LUBUKPAKAM, SUMUTPOS.CO – Becak bermotor yang ditumpangi 6 pelajar MTsN 2 Lubukpakam bertabrakan dengan mobil Toyota Avanza di kawasan Perkantoran Pemkab Deliserdang, Jumat (29/11), sekira pukul 12.00 WIB.
Kecelakaan ini membuat keenam pelajar mengalami luka dan dilarikan ke RSUD Deliserdang, serta Rumah Sakit Grand Medistra.
Dari informasi yang dihimpun, keenam pelajar tersebut, yakni Azwin, Rahmat, Riski, Zaki, Haidar, dan Fadil, menumpangi betor Honda Win 100 BK 2657 MT, yang dikendarai Irul (40), warga Kelurahan Syahmad, Kecamatan Lubukpakam, Kabupaten Deliserdang.
Menurut Irul, betornya berjalan pelan melintas dari belakang Kantor DPRD Deliserdang. Saat tiba di simpang empat Gedung Balairung, bagian kiri becak motor itu tiba-tiba ditabrak mobil Toyota Avanza warna hitam BK 1033 RN, yang dikemudikan disebut bernama Ijul, melaju ke arah Kantor Bupati Deliserdang. Seketika betor terbalik menimpa Irul. Para penumpang terpental ke aspal. Ada pula pelajar yang masuk drainase.
Warga yang melintas berhenti dan melakukan pertolongan. Seorang pria berbaju batik hitam bercorak warna-warni, bercelana hitam, dan sepatu hitam, serta memakai kacamata yang disebut-sebut penumpang, turun dari mobil itu. Pria yang kabarnya PNS di Dinas Kesehatan Deliserdang itu, gugup melihat warga sudah mulai ramai. Pria itu menyetop becak dan melarikan keenam korban ke rumah sakit.
Fadil dan Rahmat dilarikan ke RS Grand Medistra. Azwin, Riski, Haidar, dan Zaki dilarikan ke RSUD Deliserdang.
“Tiba-tiba mobilnya muncul dan sopirnya kurasa tidak ngerem, karena tidak ada bekas rem diaspal. Aku ditimpa becakku, sedangkan para pelajar terpental ke aspal dan parit,” beber Irul.
Kanit Laka Lantas Polresta Deliserdang Ipda Erikson David, saat dikonfirmasi mengatakan, masih melakukan penyelidikan atas kejadian tersebut. (mrc/saz)
RINGSEK: Kondisi bus KUPJ yang bertabrakan dengan truk, dalam keadaan ringsek.
RINGSEK: Kondisi bus KUPJ yang bertabrakan dengan truk, dalam keadaan ringsek.
SEI BAMBAN, SUMUTPOS.CO – Bus KUPJ berpelat BK 7602 DN menabrak truk dengan pelat BL 8584 AL, Sabtu (30/11), sekira pukul 12.45 WIB. Atas peristiwa tersebut, 4 penumpang bus KUPJ mengalami luka-luka.
Bus KUPJ disopiri H Siringoringo (36), warga Kabupaten Simalungun. Sementara truk dikemudikan Khairul Rizal (23), warga Kabupaten Pidie, Aceh.
Informasi dari pihak kepolisian, peristiwa terjadi di Jalinsum Medan-Tebingtinggi Kilometer 63-64, Desa Pon, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Sergai. Bus KUPJ datang dari arah Kota Tebingtinggi menuju Kota Medan.
Setibanya di TKP, diduga pengemudi bus KUPJ kurang berhati-hati dan tidak menjaga jarak dengan truk yang di depannya, akibatnya bagian depan bus KUPJ menabrak truk tersebut.
Atas peristiwa tersebut, 4 penumpang bus KUPJ atas nama Nila Agustina (30), Hairani Hasibuan (48), Rauli Farida br Manurung (72), dan Indah Aprilia (20), mengalami luka ringan. Dua dari 4 penumpang, yakni Nila dan Hairani, sempat mendapat perawatan medis di RSU Melati, Kampung Pon. Namun saat ini telah pulang ke rumahnya masing-masing.
Kasat Lantas Polres Sergai AKP Agung Basuni, melalui Kanit Laka Iptu Syawaluddin, mengatakan, sebagai barang bukti, kedua kendaraan telah dievakuasi ke Pos Lantas Sei Bamban. (mrc/saz)
DIRAWAT: Korban aniaya dan pembakaran Ruslan (33), saat dirawat di RSU Delima, Martubung.
DIRAWAT: Korban aniaya dan pembakaran Ruslan (33), saat dirawat di RSU Delima, Martubung.
LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Ruslan (33) dipukuli dan kemudian dibakar abang iparnya, Fahrozi (24), Jumat (29/11) lalu. Peristiwa yang dialami Ruslan ini, pun disaksikan sang istri dan mertua di rumah mereka Jalan KL Yos Sudarso, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan.
Akibat peristiwa itu, Ruslan mengalami luka bakar dan saat ini dirawat di RSU Delima, Martubung. Kasus itu pun telah dilaporkan orangtua korban, Ernawati, ke Polsek Medan Labuhan dengan Nomor: STPL/741/XI/2019/SU/PLW-BLW/Sek-Medan Labuhan.
Ditemui di rumah sakit, Minggu (1/12), Ruslan mengaku, peristiwa itu terjadi saat sepulang kerja. Tiba di rumah mertuanya, Fahrozi langsung marah-marah dan memukulinya. Lantas mengambil bensin dan menyiramkan ke tubuhnya, serta menyalakan korek api.
Pembakaran itu terjadi di hadapan mertua dan istrinya. Dan kejadian itu menghebohkan tetangga, yang kemudian membantu memadamkan api yang membakar tubuh korban.
“Saya dipukuli, dan dia langsung mengambil minyak. Dibakarnya tubuh saya di depan istri dan mertua saya,” ungkap Ruslan.
Soal motif penganiayaan dan pembakaran itu, Ruslan mengaku, Fahrozi menuduhnya telah memukuli adiknya, yang merupakan istri korban. Sehingga abang iparnya ini pun mengamuk dan melampiaskan kemarahan kepadanya. “Padahal saya tidak ada memukuli istri saya. Kalau saya pukuli, pasti sudah lebam-lebam. Memang kami ada ribut, tapi tidak ada saya pukul (istri),” bebernya lagi, seraya berharap, kasus yang menimpanya segera ditangani polisi secara serius. (mrc/saz)
BONYOK:
Tiga pelaku begal bonyok dihajar massa, usai kedapatan bakal merampok sepeda motor seorang pelajar di IJalan Ileng, Kelurahan Payapasir, Medan Marelan, Sabtu (30/11).
BONYOK:
Tiga pelaku begal bonyok dihajar massa, usai kedapatan bakal merampok sepeda motor seorang pelajar di IJalan Ileng, Kelurahan Payapasir, Medan Marelan, Sabtu (30/11).
MARELAN, SUMUTPOS.CO – Tiga pelaku begal bonyok diamuk massa di Medan Marelan, Sabtu (30/11) lalu. Mereka ditangkap warga usai diketahui membegal seorang pelajar di Jalan Ileng, Kelurahan Payapasir, Medan Marelan.
Ketiga pelaku berhasil diringkus warga, usai korban Bima, berteriak meminta tolong, karena sepeda motornya jatuh setelah ditendang seorang pelaku. Warga pun seketika melakukan pengejaran dan berhasil menangkap para pelaku. Tak pelak, ketiga pelaku begal ini pun bonyok dimassa.
Adapun ketiga pelaku tersebut, yakni Alpan Bintara (25) warga Jalan Besar Bagandeli, Lorong Proyek, Medan Belawan; Hamdan (33) warga Lorongujung, Tanjung Alwashliyah, Medan Belawan; dan Ranu Nasution (26), warga Lorong Masjid, Lingkungan IV, Medan Belawan.
Kapolsek Medan Labuhan, AKP Edy Safari menjelaskan, ketiganya melakukan aksi pada Sabtu (30/11) lalu, sekira pukul 16.00 WIB. Saat itu, korban Bima yang mengendarai sepeda motor Honda Nova Sonic, pelat BK 3323 AHZ, melintas di lokasi kejadian. Ketiga pelaku kemudian memepet kendaraan, dan seorang di antaranya menendang sepeda motor korban.
“Korban terjatuh. Tersangka H bertanya kepada korban, ‘Kau yang memukuli adikku?’. Korban yang tidak merasa memukul adik pelaku H, kemudian berteriak minta tolong sekuatnya,” ungkap Edy, Minggu (1/12).
Teriakan itu didengar warga sekitar, dan pengguna jalan. Selanjutnya massa menolong korban sembari mengamankan para pelaku. Usai diamankan, warga sekitar yang emosi menghajar ketiga pelaku. “Ketiga pelaku tak berdaya lantaran dipukuli massa,” imbuhnya.
Dari hasil interogasi, ketiga tersangka mengaku melancarkan aksi dengan cara menuduh korban telah memukul adik dari seorang tersangka. “Ketiganya mengaku bersalah merencanakan perampokan sepeda motor dengan berpura-pura menuduh korban telah memukul adik tersangka,” jelas Edy.
Tak hanya itu, Edy juga mengatakan, R merupakan otak di balik aksi ketiga pelaku. “Ternyata otak pelakunya ini bekerja sebagai nelayan. Mereka mengaku baru pertama kali melakukan aksi perampokan,” pungkasnya. (mrc/saz)
BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Seorang nelayan, Rahmayadi Syahputra (28), jatuh ke laut dari Kapal Pahala II, saat mencari ikan di Perairan Bouy 1, Belawan. Akibatnya, warga Bagan Deli, Belawan ini, dikabarkan tenggelam.
Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional (KNTI) Kota Medan, M Isa Al Basir mengatakan, tenggelamnya nelayan asal Belawan itu, terjadi pada Jumat (29/11) lalu. Saat itu, mereka berjumlah 6 orang, melaut untuk mencari ikan.
Tidak jauh dari bibir Pantai Belawan, korban yang sedang memancing ikan, terjatuh ke laut. Teman-teman korban berusaha menyelamatkan dengan melompat ke laut, namun korban tertarik ke dasar laut.
“Info yang kami terima, tali pancing itu telilit di kaki korban saat ikan sangkut di mata pancingnya. Jadi, korban tertarik ke dalam laut,” ungkap Basir, Minggu (1/12).
Saat ini, lanjut Basir, Kapal SAR 203 Medan dan sejumlah nelayan, masih melakukan pencarian di lokasi jatuhnya korban, di perairan Bouy 1 Belawan, hingga Kualabesar, Kabupaten Langkat. “Pencarian masih dilakukan, sampai saat ini jenazahnya belum ditemukan. Harapannya, jenazah korban segera ditemukan, karena keluarga sudah menunggu di rumah duka,” jelasnya.
Terpisah, Komandan Kapal SAR 203 Medan Dalon Pasaribu, membenarkan pihaknya telah bergerak dari Pelabuhan Belawan sejak Sabtu lalu, setelah diterima laporan adanya nelayan yang jatuh.
Selain itu, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Medan Toto Mulyonome, kepada Tim Rescue KN 01 RB (Rescue Boat), memerintahkan untuk melaksanakan Operasi SAR. Hingga Minggu (1/12) pagi, pencarian terhadap sosok korban masih dilanjutkan Tim SAR, maupun sejumlah kapal-kapal ikan yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan. (fac/saz)
SEPI: Kondisi gedung Gereja IRC sepi, Minggu (1/12).
Kejari Medan Rekomendasi Pemko Medan
SEPI: Kondisi gedung Gereja IRC sepi, Minggu (1/12).
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain disinyalir mengajarkan aliran sesat, Gereja Indonesia Revival Church (IRC) terus disoal keberadaannya. Bahkan, para pemangku jabatan dan agama Kota Medan, mempermasalahkan pendirian gereja IRC yang dinilai tidak sesuai peraturan perundangan.
Menindaklanjuti hal itu, Kejaksaan Negeri (Kejari) Medan memberi rekomendasi Pemko Medan, berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan Dalam Masyarakat (Pakem) Kota Medan, pada 26 Agustus 2019 lalu.
Dalam isi surat itu, terhadap pendirian rumah ibadah IRC di Jalan Setiabudi, Gang Rahmat, Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Medan Selayang, tidak sesuai Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006.
Kemudian dalam poin ketiga ditegaskan, IRC tidak dapat dinyatakan sebagai sebuah gereja, mengingat tidak adanya izin keberadaan gereja sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Kemudian, terhadap keberadaan jemaat yang melaksanakan ibadah di rumah ibadah IRC tersebut, agar Pemko Medan memfasilitasi dengan menggandeng organisasi gereja, untuk mengarahkan agar melaksanakan ibadah di gereja lain.
Terkait surat ini, Kepala Seksi (Kasi) Intel Kejari Medan M Yusuf, membenarkannya.
“Permasalahan Gereja IRC ini, memang menjadi bahasan dalam Rapat Tim Pakem sejak akhir 2018 lalu. Terhadap hal tersebut, kami melalui Tim Pakem sudah merekomendasikan ke Pemko (Medan),” ungkap Yusuf, Sabtu (30/11) lalu.
Disinggung apakah isi surat tersebut sudah dijalankan Pemko Medan, Yusuf belum bisa memastikan. Hanya saja, dia mengatakan, surat tersebut masih dipelajari lebih dulu. “Kabar terakhir, mereka sedang mempelajari surat itu,” katanya.
Terpisah, Ferry Agus Sianipar, selaku Kuasa Hukum Melva Riosa Siregar dan Guntur Marbun, mengaku, telah meminta ke Wali Kota Medan, melalui Satpol PP, untuk melakukan eksekusi terhadap Gereja IRC.
“Sudah ada 2 surat masuk ke sana (Pemko Medan), disposisinya seingat saya sudah sampai ke Bagian Agama dan Satpol PP. Surat kedua itu sebulan yang lalu, sedangkan surat pertama dua bulan lalu,” pungkasnya. (man/saz)
KORBAN: Ahmad Darabi (49), warga Jalan Sekip, Gang Saga, Medan Petisah, saat dilarikan ke rumah sakit, baru-baru ini.
KORBAN: Ahmad Darabi (49), warga Jalan Sekip, Gang Saga, Medan Petisah, saat dilarikan ke rumah sakit, baru-baru ini.
MEDAN, SUMUTPOS.Co – Kesal tak diberi uang, Firman menghabisi nyawa sang paman, Ahmad Darabi (49), warga Jalan Sekip, Gang Saga, Medan Petisah, Jumat (29/11) malam. Penjual kacamata ini tewas dengan tikaman di dadanya.
Peristiwa itu terjadi, sekira pukul 21.30 WIB di Jalan M Yakub, Gang Tinik, Kecamatan Medan Perjuangan. Malam itu, Ahmad ditelepon kakaknya, Erlina, untuk datang ke rumahnya di Jalan M Yakub.
Ahmad dan istrinya, Ana, yang baru saja menghadiri tahlilan meninggal anak sepupunya di Helvetia, pun mengunjungi rumah pusaka orangtua yang kini ditempati Erlina dan keluarga. Setiba di rumah itu, ayah 2 anak tersebut memasuki rumah yang dalam keadaan sepi. Di rumah, Ahmad menemui Firman yang duduk di ruang tamu. Sedangkan Ana dan keluarga lainnya, duduk di warung tak jauh dari rumah itu.
Saat itulah, Ahmad diyakini menasihati Firman agar tidak bersikap kasar pada ibunya. Sebelumnya, Firman yang tadinya tinggal di Pasaman, Sumatera Barat, mengamuk lantaran tak diberi uang oleh sang ibu, Erlina, yang kemudian memaki-makinya.
Namun ditengarai, Firman tidak terima dinasehati Ahmad. Keributan pun terjadi di antara mereka. Beberapa waktu kemudian, Firman keluar dari rumah dalam keadaan tergesa-gesa. Ketika melintasi keluarga yang sedang duduk di warung, dia pun mengakui telah membunuh Ahmad, dan kemudian kabur.
“Sudah kubunuh si Ahmad,” kata Firman tergesa-gesa, dan langsung berlari.
Merasa curiga dengan ungkapan Firman, Ana masuk ke dalam rumah. Saat itulah dia melihat suaminya telah terkapar di lantai. Dada kanannya berdarah bekas luka tikaman. Ahmad pun dibawa ke Klinik Wahyu di Jalan Serdang, yang kemudian dilarikan ke RSUD dr Pirngadi Medan.
“Namun Ahmad meninggal dunia. Polisi yang mengetahui hal itu, mem bawa jasad Ahmad ke RS Bhayangkara Medan,” beber kakak korban, Hamidah.
Hamidah juga menjelaskan, selama ini Firman memang kerap memaki-maki ibu kandungnya jika tidak diberi uang. “Kalau tidak dikasih uang beli rokok, si Firman itu maki-maki ibunya. Warga sini memang sudah resah dengan tingkahnya. Dulu dia tinggal di Pasaman bersama istrinya, tapi balik lagi sendiri ke Medan. Mungkin istri dan keluarga istrinya tak suka sama dia,” bebernya.
Dia menjelaskan, korban yang bekerja sebagai penjual kacamata resep keliling, dikenal baik dengan warga sekitar.
“Biasanya kalo dia (Ahmad) dapat rezeki lebih, suka traktir warga di sekitar gang ini,” ungkap Hamidah.
Hamidah juga mengatakan, korban telah dipulangkan dari RS Bhayangkara Medan ke rumah duka. Rencananya akan disemayamkan di perkuburan Muslim belakang Masjid Perjuangan 45, Jalan HM Yamin.
Sementara Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Eko Hartonto mengatakan, saat ini pelaku belum tertangkap. “Sabar ya, biar kami tangkap pelakunya dulu,” pungkasnya. (mrc/saz)
TERBAKAR: Ruang Bimbingan Kerja Lapas Perempuan Klas IIA Tanjunggusta Medan saat terbakar, Minggu (1/12).
AGUSMAN/SUMUT POS
TERBAKAR: Ruang Bimbingan Kerja Lapas Perempuan Klas IIA Tanjunggusta Medan saat terbakar, Minggu (1/12).
AGUSMAN/SUMUT POS
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Klas IIA Tanjunggusta Medan, nyaris ludes terbakar, Minggu (1/12) pagi. Pasalnya, tabung gas 3 kilogram meledak hingga menyebabkan ruang bimbingan kerja terbakar. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
“Api tidak sampai ke dalam ruangan warga binaan. Hanya ruangan bimbingan kerja yang terbakar. Seluruh warga binaan juga selamat dan tidak ada yang melarikan diri,” ungkap Humas Kanwil Kemenkumham Sumut Josua Ginting.
Terkait asal api, Josua menjelaskan, berasal dari satu kompor dengan tabung gas ukuran 3 kilogram yang meledak, ketika sedang digunakan para warga binaan memasak kue. “Pagi itu para warga binaan sedang memasak kue. Kuat dugaan api berasal dari satu kompor yang meledak. Tapi dipastikan tidak ada korban jiwa,” jelasnya, seraya membeberkan, jumlah warga binaan yang menghuni Lapas itu ada sebanyak 617, plus seorang bayi.
Petugas pemadan kebakaran dibantu Polsek Helvetia dan warga binaan, berupaya memadamkan api. “Api tidak sempat membesar, karena petugas Lapas dan personel Polsek Medan Helvetia, cepat bertindak, sambil menunggu petugas pemadam kebakaran datang,” kata Josua.
Hal senada dikatakan Kepala Lapas Klas IIA Tanjunggusta Medan Surta Duma Sihombing. Dia memastikan, kebakaran berasal dari percikan api, yang membakar ruang bimbingan kerja. “Penyebabnya percikan api dari kompor gas. Itu kan bangunan 1982-an, jadinya rentan (terbakar). Sehingga terkena percikan api sedikit saja, sudah terbakar,” jelasnya.
Sekira pukul 06.00 WIB, ada 8 unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi dan api dapat dipadamkan. Surta pun memastikan, sejak pukul 08.00 WIB, suasana di lokasi sudah kembali kondusif, dan warga binaan sudah masuk ke ruangan masing-masing.
Sementara Kepala Polsek Helvetia, AKP Sah Udur TM Sitinjak mengatakan, sumber api berasal dari kompor yang meledak saat digunakan untuk memasak.
“Api tidak sempat membesar, karena pihak lapas dan petugas kami cepat bertindak bersama tim pemadam kebakaran,” bebernya, seraya mengatakan, petugas pun langsung melakukan upaya pendinginan, serta memasang garis polisi di seputaran lokasi, untuk penyelidikan lebih lanjut. (man/bbs/saz)
MASIH BEROPERASI: Lokasi diduga jadi tempat judi tembak ikan di Jalan Sutomo, Kelurahan Jatinegara, Binjai Utara masih beroperasi, Minggu (1/12). Sebelumnya, personel kepolisian menggerebek lokasi judi yang tertutup, dan baru beroperasi 3 bulan.
MASIH BEROPERASI: Lokasi diduga jadi tempat judi tembak ikan di Jalan Sutomo, Kelurahan Jatinegara, Binjai Utara masih beroperasi, Minggu (1/12). Sebelumnya, personel kepolisian menggerebek lokasi judi yang tertutup, dan baru beroperasi 3 bulan.
BINJAI, SUMUTPOS.CO – Penggerebekan yang dilakukan Petugas Unit Pidum Satuan Reserse Kriminal Polres Binjai, mendapat tanggapan positif dan negatif dari kalangan wakil rakyat.
“Kami mengapresiasi penggerebekan yang dilakukan pihak kepolisian. Namun, disinyalir masih ada lokasi lain,” ungkap Wakil Ketua DPRD Binjai Syarif Sitepu, Minggu (1/12).
Ungkapan unsur pimpinan DPRD Binjai ini, memang bukan sekadar omongan. Lokasi judi modus tembak ikan, yang sebelumnya terpampang bernama Kids Zone, terpantau masih beroperasi. Rumah toko di Jalan Sutomo, Kelurahan Jatinegara, Binjai Utara, yang diduga digunakan sebagai lokasi judi tembak ikan ini, kebal hukum.
Selain beroperasi di pinggir jalan utama Kota Rambutan, hanya Kids Zone yang berani tetap membuka diduga lokasi judi tersebut. Dari 6 pintu ruko, memang hanya satu pintu yang terlihat terbuka.
Namun tetap saja, aktivitas yang melanggar Pasal 303 ini, masih beroperasi pasca-penggerebekan yang dilakukan pihak kepolisian, 4 hari lalu. Bahkan saat hari H penggerebekan, malam harinya, lokasi judi tersebut masih beroperasi.
“Kami minta polisi juga menggerebek dan menutup lokasi judi tersebut secara permanen,” tegas Ketua DPC PDIP Kota Binjai tersebut.
Lain halnya lokasi judi yang berjarak 100 meter dari penggerebekan yang dilakukan pihak kepolisian. Lokasi serupa yang bernama Prima Game ini, tak lagi beroperasi.
Menanggapi hal ini, Kasat Reskrim Polres Binjai AKP Wirhan Arif, ogah menanggapi kapan penyelidikan sekaligus penggerebekan terhadap lokasi judi lain. “Tanya sama Kasubbag Humas saja, itu bukan ranah saya,” jelasnya ketika dikonfirmasi, akhir pekan lalu.
Dari 11 orang yang diboyong pada penggerebekan 26 November lalu, menurut Wirhan, 10 orang ditetapkan sebagai tersangka. “Mereka sedang diproses, ditahan di dalam. Ada 10 orang yang terbukti, seorang lagi enggak,” bebernya.
Sayangnya, dia tak ingat atas nama siapa, orang yang tak ditetapkan sebagai tersangka itu. “Entah siapa itu, saksi jadinya,” jelas Wirhan.
Sebelumnya, penggerebekan lokasi judi tembak ikan yang dilakukan pihak kepolisian di Jalan Husni Thamrin, Kelurahan Pekan Binjai, Binjai Kota, diherankan warga. Pasalnya, penggerebekan yang dilakukan Korps Tri Brata dicurigai tebang pilih. “Lucunya kok cuma ini yang digerebek. Ada 3 titik di sini,” tutur seorang warga sekitar.
Dalam penggerebekan tersebut, ada 11 orang yang diamankan. Adapun mereka, yakni Darwis Johan (56) sebagai penanggung jawab, warga Jalan Waringin, Kota Medan; Dewi (23) warga Pasar IV, Kelurahan Jati Utomo, Binjai Utara, dan Agustina (27) warga Jalan Telepon, Gang Flamboyan, Kelurahan Pekan Binjai, Binjai Kota. Keduanya sebagai operator permainan.
Lalu ada Johan (77) warga Jalan KH Wahid Hasyim, Kelurahan Pekan Binjai, Binjai Kota; Irwan Leo (63) warga Jalan Sudirman, Kelurahan Pekan Binjai, Binjai Kota; Abuan (63) warga Kampung Tanjung, Kelurahan Pekan Binjai, Binjai Kota; Diki Andika (22) warga Jalan Durian, Kelurahan Limau Sundai, Binjai Barat; Hakim Tanzil (51) warga Kampung Tanjung, Kelurahan Pekan Binjai, Binjai Kota; Opis (30) warga Jalan Salak, Kelurahan Limau Mungkur, Binjai Barat; Syarial (51) warga Jalan Tengku Amaludin, Kelurahan Limau Sundai, Binjai Barat, dan M Yusuf (17) warga Jalan Ratu Wangi, Kelurahan setia, Binjai Kota.
Kedelapan orang terakhir, disinyalir sebagai pecandu judi tembak ikan tersebut. Barang bukti yang diamankan ada 2 unit mesin game tembak ikan, uang tunai Rp4.329.000, 36 kartu chips, dan 6 telepon selular. (ted/saz)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumut tengah melakukan survey untuk melihat perkembangan industri di Sumut. Sayang, upaya BPS mendapatkan data mengalami kendala. Sejumlah perusahaan yang tidak koperatif memberikan data perusahaannya.
Kepala Bidang (Kabid) Statistik Produksi BPS Provinsi Sumut, Dwi Prawoto mengatakan, dari total keseluruhan jumlah perusahaan atau industri di Sumut, terdapat 15 persen yang tidak koperatif. Hal ini, dinilai membuat kinerja BPS mengalami kesulitan untuk memperoleh data yang diinginkan.
“Persentase tidak terlalu (banyak) lah. Tapi, kita menunggu jadi waktunya lama. Dari survey kita lakukan dari Januari hingga Desember, baru masuk 85 persen. Setelah itu, kita tangih lagi, baru sampai 95 persen,” kata Dwi, Minggu (1/12).
Dwi mengungkapkan, banyak alasan disampaikan perusahan tidak koperatif tersebut, seperti ada perusahaan belum Rapat Umum Pemilik Saham (RUPS), ada manajemen lagi di luar kantor dan alasan-alasan lainnya. Namun, petugas BPS terus mengejar hingga data diperlukan diberikan. “Yang kita minta data umum, ada perusahaan yang merasakan rahasia,” ungkap Dwi.
Hal yang sama juga dialami BPS Sumut, untuk melakukan pencarian data terhadap perusahaan jasa kontruksi di Sumut. Dwi mengatakan, alamat perusahaan jasa kontruksi banyak ditemukan rumah penduduk dan tidak ada keterangan plang perusahaan tersebut. “Saya tidak tahu menggunakan cara apa, alternatif. Kita bagikan kepada petugas, setelah dicari alamat kantornya. Rupanya rumah alamat dimaksud,” tutur Dwi.
Dwi menjelaskan, perusahaan kontruksi bangunan itu, berstatus Commanditaire Vennootschap (CV), yang susah dilakukan pengambilan data. “Kalau jasa kontruksi punya BUMN pasti memiliki kantor. Ini CV bisa satu orang memiliki 2 hingga 3 perusahaan,” sebutnya. (gus)
Dwi menambahkan, data yang diperlukan dari jasa kontruksi ini, untuk melihat perkembangan pembangunan di Sumut seca?ra statistiknya. Ia mengatakan baru bisa diambil datanya sekitar 60 persen dari total keseluruhan perusahaan jasa kontruksi di daerah ini. “Kita melihat perusahaan jasa kontruksi dari tendernya. Jadinya, kita bisa melihat pertumbuhannya. Kita mau lihat fakta pertumbuhan pembangunan,” tandasnya. (gus)