu Erwin Panjaitan

Tersangka pelaku pembunuhan karyawan Bank BRI Syariah Jalan S Parman Medan Wahyuni, Briptu Erwin Panjaitan (30) dirawat di ruangan khusus di RS Bhayangkara Medan dan dijaga ketat oleh personel polisi. Wartawan tidak diizinkan masuk.

“Nggak bisa masuk selain penyidik dari Polresta Medan. Kami aja nggak bisa dekat, Bang,” ungkap seorang petugas. Polisi berpangkat Briptu itu mengatakan Briptu  Erwin masih terbaring di atas tempat tidur dan salah satu tanganya diborgol ke besi tempat tidur.

Salah seorang personel polisi yang sempat satu tim dengan Briptu Erwin Panjaitan di Sat Samapta Mapolresta Medan mengatakan, Briptu Erwin Panjaitan sering menyimpang dari dinas.

“Dulu sering kali menjambret. Kadang kalau kami siap patroli pakai sepeda motor dinas, dia langsung membuka pakaian dinasnya dan memakai baju preman,” ujarnya.

Dikatakannya, Briptu Erwin Panjaitan sering melakukan razia siluman. Razia siluman ini dilakukan untuk mengambil keuntungan sendiri dengan cara memberhentikan pengguna sepeda motor di jalan, khususnya pengendara yang berpasangan.

“Memang dia orangnya nekat. Pura-pura ditanya nanti SIM, STNK. Kalau nggak lengkap habis lah dikurasnya. Kalau agak kelimpungan dia langsung menunjukkan KTA nya,” ungkap polisi yang minta namanya jangan ditulis. (fit/smg)