31.7 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Bubur Anyang versi Lembut

Masjid Lama Gang Bengkok, Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Terletak di Kampung Kesawan, Jalan Masjid Medan, dibangun sejak tahun 1874-an nama kesohor Masjid Lama Gang Bengkok barangkali sudah ke mana-mana. Masjid yang dibangun oleh Tjong Afie ini menjadi saksi hidup perkembangan islam di Tanah Melayu dan menjadi bukti kerukunan agama yang terbangun sejak lama.

Masjid ini disebut-sebut menjadi yang tertua kedua setelah Masjid Al Osmani atau Masjid Kuning, di JL Kol Yos Sudarso, Km 19, 5, Medan Labuhan yang berdiri sekitar tahun 1854. Sejak tahun 1970-an masjid ini terus direnovasi seiring bertambahnya jamaah. Warga sekitar maupun musafir tiap tahun terus meramaikan

Masjid ini. Tak cuma keberadaan masjid, takjil berbuka yang disiapkan di sini juga menjadi perhatian, Bubur Anyang.

Bubur Anyang ini sebenarnya juga disediakan dua masjid tertua di Medan lainnya diantaranya Masjid Kuning dan Masjid Raya. Demikian terjadi karena Bubur Anyang ini merupakan makanan yang menjadi ciri khas etnis Melayu.

“Kalau di Masjid Kuning saya tidak tahu persisnya bagaimana Bubur Anyang ini, kalau di Masjid Raya buburnya lebih pedas makanya disebut Bubur Pedas, kalau Bubur Anyang versi Masjid Lama Gang Bengkok lebih lembut rasanya,” ujar salahseorang pengurus masjid, Silmi Tanjung ketika diwawancarai Sumut Pos, Minggu (5/6).

Bahan baku Bubur Anyang itu sendiri merupakan beras, rempah-rempah seperti cengkeh, lengkuas serai dan jahe. “Kemudian rencah daging lembu yang ditabur di atas sup bubur.” Sehari-harinya pengurus masjid menyediakan 100 –an lebih porsi Bubur Anyang, tiap tahun jumlahnya meningkat sesuai permintaan.

Silmi menceritakan masjid ini menyimpan sejumlah cerita kebiasaan pejabat dan mantan pejabat, mulai dari gubernur, walikota dan wakil rakyat. Yang menarik adalah kebiasaan mantan Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho. “Beliau sering ke sini bahkan ketika belum menjabat. Letak duduknya juga selalu sama, saya masih ingat tempatnya,” ujar Silmi sembari menunjuk salahsatu tiang pilar yang masjid tersebut.

Gatot katanya juga kerap datang mengikuti pengajian sore selama Ramadan yang digelar Senin hingga Kamis. “Wali Kota Medan juga, Dzulmi Eldin, dari kecil-kecilnya sering main ke sini dibawa orangtuanya. Setidaknya itu cerita yang saya tahu,” ungkapnya.

Masjid Lama Gang Bengkok, Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Terletak di Kampung Kesawan, Jalan Masjid Medan, dibangun sejak tahun 1874-an nama kesohor Masjid Lama Gang Bengkok barangkali sudah ke mana-mana. Masjid yang dibangun oleh Tjong Afie ini menjadi saksi hidup perkembangan islam di Tanah Melayu dan menjadi bukti kerukunan agama yang terbangun sejak lama.

Masjid ini disebut-sebut menjadi yang tertua kedua setelah Masjid Al Osmani atau Masjid Kuning, di JL Kol Yos Sudarso, Km 19, 5, Medan Labuhan yang berdiri sekitar tahun 1854. Sejak tahun 1970-an masjid ini terus direnovasi seiring bertambahnya jamaah. Warga sekitar maupun musafir tiap tahun terus meramaikan

Masjid ini. Tak cuma keberadaan masjid, takjil berbuka yang disiapkan di sini juga menjadi perhatian, Bubur Anyang.

Bubur Anyang ini sebenarnya juga disediakan dua masjid tertua di Medan lainnya diantaranya Masjid Kuning dan Masjid Raya. Demikian terjadi karena Bubur Anyang ini merupakan makanan yang menjadi ciri khas etnis Melayu.

“Kalau di Masjid Kuning saya tidak tahu persisnya bagaimana Bubur Anyang ini, kalau di Masjid Raya buburnya lebih pedas makanya disebut Bubur Pedas, kalau Bubur Anyang versi Masjid Lama Gang Bengkok lebih lembut rasanya,” ujar salahseorang pengurus masjid, Silmi Tanjung ketika diwawancarai Sumut Pos, Minggu (5/6).

Bahan baku Bubur Anyang itu sendiri merupakan beras, rempah-rempah seperti cengkeh, lengkuas serai dan jahe. “Kemudian rencah daging lembu yang ditabur di atas sup bubur.” Sehari-harinya pengurus masjid menyediakan 100 –an lebih porsi Bubur Anyang, tiap tahun jumlahnya meningkat sesuai permintaan.

Silmi menceritakan masjid ini menyimpan sejumlah cerita kebiasaan pejabat dan mantan pejabat, mulai dari gubernur, walikota dan wakil rakyat. Yang menarik adalah kebiasaan mantan Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho. “Beliau sering ke sini bahkan ketika belum menjabat. Letak duduknya juga selalu sama, saya masih ingat tempatnya,” ujar Silmi sembari menunjuk salahsatu tiang pilar yang masjid tersebut.

Gatot katanya juga kerap datang mengikuti pengajian sore selama Ramadan yang digelar Senin hingga Kamis. “Wali Kota Medan juga, Dzulmi Eldin, dari kecil-kecilnya sering main ke sini dibawa orangtuanya. Setidaknya itu cerita yang saya tahu,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/