MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ida Bagus Nyoman Wismantanu, ditunjuk menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kajatisu) yang baru. Sebelumnya Kajati Sumut dijabat pelaksanaan tugas (Plt) Aditia Warman yang dimutasi sebagai Sekretaris Jaksa Agung Muda Pengawasan Kejaksaan Agung (Kejagung) Republik Indonesia di Jakarta.
Kasi Penkum Kejati Sumut, Sumanggar Siagian.
Ida Bagus sebelumnya menjabat sebagai Direktur Penuntutan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejagung RI. Ia ditunjuk sebagai Kajati Sumut, berdasarkan mutasi dan rotasi jabatan pada Surat Keputusan Jaksa Agung RI, Nomor 250 Tahun 2020 tanggal 4 Desember 2020 tentang pemberhentian dan pengangkatan dari dan dalam jabatan struktural di lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia.
Jaksa Agung ST Burhanuddin diketahui merotasi sebanyak 39 pejabat di lingkungan Korps Adhyaksa. Dalam SK tersebut, ada pergantian di posisi Kejati, seperti Kejati Sulawesi Tenggara di Kendari, Kejati Kalimantan Barat di Pontianak, Kejati Nusa Tenggara Barat di Mataram. Kemudian, Kejati Sulawesi Utara di Manado, Kejati Sumatera Selatan di Palembang, Kejati Sumatera Utara di Medan, Kejati Riau di Tanjung Pinang, Kejati Sumatera Barat di Padang dan Kejati Banten di Serang.
Terpisah, Kasi Penkum Kejati Sumut Sumanggar Siagian membenarkan perihal mutasi tersebut meskipun belum ada surat resmi yang diterima pihaknya. “Saya tahu info dari medsos, belum ada surat resmi dari Kejagung tentang SK pak Kajatisu yang baru, jadi Senin kita info secara resmi ya,” pungkasnya. (man/ila)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang akan digulirkan pemerintah pusat melalui BPJamsostek masih menunggu regulasinya. Program JKP tersebut diklaim melindungi pekerja korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melalui 3 manfaat, yaitu berupa uang tunai, akses informasi pasar kerja, dan pelatihan kerja.
ILUSTRASI: Salah satu demo para karyawan yang di-PHK dari perusahaannya, beberapa waktu lalu. Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang akan digulirkan pemerintah pusat melalui BPJamsostek masih menunggu regulasi dari pusat.
Deputi Direktur Wilayah BPJamsostek Sumbagut, Panji Wibisana mengakui BPJamsostek tengah menunggu peraturan pemerintah sebagai landasang hukumnya. “Kita sedang menunggu peraturan pemerintah terkait itu, dan informasinya keluar pada Januari 2020. Program JKP ini harus ada dasar hukumnya, karena hal ini merupakan bagian dari undang-undangnya,” kata Panji beberapa waktu lalu.
Panji mengatakan, dalam regulasi terkait JKP, nantinya dijelaskan siapa pesertanya dan bagaimana asal kepesertaannya. Kemudian, bagaimana mengklaimnya dan siapa yang membayar iurannya. “Jadi, harus jelas itu semua,” kata dia.
Menurutnya, layanan JKP ini sangat bagus karena mengakomodir para pekerja yang terkena PHK. “Program itu benar-benar mulai dari nol, penyelenggaranya BPJamsostek dengan didukung pemerintah pusat,” ucap Panji.
Ia menuturkan, untuk pesertanya tentu peserta aktif yang terdaftar di BPJamsostek. Namun, untuk lebih detailnya bagaimana, masih menunggu peraturan pemerintah tersebut. “Kita belum bisa menjelaskan atau berandai-andai apa yang didapatkan peserta apabila terkena PHK. Jadi, kita tunggu saja peraturannya dikeluarkan pemerintah pusat,” pungkasnya.
Diketahui, pemerintah akan mengeluarkan program baru seperti yang tertulis dalam Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja, yakni JKP. Program ini tertulis dalam pasal selipan baru, yakni Pasal 46A UU Cipta Kerja yang merevisi UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Disebutkan, bahwa pekerja atau buruh yang mengalami PHK berhak mendapatkan JKP melalui BPJS Ketenagakerjaan.
Detailnya, UU Ciptaker menyatakan penyelenggaraan program JKP akan dilakukan oleh pemerintah dan BPJamsostek. Nantinya, JKP akan diberikan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial kepada seluruh peserta yang telah membayar iuran dengan masa kepesertaan tertentu.
Namun, ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan program jaminan ini masih akan diatur melalui peraturan pemerintah. Untuk tahap awal, sumber pendanaan JKP berasal dari kantong pemerintah. Dikabarkan, pemerintah akan menyetorkan Rp6 triliun sebagai modal awal pelaksanaan program yang berasal dari APBN.
Sebagai informasi, BPJamsostek saat ini menjalankan 4 program jaminan sosial, yakni jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JKM), jaminan hari tua (JHT), dan jaminan pensiun (JP). (ris/ila)
DEBAT: Paslon nomor urut 1 dan 2, saat Debat Kandidat Pilkada Medan 2020 Putaran Terakhir di Hotel Grand Cityhall Medan, Sabtu (5/12) sore.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Debat Kandidat Pilkada Medan 2020 Putaran Terakhir di Hotel Grand Cityhall Medan, Sabtu (5/12) sore berlangsung cukup sengit. Dalamd ebat yang disiarkan live di Metro TV itu, isu banjir menjadi momen debat panas dalam acara yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan tersebut.
DEBAT: Paslon nomor urut 1 dan 2, saat Debat Kandidat Pilkada Medan 2020 Putaran Terakhir di Hotel Grand Cityhall Medan, Sabtu (5/12) sore.
Awalnya, paslon nomor urut 2, Muhammad Bobby Afif Nasution-Aulia Rachman, menuding banjir yang terjadi di Kota Medan pada Jumat (4/12) dini hari, merupakan salahsatu bukti kegagalan Pemko Medan dalam menjalankan kolaborasi dengan pemerintah daerah sekitarnya, terutama dengan Pemkab Karo.
“Kita bisa lihat bencana Kota Medan yang sangat menyakitkan hati kita. Ini salahsatu bentuk kegagalan dari kolaborasi Medan dengan kabupaten di sekitarnya khususnya banjir, terutama kolaborasi dengan Kabupaten Karo,” ujar Bobby.
Pasangannya, Calon Wakil Wali Kota Medan, Aulia Rachman menambahkan, hujan yang terjadi di Kabupaten Karo seharusnya bisa dideteksi, sehingga bisa lebih cepat dikolaborasikan dengan Pemko Medan. “Ketika hujan deras di Karo dan debit air mulai naik, ini harus bisa diselaraskan dan dikomunikasikan dengan Pemko Medan untuk bisa membuka saluran di Medan. Kanal di Medan harus bisa dibuka secepat mungkin, ketika air di hulu naik,” tuturnya.
Menjawab hal itu, Akhyar membalas, dengan menyebutkan persoalan banjir tidak hanya terjadi di Kota Medan saja, melainkan juga terjadi di daerah lain. Tidak terkecuali di Jakarta yang merupakan Ibukota RI, sekaligus tempat berkantornya Presiden RI Joko Widodo.
“Di negara manapun, banjir pernah terjadi, bahkan pada waktu tertentu. Ibukota negara RI yang mana Presiden Republik Indonesia berada, juga mengalami banjir. Jadi itu memang dialami oleh hampir seluruh wilayah di Indonesia dan semua negara,” jawabnya.
Akhyar juga menyebutkan, banjir yang terjadi di Kota Medan beberapa hari terakhir diakibatkan adanya luapan air Sungai Belawan, Sungai Denai, dan Sungai Deli. Banjir si sungai itu menurutnya adalah siklus tahunan dari hulu sungai. Baik siklus lima tahunan, 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun dan 50 tahun. Begitu juga dengan rob, terjadi di Utara Medan diakibatkan adanya perubahan siklus iklim.
“Banjir ini tak hanya terjadi di Medan, tapi ada daerah lain di Sumut. Inilah yang mesti kita hadapi dan terus berbuat yang terbaik untuk mengatasi dampak dari siklus tahunan ini,” ujarnya.
Pasangan Akhyar, Salman Alfarisi, menambahkan bahwa banjir yang melanda beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, termasuk Medan, adalah gagalnya kolaborasi pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi Sumut dan daerah, termasuk Pemko Medan.
“Presiden, Gubernur dan Wali Kota, semua itu jabatan politis. Ketika banjir besar kemarin terjadi meliputi beberapa Kabupaten/Kota, apabila dikatakan kegagalan, maka ini bukan kegagalan Medan. Tapi kegagalan kolaborasi pusat dengan provinsi dan kolaborasi pusat dengan Medan. Medan punya wilayah kerja. Dan begitu juga dengan sungai ini wilayah BWS (Balai Wilayah Sungai) yang di bawah pusat langsung. Jadi kita harap jangan sebut kegagalan itu murni Kota Medan,” ucap dia.
Merespon jawaban itu, pasangan Bobby, Aulia Rachman mengatakan kolaborasi dengan Pemerintah Pusat serta Pemkab Karo dalam menanggulangi banjir merupakan tanggung jawab Pemko Medan.
Akhyar kemudian menjawab, pihaknya sudah beberapa kali mengajukan upaya penanganan banjir rob di wilayah Belawan kepada Presiden Jokowi pada 2018. Tetapi hingga kini belum ada realisasinya.
“Ini kami seluruh warga Medan menunggu janji dan realisasi Presiden terhadap penanganan rob di Medan,” katanya.
Selain soal banjir, debat putaran terakhir juga membahas isu terorisme dan radikalisme. Pasangan AMAN menyatakan, terorisme dan radikalisme muncul dan berpangkal dari rasa keadilan.
“Jika kita bisa menjaga hal itu, menjaga dan memberikan keadilan, memberikan kesempatan yang sama kepada semua warga Kota Medan untuk berpartisipasi dalam membangun kota Medan, saya kira radikalisme dan terorisme itu tidak akan tumbuh subur di Kota Medan. Karena kita akan memperlakukan semua warga kota Medan dengan adil, sesuai dengan proporsi tugasnya. Inilah strategi kita membangun Kota Medan bersama, karena Medan itu memang kotanya majemuk dan berbhineka. Jadi semuanya diberikan kesempatan yang sama,” ungkapnya.
Pasangan Bobby-Aulia mengatakan, Pemko Medan wajib menanamkan ke dalam diri anak maupun pelajar terkait pendidikan ke-Indonesiaan. “Ini yang penting kita tanamkan di dunia pendidikan kita tentang Bhineka Tunggal Ika yang berbeda-beda tetapi tetap satu. Ini perlu ditekankan Pemko Medan dengan melibatkan perangkat yang paling bawah. Kepala lingkungan, kelurahan, kecamatan, wajib mengedukasikan hal yang baik-baik, hingga tidak ada perpecahan di antara suku bangsa,” tukasnya.
Acara debat dihadiri pihak KPU Medan, Bawaslu Medan dan para perwakilan partai pendukung masing-masing paslon.
Pilkada Damai
Di akhir debat, pasangan Akhyar Nasution-Salman Alfarisi mengajak mahasiswa, ibu-ibu, bapak-bapak, para pedagang, abang becak, sopir, buruh dan semua masyarakat Kota Medan, untuk bersama-sama menciptakan Pilkada Medan yang aman, damai dan tertib.
“Ayo kita ciptakan pemilu yang jujur, bersih, sehingga tidak ada intimidasi, tidak ada hal yang mengganggu dan merugikan masyarakat. Inilah saatnya kita menunjukkan kemerdekaan dalam memilih pemimpin Kota Medan. Kami juga memohon maaf apabila di masa kampanye ada yang kurang berkenan. Kami berupaya semaksimal mungkin untuk menciptakan Pilkada yang bahagia gembira karena memang visi misi membuat Kota Medan nyaman dan warganya bahagia,” tegasnya, sambil mengajak warga mencoblos nomor 1 pasangan Akhyar Nasution-Salman Alfarisi.
Pasangan Bobby-Aulia dalam pernyataan penutupnya menyampaikan, Kota Medan adalah miniatur Indonesia di mana segala suku bangsa dan agama hidup rukun dan damai di dalamnya. “Kolaborasi Medan Berkah bertekad kuat untuk menyelesaikan masalah seperti banjir, macet, pengangguran dan masalah lainnya di Kota Medan kepada taraf kemajuan yang signifikan. Berkolaborasi dengan pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Sumut dan Kabupaten/Kota sekitarnya,” tekadnya.
Bobby-Aulia juga mengajak warga ke TPS dalam menggunakan hak suaranya untuk perubahan Kota Medan. “Pertama, datang ke TPS untuk mengikuti protokol kesehatan. Yang kedua, coblos pasangan nomor urut 2 Bobby-Aulia. Semoga ke depannya warga kota Medan menuju keberkahan,” pungkasnya.
Usai debat, anggota KPU Medan sekaligus komisioner divisi Hukum KPU Medan, Zefrizal SH MH mengucapkan syukur atas lancarnya pelaksanaan debat kandidat di masa kampanye Pilkada Medan yang telah berlangsung sebanyak tiga putaran.
“Semoga masa kampanye bermanfaat bagi kedua paslon dalam menyampaikan visi misinya. Selain itu, kita harapkan debat publik yang telah berjalan sebanyak 3 putaran ini bisa membantu meyakinkan masyarakat dalam memilih calon yang terbaik dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya di Pilkada Medan 2020. Ayo ke TPS, gunakan hak pilih untuk kemajuan Kota Medan,” tutupnya.
Ketua Bawaslu Kota Medan, Payung Harahap, didampingi Komisioner, Julius Turnip, mengatakan melihat adanya pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 di luar arena debat, dengan ramainya masa kedua paslon yang menunggu.
Akhyar Kembali jadi Plt Wali Kota
Sementara itu, tahapan Pilkada Serentak 2020 sudah memasuki cuti kampanye alias masa tenang, mulai 6-8 Desember. Artinya, seluruh cakada petahana yang bertarung akan kembali menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pemerintahan di wilayah masing-masing mulai 6 Desember.
Tak terkecuali Plt Wali Kota Medan, Ir Akhyar Nasution MSi. Akhyar menjalani cuti di luar tanggungan sejak 25 September hingga 5 Desember 2020. Ia pun kembali menjabat sebagai Plt Wali Kota Medan terhitung Minggu 6 Desember 2020.
Ditanya mengenai hal itu, Akhyar mengaku siap kembali bertugas sebagai orang nomor 1 di Pemko Medan. “Hari ini cuti terakhir saya, mulai besok (kemarin) saya akan kembali menjabat sebagai Plt Wali Kota (Medan),” ucap Akhyar kepada Sumut Pos, Sabtu (5/12) pagi saat menggelar Ngopi Bareng Akhyar di Medan.
Di hari pertama kerjanya kemarin, ia berkoordinasi dan melakukan konsolidasi dengan para OPD dan seluruh bawahannya di jajaran Pemko Medan. “Saya harus tahu perkembangan selama 2,5 bulan ini, selama saya menjalani cuti kampanye,” ujarnya.
Akhyar mengaku tidak ambil pusing dengan tudingan-tudingan yang menyebutkan jika dirinya akan memanfaatkan statusnya sebagai Plt Wali Kota aktif, dalam memuluskan langkahnya sebagai Cawalkot Medan pada Pilkada Medan 2020.
“Saya cuti ‘kan karena peraturannya memang begitu. Saya kembali bekerja juga karena peraturannya bilang begitu. Ada undang-undangnya. Jadi apa masalahnya? Semua kepala daerah yang ikut Pilkada juga menjalani hal serupa,” jawabnya.
Ketua DPRD Medan, Hasyim SE, meminta Plt Wali Kota Medan, Akhyar Nasution dapat bekerja maksimal selaku Plt Wali Kota Medan, usai menjalani cuti kampanye selama waktu kurang lebih 2,5 bulan.
“Selaku Plt Wali Kota Medan, beliau harus bisa bersikap netral dan profesional. Artinya, beliau tidak boleh memanfaatkan jabatan dan kedudukannya selaku Plt Wali Kota Medan untuk memuluskan langkahnya sebagai Calon Wali Kota Medan,” tegas Hasyim.
Senada, anggota Komisi I DPRD Medan, Abdul Rani SH juga meminta Akhyar bekerja profesional dan proporsional sebagai Plt Wali Kota. “Harus bisa membedakan mana Plt Wali Kota dan mana Calon Wali Kota. Masa kampanye sudah habis. Selamat bekerja kembali sebagai Plt Wali Kota. Fokuslah pada pelayanan masyarakat dan pembangunan Kota Medan,” kata Rani, Minggu (6/12). (map)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) masih terus bertambah. Tercatat, pada Minggu (6/12) akumulasinya sudah menembus angka kasus ke 16.089 orang.
Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, jumlah tersebut diperoleh setelah didapatkan penambahan 87 kasus baru. “Penambahan ini diperoleh dari laporan 16 kabupaten/kota,” ujar Aris.
Ia menjelaskan, penambahan kasus baru terbanyak didapatkan dari Kota Medan sebanyak 33 orang. Selanjutnya, diikuti Kabupaten Deliserdang 14 orangn
7 orang dari Toba, 6 orang dari Asahan dan Serdang Bedagai, 3 orang dari Tapanuli Tengah, serta masing-masing 2 orang dari Pematangsiantar, Tanjungbalai, Tebingtinggi, Labuhan Batu dan Pakpak Bharat. “Sedangkan sisanya masing-masing 1 orang dari Binjai, Tapanuli Selatan, Humbang Hasundutan dan Batubara,” terang Aris.
Terhadap angka kesembuhan juga diperoleh dari 16 kabupaten/kota sebanyak 84 orang sehingga akumulasinya menjadi 13.408. “Penambahan terbanyak berasal dari Kota Medan dengan 38 orang, Deliserdang 12 orang dan Serdang Bedagai 8 orang. Berikutnya masing-masing 4 orang dari Kabupaten Asahan dan Labuhanbatu, masing-masing 3 orang dari Binjai dan Simalungun, serta masing-masing 2 kasus dari Pematang Siantar, Langkat dan Karo. Selanjutnya, masing-masing 1 orang dari Tebingtinggi, Sibolga, Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, Labuhanbatu Utara dan luar Sumut,” papar dia.
Untuk penderita Covid-19 yang meninggal dunia, lanjut Aris, terdapat penambahan sebanyak 3 orang sehingga angkanya naik menjadi 629 orang. Ketiganya masing-masing berasal dari Medan 2 orang dan 1 dari Serdang Bedagai. “Dari jumlah tersebut, kasus aktif atau penderita Covid-19 saat ini sebanyak 2.052 orang,” jelasnya.
Penambahan juga terjadi pada kasus suspek sebanyak 16 orang, sehingga kini menjadi 664 orang. “Penambahan terbanyak didapatkan dari Kota Medan dengan 12 orang, Pakpak Bharat 3 orang dan Pematang Siantar 2 orang. Kemudian, penurunan 1 kasus didapatkan dari Kabupaten Tapanuli Utara,” tandasnya. (ris)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tragedi banjir bandang yang menerjang Perumahan De Flamboyan, Tanjung Selamat, Medan Sunggal, Jumat (4/12) dinihari lalu, memakan korban 11 orang.
Ilustrasi
Lima ditemukan tewas pada Jumat pagi, dan 6 lainnya dinyatakan hilang. Seorang balita yang sempat hilang terseret arus, ditemukan Tim SAR di Pantai Bokek, Minggu (6/12) siang dalam kondisi tewas.
Danru Kantor SAR Medan, Jiko Purba mengatakan, jasad balita itu ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB. Usianya diperkirakan 2 tahun lebih. “Pencarian dimulai dari jembatan Pantai Bokek menggunakan perahu karet menyusuri sungai. Lebih kurang 1 kilometer dari awal kita melakukan pencarian, tim menemukan korban yang berada di pinggir sungai dekat dengan kebun pisang,” ungkap Jiko, Minggu (6/12).
Kata Jiko, pada saat dievakuasi, jasad balita itu dalam keadaan utuh dengan pakaian lengkap. “Masih pakai baju dan celana. Tapi, untuk identitasnya kita serahkan kepada pihak kepolisian,” ucapnya.
Dengan penemuan jasad ini, berarti sudah 6 korban yang ditemukan. Masih tersisa lima korban lainnya. “Tim terus bekerja melakukan pencarian, mari bantu doa semoga cepat ditemukan,” tandasnya.
Plt Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis menyampaikan, ada lima korban meninggal dunia akibat banjir yang terjadi Jumat (4/12) dini hari, sekitar pukul 00.30 WIB. Satu korban hilang sudah ditemukan dan sedang dirawat di Rumah Sakit. Sedang seorang balita sudah ditemukan.
“Basarnas bekerja mulai pukul 7 pagi sampai pukul 6 sore. Setiap hari hingga tujuh hari ke depan sesuai SOP. Lebih dari tujuh hari maka dinyatakan hilang,” katanya.
Menurut keterangan Kepala Desa Tanjung Selamat Nuraidi, sudah ada empat korban tewas yang berhasil diidentifikasi. Mereka adalah kakak beradik Juwita Simanjuntak (29), Arista Simanjuntak (24), Nur Fitri (24) dan satu laki-laki Satria Eka Winarya (18). Nuraidi menyebutkan bahwa Juwita dan Arista merupakan kakak beradik satu rumah.
“Informasi nya mereka seperti itu (kakak beradik), karena mereka satu rumah dan anak kecil 3 tahun yang dibawa mereka. Kemungkinan anak Juwita karena itu yang sudah menikah yang lain masih gadis,” tuturnya, Sabtu (5/12).
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Medan, H Ihwan Ritonga meminta Pemko Medan, dalam hal ini BPBD Kota Medan untuk terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan para Stakeholder, dalam hal ini TNI/Polri dan pihak-pihak lainnya guna mencari keberadaan orang-orang yang dinyatakan hilang.
“Mereka yang masih dinyatakan hilang harus dicari sampai ketemu. Inilah bentuk kemanusiaan yang sesungguhnya. Lalu kita juga minta kepada Pemko Medan agar tetap membuka posko untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana, khususnya dapur umum hingga kondisi benar-benar kondusif,” kata Ihwan.
Pimpinan DPRD Medan asal Fraksi Partai Gerindra ini juga menekankan kepada Pemko Medan agar setiap warga yang telah kembali ke rumahnya masing-masing karena kondisi banjir di rumahnya yang telah surut, untuk tetap diperhatikan. Khususnya untuk tindakan pencegahan agar tidak terjadi peristiwa yang serupa kepada para korban.
Selanjutnya, BPBD Kota Medan juga harus bisa mengatur langkah yang strategis dalam melakukan evakuasi terhadap korban apabila masih terjadi bencana. “Harapan kita jangan lagi ada bencana seperti itu. Tapi begitu pun, kita harapkan ada langkah deteksi yang lebih awal dari pemerintah. Sebab bila bisa di deteksi lebih awal, maka besar kemungkinan para korban banjir akan lebih cepat mendapatkan pertolongan hingga akan lebih banyak yang tertolong,” lanjutnya.
Proses pencarian korban dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas Medan, mulai BPBD Pemprov Sumut, Arhanud, Koramil, Tagana, Kelompok Penggemar Kegiatan di Alam Bebas, Sangkala, Medan Rescue dan Partai Keadilan Sejahtera.
Peringatan BMKG
Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi banjir dan tanah longsor di Sumatera Utara masih akan terjadi dalam dua hari ke depan. Banjir di Kota Medan terjadi setelah Sungai Deli meluap dan menggenangi ratusan rumah warga.
Prakirawan cuaca di Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I-Medan Utami Al Khairiyah menjelaskan, siklon tropis di lapisan atmosfer wilayah Sri Lanka kini telah berubah menjadi tekanan rendah di Teluk Benggala. Kondisi tersebut, menurutnya, akan berpotensi mendatangkan hujan ke wilayah Sumatera Utara.
Wilayah yang diprediksi akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan disertai petir dan angin kencang adalah kawasan pantai timur, lereng pegunungan, lereng barat, dan pantai barat Sumatera Utara.
“Bila hujan turun dengan intensitas ringan hingga sedang di hulu DAS (daerah aliran sungai) dan berlangsung lama, maka pasti wilayah hulu sungai di pesisir baik barat maupun timur Sumut seperti Medan akan banjir,” katanya. (ris/map/bbs)
KUNJUNGI
Gubernur Sumut
Edy Rahmayadi meninjau jembatan Tuntungan yang terkikis Sungai Belawan, Sabtu (5/12). Gubsu mengatakan, jembatan akan segera dibenahi. Gubsu
didampingi Ketua TP PKK Sumut, Nawal Lubis juga mengunjungi lokasi terdampak banjir di Perumahan De Flamboyan, Desa Tanjung Selamat, Kabupaten Deliserdang.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Manajemen Sumber Daya Air, Firdaus Ali menilai, penyebab banjir besar yang melanda Kota Medan pada Kamis malam (3/12) dikarenakan kondisi tata ruang, tata kelola sumber daya air dan sistem drainase kota yang buruk.
KUNJUNGI
Gubernur Sumut
Edy Rahmayadi meninjau jembatan Tuntungan yang terkikis Sungai Belawan, Sabtu (5/12). Gubsu mengatakan, jembatan akan segera dibenahi. Gubsu
didampingi Ketua TP PKK Sumut, Nawal Lubis juga mengunjungi lokasi terdampak banjir di Perumahan De Flamboyan, Desa Tanjung Selamat, Kabupaten Deliserdang.
“Contohnya saja ketika hujan sudah berhenti, sungai masih bisa menampung debit air. Tetapi air yang merendam pemukiman belum juga surut. Ini menunjukkan bahwa sistem drainasenya sangat jelek sekali,” katanya yang dihubungi wartawan dari Medan, Minggu (6/12).
Menurut dia, penataan jaringan drainase Kota Medan yang merupakan tanggung jawab pemerintah kota, sudah sangat mendesak dan harus diprioritaskan untuk melindungi warga dari ancaman banjir dan genangan.
“Ini tata dan pola pemanfaatan ruang Kota Medan salah implementasi. Pemerintah kota harus betul-betul serius dan kerja keras membenahinya, jangan lagi menunggu bencana datang lagi baru kemudian saling menyalahkan,” ujarnya.
Pemkot Medan harus proaktif melakukan pendekatan dan koordinasi dengan pemda sekitar (Kabupaten Deliserdang, Karo, dan Simalungun) yang merupakan daerah hulu dari 9 sungai yang melewati Kota Medan.
Tidak kalah penting adalah kemampuan melobi dan meyakinkan Pemerintah Pusat untuk memberikan bantuan teknis, karena kemampuan fiskal Pemkot Medan sangat terbatas untuk bisa mengatasi masalah banjir di Kota Ketiga Terbesar di Indonesia ini.
Selain tata ruang dan sistem drainase, kata dia, banjir di Kota Medan akibat belum selesainya pembangunan Bendungan Lau Simeme yang berlokasi di Desa Kuala Dekah, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten DelisSerdang.
Firdaus yang juga merupakan Wakil Presiden Dewan Air Asia ini, mengatakan, Bendungan Lau Simeme ini merupakan salahsatu alternatif untuk mengatasi permasalahan tata kelola air, khususnya banjir di Kota Medan. Karena bendungan yang didisain memiliki kapasitas tampung 22 juta meter kubik itu, jika selesai nantinya bisa mengurangi 60 persen beban air limpasan (banjir) yang selama ini selalu mengancam Kota Medan.
“Bendungan Lau Simeme ini merupakan solusi yang disiapkan oleh Pemerintah Pusat. Namun, hingga saat ini realisasi pembangunannya baru sekitar 20 persen disebabkan oleh masalah pembebasan lahan/tanah yang merupakan kewajiban/tanggung jawab pemerintah daerah. Padahal kalau bendungan ini selesai, 60 persen beban banjir di Medan bisa kita atasi,” tandas pakar tata kelola air perkotaan dari Universitas Indonesia ini.
Diketahui, banjir merendam rumah yang didiami 1.983 KK atau 5.965 jiwa yang tersebar di 7 kecamatan Kota Medan. Adapun 7 kecamatan terendam banjir yakni Kecamatan Medan Maimun, Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Baru, Medan Petisah dan Medan Polonia.
Banjir disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur sejak Kamis. Kondisi tersebut diperparah dengan meluapnya air dari sejumlah sungai yang berada di Kota Medan. (ris)
KUNJUNGI: Gubernur Sumut Edy Rahmayadi didampingi Ketua TP PKK Sumut, Nawal Lubis saat mengunjungi posko pengungsian korban terdampak banjir di Arhanudse Tanjung Selamat, Sabtu
(5/12).
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang yang menerjang di Kota Medan dan sekitarnya sejak Jumat (4/12) dini hari lalu belum sepenuhnya surut. Pasalnya, hujan kembali mengguyur sejak Sabtu (5/12) malam hingga Minggu (6/12) dini hari. Sebanyak lima ruas sungai di kota Medan, yakni Sungai Sunggal, Deli, Sikambing, Babura, dan Denai, mengalami kenaikan Tinggi Muka Air Daerah Aliran Sungai (TMA-DAS) hingga 1,2 meter. Untuk mengatasi banjir, normalisasi sungai-sungai mesti direalisasi secepatnya.
KUNJUNGI: Gubernur Sumut Edy Rahmayadi didampingi Ketua TP PKK Sumut, Nawal Lubis saat mengunjungi posko pengungsian korban terdampak banjir di Arhanudse Tanjung Selamat, Sabtu
(5/12).
LAPORAN diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Kota Medan kembali diguyur hujan sejak Sabtu (5/12) sore pukul 16.00 WIB hingga malam. Akibatnya, debit air dalam jumlah cukup besar yang disebabkan oleh hujan di hulu, menyebabkan debit air lima sungai meningkat tajam.
“Status TMA-DAS Kota Medan pada Sabtu malam, DAS Sunggal naik sekitar 100 cm DAS Babura naik sekitar 100 cm, DAS Deli naik sekitar 110 cm, DAS Denai naik sekitar 120 cm dan DAS Sei Sikambing naik sekitar 100 cm,” ucap Sekretaris BPBD Medan, Nurli, kepada Sumut Pos, Minggu (6/12) pagi.
Sebanyak 10 Kecamatan dan 18 Kelurahan pun terkena dampak banjir akibat hujan yang terjadi. Adapun 10 Kecamatan yang dimaksud yakni di Kecamatan Medan Helvetia Kelurahan Tanjung Gusta warga terdampak sebanyak 1.504 KK dan 6.130 jiwa, dengan 692 rumah terendam banjir. Di Kelurahan Cinta Damai warga terdampak 1.011 KK dan 4.167 Jiwa, dan 381 rumah terendam.
Di Kecamatan Medan Petisah, Kelurahan Petisah Tengah sebanyak 139 Kkdan 695 jiwa serta 81 rumah terdampak.
Di Kecamatan Medan Polonia Kelurahan Polonia sebanyak 59 KK terdampak dan 295 jiwa terdampak banjir, dan 50 rumah terendam banjir.
Di Kecamatan Medan Baru, Kelurahan Padang Bulan sebanyak 50 KK dan 256 Jiwa serta 47 rumah terdampak. Di Kelurahan Titi Rante sebanyak 112 KK dan 525 jiwa dan 77 rumah terdampak.
Di Kecamatan Medan Selayang, Kelurahan Beringin sebanyak 80 KK dan 494 jiwa dengan 70 rumah terdampak.
Di Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Besar sebanyak 250 KK dan 1.032 jiwa dan 70 rumah terdampak.
“Untuk 6 kecamatan yang disebutkan tadi, terakhir informasi yang kita dapatkan kondisi banjir sudah mengalami penurunan secara berkala. Sebagian warga sudah mulai kembali ke rumah masing-masing. Untuk kecamatan ke-7, yaitu Medan Tuntungan, khususnya di Kelurahan Tanjung Selamat, banjir berdampak pada 167 KK, 877 jiwa, dan 150 rumah. Tapi alhamdulillah, kondisi saat ini di sana banjirnya sudah mengalami penurunan total,” rincinya.
Ke-8, Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan terdampak pada 73 KK, 377 jiwa dan 68 rumah. “Laporan terakhir, hingga Minggu pagi air masih menggenangi rumah warga dengan ketinggian ±60-85 cm, namun terus mengalami penyurutan,” kata Nurli.
Di kecamatan ke-9, yakni Medan Maimun, banjir berdampak pada 6 kelurahan, yakni Kelurahan Kampung Baru sebanyak 490 KK dan 1.790 jiwa, dengan 441 rumah. Di Kelurahan Hamdan berdampak pada 463 KK, 1.737 jiwa dan 417 rumah. Di Kelurahan Sei Mati, berdampak pada 830 KK, 2.490 jiwa, dan 747 rumah. Kemudian di Kelurahan Aur berdampak pada 644 KK, 1.946 Jiwa, dan 580 rumah. Di Kelurahan Sukaraja berdampak pada 143 KK, 732 jiwa, dan 129 rumah. Kemudian di Kelurahan Jati berdampak pada 10 KK, 33 Jiwa, dan 9 rumah.
“Pada 6 Kelurahan di Kecamatan Medan Maimun tersebut, hingga Minggu pagi, kondisi banjir masih menggenangi rumah warga dengan ketinggian air ±60 cm hingga 100 cm, dan terus mengalami penyurutan,” lanjut Nurli.
Khusus untuk Kecamatan ke-10, yakni Medan Johor yang dilintasi dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura, hingga Minggu dini hari debit air di Sungai Deli masih cukup tinggi. Banjir menggenangi wilayah beberapa kelurahannya, seperti Kel Gedung Johor berdampak pada 153 KK, 791 jiwa, dan 140 rumah.
“Kondisi terakhir di Minggu dini hari, banjir masih menggenangi rumah warga dengan ketinggian air sekitar 60-100 cm, dan terus mengalami penyurutan,” kata Nurli lagi.
Sementara itu untuk wilayah Kecamatan Medan Johor yang dilintasi Sungai Babura mengalami penurunan banjir. Air sudah tidak menggenangi wilayah kelurahan Kwala Bekala yang sempat berdampak pada 215 KK, 1.045 jiwa dan menggenangi 203 rumah. Kondisi banjir sudah mengalami penurunan. Dan sebagian warga sudah mulai kembali ke rumah masing-masing.
“Total yang terdampak banjir tersebut ada sebanyak 6.393 KK, 25.412 jiwa, dan 3.605 rumah, yang tersebar di 10 kecamatan dan 18 kelurahan di Kota Medan,” jelasnya.
BPBD Kota Medan beserta stakeholder terkait, yakni TNI/ Polri, PMI dan Relawan Kemanusiaan terus memantau di seputaran DAS hingga situasi aman dan terkendali di lokasi banjir sembari mencari 2 orang yang dinyatakan hilang.
“Pusdalops BPBD juga terus memantau dan melakukan pengecekan serta pendataan di lapangan untuk menginventarisir kerusakan sarana prasarana. Aparat gabungan juga bersama-sama mengatasi dampak akibat bencana,” tutupnya.
Normalisasi Sungai
Penanganan korban dan pembenahan menjadi fokus utama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam menyikapi bencana banjir yang melanda kawasan Medan, Binjai, dan Deliserdang atau Mebidang, selama 3 hari terakhir.
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, mengatakan, akan segera melakukan normalisasi Sungai Belawan yang sekian lama mengalami pendangkalan. Kemudian, perlu adanya evaluasi terkait exact location (lokasi yang tepat) sungai, lantaran ada perbedaan yang ditemukan dalam peta dan kondisi sebenarnya.
“Kalau kita lihat di Google Maps, aliran sungai seharusnya melengkung. Namun, ada aliran yang tidak difungsikan, sehingga hanya bertumpu pada aliran Sungai Belawan. Tampungan debit air yang bertambah ini tidak dapat dibendung. Setiap dua tahun air naik ke perumahan, tetapi tidak sampai banjir seperti ini. Saya bersama BWS pusat dan Kementerian PUPR akan memastikan penyebab dan solusinya,” kata Edy didampingi Ketua TP PKK Sumut, Nawal Lubis, saat meninjau kembali ke pemukiman warga terdampak banjir di Perumahan De Flamboyan, Desa Tanjung Selamat, Deli Serdang, Sabtu (5/12).
Edy mengatakan, hujan di gunung menjadi pemicu naiknya debit air sungai-sungai Medan dan sekitarnya. Namun, menurut Edy selama bendungan berfungsi dengan baik dan kawasan DAS tidak diganggu, seharusnya tidak akan bermasalah.
“Untuk itu, ke depan ini menjadi evaluasi. Fokus kita bukan hanya perlu perbaikan tanggul sungai, tetapi juga mengembalikan fungsi sungai-sungai seperti sedia kala. Jangan dirusak dan diganggu, pastinya rakyat makmur,” pesan Edy.
Senada, Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting mendesak BWSS II segera melakukan pengerukan beberapa DAS di kawasan Medan dan Deliserdang, sebab sudah puluhan tahun mengalami kedangkalan.
“Beberapa alur sungai di hilir kawasan Medan dan Deliserdang sudah mengalami pendangkalan bertahun-tahun. Itu yang mengakibatkan banjir menenggelamkan ratusan rumah Jumat dinihari kemarin,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (6/12).
Akibat pendangkalan itu, dia, air bah dari hulu sungai tidak mampu ditampung sungai-sungai yang berada di hilir. Akibatnya air meluap dan membanjiri permukiman warga.
“Kita minta BWSS II lebih serius menangani persoalan banjir di DAS di kawasan hilir Medan dan Deliserdang. Masalah pendangkalan sungai ini sudah kerap kita ingatkan ke BWSS II sesuai kewenangannya,” tegasnya.
Politisi PDIP itu mengatakan, masalah bencana banjir yang berulang terjadi, sudah sangat dikeluhkan masyarakat. Misalnya DAS Simalingkar memasuki wilayah Kota Medan dan Deliserdang, sering arus air dari Sungai Babura meluap banjir menerjang rumah-rumah penduduk. “Sungai Babura atau Sungai Sunggal di hilir, tidak mampu menampung air bah datang dari hulu, terutama pada saat hujan terus menerus,” katanya.
Dia mencontohkan Sungai Babura di kawasan Kwala Bekala hingga Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang saat ini , ketinggian tebing sungai sudah mendekati badan jalan umum. Tanggul tebing sungai juga sudah tergerus air, mengakibatkan terjadi pengikisan tebing sungai. Dampaknya, sungai bertambah dangkal akibat longsoran tanah tebing sungai.
“Kita juga minta BWSS II segera membangun semua tanggul-tanggul atau bronjong sungai, baik yang rusak maupun belum memiliki tanggul. Ini demi keselamatan masyarakat, tidak hanya yang tinggal dekat bantaran sungai, tapi juga yang berada jauh dari sungai,” katanya.
BWSS II juga diminta segera berkoordinasi dengan Pemko Medan, Pemkab Deliserdang dan Pemprovsu, karena wilayah yang terkena banjir secara administrasi berada pada dua pemda tersebut. Sementara untuk DAS, berada dalam pengawasan dan tanggungjawab BWSS II.
“Masing-masing pihak hendaknya mengesampingkan egosentris kedaerahan dan duduk bersama mencari solusi demi kepentingan masyarakat Sumut. Persoalan banjir ini tanggungjawab kita bersama. Harus ada terobosan yang luar biasa dilakukan. Kalau tidak, persoalan banjir ini tidak akan terselesaikan. Lakukan teknis pemetaan permasalahannya dan teknis pemecahan masalahnya,” pungkasnya.
Wakil Ketua DPRD Medan, H Ihwan Ritonga, juga mengatakan hal serupa. Meski kondisi banjir kali ini lebih didasari adanya hujan di hulu, ia tetap mengingatkan Pemko Medan —dalam hal ini Dinas PU Kota Medan— untuk tetap memperhatikan dan melakukan normalisasi terhadap drainase-drainase yang ada di Kota Medan, khususnya untuk wilayah yang memang sering mengalami kebanjiran.
“Terlepas dari apapun sebab banjir kemarin, Pemko Medan tetap harus fokus kepada normalisasi drainase, mengingat ini sudah masuk musim hujan. Intensitas hujan yang tinggi tentu akan berdampak bagi kemungkinan terjadinya banjir di Kota Medan, baiknya fungsi drainase setidaknya bisa meminimalisir terjadinya kemungkinan banjir di Kota Mesan akibat curah hujan yang tinggi,” pungkasnya.
Pembenahan Pasca Banjir Lancar
Saat meninjau kembali pemukiman warga terdampak banjir, Sabtu (5/12), di Perumahan De Flamboyan, Desa Tanjung Selamat, Deliserdang, Gubsu Edy Rahmayadi didampingi Ketua Tim Penggerak (TP) PKK, Nawal Edy Rahmayadi, menyempatkan diri menyapa para pengungsi di Arhanudse Tanjung Selamat. Mereka juga membagikan makanan dan menyampaikan rasa prihatin dan mengajak warga untuk tabah dalam menghadapi bencana banjir.
Gubernur Edy saat ditemui usai peninjauan menyampaikan, akan memastikan proses pembenahan dan evakuasi barang-barang milik warga pascabanjir, berjalan lancar.
Pembenahan khususnya akses dan fasilitas publik salahsatunya Jembatan Tuntungan yang terkikis Sungai Belawan agar segera dibenahi.
Tampak di lapangan tim gabungan TNI/Polri, BPBD Sumut dan relawan bahu-membahu membersihkan rumah-rumah warga dari tumpukan lumpur yang masuk ke dalam rumah. Selain itu, evakuasi lanjutan juga dilakukan terhadap kendaraan warga yang sebelumnya terbenam dan terbawa arus banjir.
Tidak hanya itu, alat berat juga dikerahkan untuk membersihkan jalanan dari lumpur dan pepohonan yang dibawa arus dan menghalangi jalan. Mobil dan sepeda motor berseliweran di antara warga yang ingin kembali ke rumah untuk membersihkan rumah, relawan pembawa bantuan, para sanak saudara yang ingin melihat kondisi keluarga masing-masing.
Plt Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis, menyampaikan, sejauh ini penanganan dan evakuasi berjalan lancar. Jumlah pengungsi di kawasan Binjai terdapat sekitar 3.300 orang lebih, kantor BPBD sekitar 700 orang, Tanjung Selamat 343 orang, Medan ada 3.000 orang lebih.
“Tapi sebagian ada yang sudah pulang. Kecukupan logistik di posko, dapur umum semua tersedia,” tutupnya.
Poldasu Dirikan 6 Posko
Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) juga melakukan turut terlibat dalam penanggulangan bencana banjir di Lingkungan X, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, sejak Sabtu (5/12) malam.
“Ada 6 titik tempat pengungsian yang didirikan Polda Sumut bersama Sat Brimob Polda Sumut. Posko menampung sedikitnya 462 KK pengungsi bencana banjir, di antaranya Gedung Bhayangkari Daerah Sumut, Jalan Letjend Suprapto, Sanggar Silaturrahmi Jalan Badur Atas, Eks Taman Lili Suryani Jalan Palang Merah, Samping Bakso Amat Jalan Juanda, Masjid Al Husnah (belakang Kantor Lurah Hamdan) Jalan Pacar dan Jalan Teratai Pasiran,” kata Kabid Humas Polda Sumut KBP Tatan Dirsan Atmaja SIK kepada, Minggu (6/12).
Tatan menjelaskan, halaman dan Aula Gedung Bhayangkari Polda Sumut Jalan Letjend Suprapto Kecamatan Medan Maimun telah digunakan sebagai tempat pengungsian sementara sekitar 70 KK warga Lingkungan X Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun. Disediakan satu tenda milik Brimob Polda Sumut dan 1 tenda dari BPBD Kota Medan.
“Untuk saat ini sementara waktu Kantor Bhayangkari menjadi tempat mengungsi sekitar 70 KK warga Medan Maimun. Selebihnya disebar di beberapa titik lokasi pengungsian yang sudah disediakan,” katanya.
Selain menyiapkan tempat pengungsian, terang Tatan, Polda Sumut juga menyiapkan persediaan air minum dan turut menyiagakan personel untuk berjaga di sekitar lokasi banjir. “Ini sebagai antisipasi manakala debit air semakin bertambah,” pungkasnya. (map/prn/mag-1)
DIGIRING: Menteri Sosial Juliari Batubara digiring petugas usai pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Minggu (6/12/2020).Johan Tallo/ Liputan6.com
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara (JPB) selama 20 hari. Juliari ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan suap bantuan sosial (bansos) penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) Juliari diduga menerima fee sebesar Rp 10 ribu per paket sembako senilai Rp 300 ribu.
DIGIRING: Menteri Sosial Juliari Batubara digiring petugas usai pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Minggu (6/12/2020).Johan Tallo/ Liputan6.
Selain Juliari, KPK juga menjerat Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) di Kemensos. Dua orang lainnya sebagai pemberi yakni Ardian IM dan Harry Sidabuke. Keduanya dari pihak swasta
“Untuk kepentingan penyidikan, maka KPK telah melakukan penahanan kepada dua orang tersangka tersebut selama 20 hari terhitung mulai 6 sampai 25 Desember 2020,” ujar Ketua KPK Firli Bahuri, dalam konferensi pers di KPK, Minggu (6/12).
Firli mengatakan, Juliari akan ditahan di rumah tahanan negara KPK cabang Pomdam Jaya Guntur. Sedangkan, AW ditahan di rumah tahanan negara Polres Jakarta Pusat. Juliari dan AW juga akan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari di rumah tahanan negara cabang KPK di Gedung Pusat Pendidikan Anti Korupsi KPK Kavling C-1.
“Saat ini karena kita masih dalam kondisi Covid-19, maka terhadap dua tersangka tersebut sebelum ditahan akan dicek kesehatan, khususnya memastikan bebas Covid-19,” kata Firli.
Penetapan Juliari sebagai tersangka merupakan tindak lanjut dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK yang dilakukan pada Sabtu (5/12) dini hari. Dalam OTT tersebut, KPK mengamankan enam orang. Keenam orang itu adalah MJS, direktur PT TPAU berinisial WG, AIM, HS, seorang sekretaris di Kemensos berinisial SN, dan seorang pihak swasta berinisial SJY. Sementara itu, dua orang lainnya ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap, yaitu AIM dan HS.
Firli mengatakan, Juliari menyerahkan diri ke penyidik KPK pada Minggu (6/12) dini hari sekitar pukul 02.50 WIB. Ternyata Juliari berada di luar kota saat OTT KPK berlangsung.
Sedangkan AW menyerahkan diri kepada penyidik KPK pada pukul 09.00 WIB.
KPK langsung menyegel beberapa lokasi terkait kasus dugaan suap pengadaan bansos tersebut. Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri menyebut, tim penyidik sudah menyegel lima lokasi untuk kemudian dilakukan penggeledahan. Namun Ali tak membeberkan kelima lokasi yang disegel terkait kasus yang menjerat Juliari Batubara. “Ada lima lokasi yang sudah di-KPK line,” kata Ali Fikri saat dikonfirmasi, Minggu (6/12).
Jatah Juliari Rp 17 Miliar
Proyek bansos Covid-19 berupa paket sembako Rp 300.000 di Kemensos tahun 2020 yang bernilai total sekitar Rp 5,9 triliun, diduga dikorupsi sebesar Rp 20,8 miliar. Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara diduga mendapat fee dari proyek tersebut Rp 17 miliar.
Diketahui ada total 272 kontrak yang dilaksanakan dalam 2 periode. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan bahwa dari periode pertama terkumpul Rp 12 miliar dan Juliari menerima Rp 8,2 miliar secara tunai. “Diduga diterima fee Rp 12 miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh MJS kepada JPB melalui AW dengan nilai sekitar Rp 8,2 miliar,” kata Firli Bahuri.
Sementara pada periode kedua pelaksanaan bansos sembako, yakni dari Oktober sampai Desember 2020, terkumpul uang sekitar Rp 8,8 miliar. “Itu juga diduga akan dipergunakan untuk keperluan JPB,” tambah Firli. Sehingga, total fee terkumpul dari proyek ini adalah Rp 20,8 miliar dengan Rp 17 miliar untuk jatah Juliari.
KPK tidak menjelaskan peruntukkan Rp 3,8 miliar dari total nilai fee di periode pertama.
Adapun KPK telah menetapkan Juliari dan empat orang lain sebagai tersangka. Juliari ditetapkan sebagai tersangka penerima suap bersama Matheus Joko Santoso (MJS) dan Adi Wahyono (AW).
Hal tersebut merupakan buntut dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK yang dilakukan pada Sabtu (5/12) dini hari. Dalam OTT tersebut KPK mengamankan enam orang. Keenam orang itu adalah MJS, direktur PT TPAU berinisial WG, AIM, HS, seorang sekretaris di Kemensos berinisial SN, dan seorang pihak swasta berinisial SJY.
Dari OTT tersebut, KPK mengamankan uang dengan jumlah Rp 14,5 miliar dalam berbagai pecahan mata uang yaitu Rp 11, 9 miliar, 171,085 dolar AS (setara Rp 2,420 miliar) dan 23.000 dolar Singapura (setara Rp 243 juta). S
Dua orang lainnya ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap, yaitu Ardian I M (AIM) dan Harry Sidabuke (HS).
Sebelum melakukan aksinya, Ardian dan Harry menyiapkan uang untuk ketiga pejabat Kemensos itu di salah satu apartemen di Jakarta dan di Bandung. Uang disimpan di dalam 7 koper, 3 tas ransel dan amplop kecil yang jumlahnya sekitar Rp14, 5 miliar.
Juliari diduga melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang (UU) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Sementara, MJS dan AW disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 dan Pasal 12 (i) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Kemudian, selaku pemberi suap, yaitu AIM dan HS, disangkakan melanggar Pasal 5 Ayat (1) huruf atau Pasal 5 Ayat (1) huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Jokowi Takkan Lindungi Koruptor
Presiden Joko Widodo menyatakan tak bakal melindungi pejabatnya yang terlibat korupsi. Hal itu disampaikan Jokowi menanggapi penetapan tersangka pembantunya, Menteri Sosial Juliari Batubara, oleh KPK.
“Saya tidak akan melindungi yang terlibat korupsi!” kata Jokowi dengan nada tegas lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (6/12).
Kata Jokowi, ia tak pernah bosan mengingatkan para menterinya beserta seluruh pejabat di Indonesia agar tidak korupsi. Terlebih lagi, kasus korupsi kali ini terkait bantuan sosial (bansos) yang sangat diperlukan masyarakat dalam penanganan Covid-19.
Ia pun menyerahkan sepenuhnya proses hukum yang berlangsung kepada KPK. Jokowi yakin lembaga antirasuah tersebut akan bekerja secara transparan dan profesional. “Oleh sebab itu juga berulang kali saya juga mengingatkan ke semua pejabat negara, baik itu menteri, gubernur, bupati, dan wali kota, dan semua pejabat untuk hati-hati dalam menggunakan uang dari APBD kabupaten/kota, APBD provinsi, dan APBN. Itu uang rakyat,” tutur Presiden.
Untuk sementara, Jokowi menunjuk Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) sebagai Menteri Sosial Ad Interim untuk menggantikan tugas Juliari.
Untuk diketahui, Juliari merupakan menteri kedua di Kabinet Indonesia Maju yang tersangkut kasus korupsi. Sepekan sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ditangkap KPK dalam kasus korupsi izin ekspor benih lobster. (kps/net)
KONFERENSI PERS: Kapolres Sergai AKBP Robin Simatupang gelar konferensi pers terkait penangkapan daun ganja seberat 14.2 Kg dan sabu.
SERGAI, SUMUTPOS.CO – Satuan Reserse Narkoba Polres Serdang Bedagai (Sergai) menggagalkan peredaran daun ganja seberat 14,2 Kg dari tersangka Musyafar alias Jafar (40) warga Dusun IV Mesjid Desa Nenassalam, Kecamatan Medangderas Kabupaten Batubara.
KONFERENSI PERS: Kapolres Sergai AKBP Robin Simatupang gelar konferensi pers terkait penangkapan daun ganja seberat 14.2 Kg dan sabu.
Kapolres Serdang Bedagai AKBP Robin Simatupang dalam konfrensi persnya menjelaskan penangkapan tersangka Musyafar alias Jafar berdasarkan informasi dari masyarakat tentang pelaku akan melakukan transaksi ganja di Desa Seijenggi Kecamatan Perbaungan.
“Dilakukan Penyelidikan, petugas berhasil melakukan penangkapan kepada tersangka dan barang bukti daun ganja seberat 14,2 Kg berada di bawah bangku mobil Inova BK 1949 GD,” kata AKBP Robin saat Konferensi Pers, dihalaman Mapolres Sergai, Sabtu (5/12).
AKBP Robin juga menjelaskan dari penangkapan tersangka Jafar, polisi melakukan pengembangan dan meringkus tersangka Wardok (51) warga Kota Medan.
Selain mengamankan daun Ganja, Polres Serdang Bedagai juga mengungkap peredaran sabu-sabu dengan, tersangka Afrijal Piliang alias Kojek (32) warga Dusun VIII Desa Pelintahan Sei Rampah Sergai, M Padli als Padli (28)warga Dusun II Desa Nagur Tanjung Beringin. Serta Anisa Ramadhani alias Nisa (25) warga Dusun V Desa Pelintahan Seirampah, Sergai.
Ketiganya ditangkap di Dusun VIII Desa Pelintahan dan diamankan barang bukti sabu-sabu seberat 6,6 gram.
Selanjutnya, tersangka M Yusuf (33) warga Jalan Bakti Lalang Rambutan, Tebingtinggi dengan barang bukti 18,8 gram sabu-sabu.
“Ancaman hukuman penjara tersangka paling singkat 6 tahun paling lama 20 tahun dan denda maksimal Rp1 miliar,” pungkas kapolres. (bbs/azw)
BARANG BUKTI: Tersangka Bram beserta barang bukti saat diamankan Polsek Lubukpakam.
LUBUKPAKAM, SUMUTPOS.CO – Tekab Unit Reskrim Polsek Lubukpakam Polresta Deliserdang menangkap Khairul Tabri alias Bram (40) di depan Kantor Dinas Kehutanan Deliserdang, Lubukpakam, Sabtu (5/12) sekira pukul 22.50 WIB.Residivis yang bekerja mocok-mocok warga Jalan Tamrim Kelurahan Syahmad, Kecamatan Lubukpakam, Kabupaten Deliserdang itu ditangkap usai mencuri besi pagar milik Dinas Kehutanan.
BARANG BUKTI: Tersangka Bram beserta barang bukti saat diamankan Polsek Lubukpakam.
Informasi di kepolisian menyebutkan, saat itu, Supriatin (48) penjaga malam di Dinas Kehutanan melakukan pengintaian, karena tiga hari belakangan pagar besi milik Dinas Kehutanan kerap hilang. Utusan Dinas Kehutanan kemudian membuat laporan ke Polsek Lubukpakam Polresta Deliserdang sesuai LP/ 63/XII/2020/SU/RESTA DS/SEK Lubukpakam dengan kerugian berkisar Rp6 juta.
Mendapat laporan pengaduan dari Supriatin, Tekab Unit Reskrim Polsek Lubukpakam dipimpin Kanit Reskrim Iptu Randy Anugrah STrk bersama beberapa personel melakukan penyelidikan.
Sabtu (5/12) malam, Tekab Polsek Lubukpakam mendapat informasi bahwa pelaku akan melakukan aksi pencurian lagi di tempat yang sama di Dinas Kehutanan Pemkab Deliserdang.
Tim pun berangkat ke lokasi dan menangkap Khairul Tabri usai melakukan aksi pencurian lagi. Guna pemeriksaan, Khairul Tabri berikut barang bukti satu unit becak bermotor, satu unit pagar yang baru dicuri, satu unit pahat, satu unit tali tambang diangkut ke komando.
Kapolsek Lubukpakam, AKP Hendri Yanto Sihotang SH mengatakan, hasil introgasi terhadap pelaku Khairul Tabri alias Bram mengakui perbuatannya mencuri pagar besi dengan merusak menggunakan pahat. Selanjutnya dilepas lalu dibawa dengan menggunakan becak bermotor. “Aksi ini sudah tiga kali dilakukannya,” ujar Kapolsek Lubukpakam.
Sebelumnya, tersangka pada tahun 2000 terjerat kasus pengganiayan dan menjalani hukuman di Lapas Kelas IIB Lubukpakam. Usai bebas, kemudian pada Tahun 2003, tersangka kembali terjarat kasus pencurian sepeda motor menjalani hukuman di Lapas Kelas IIB Lubukpakam. Selanjutnya pada Tahun 2017 tersangka kembali melakukan kejahatan dengan melakukan pencurian di rumah dan menjalani hukuman di Lapas Kelas IIB Lubukpakam. (bbs/azw)