34.5 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Belacan Milik Nazian Tersohor hingga ke Mancanegara

Para pekerja yang sedang mengelolah belacan di Desa Pulau Kampai.

SUMUTPOS.CO – Terasi atau belacan, mungkin semua orang Indonesia sudah mengenalnya, bahkan belacan jika diolah menjadi sambal atau sering disebut sambal belacan, rasanya sungguh menggugah selera.

Belacan yang masih mentah atau belum diolah sebagai sambal, biasanya berbahan dasar udang kecepe. Tapi, siapa sangka belacan asal Langkat satu ini membuat tersohor hingga ke manca Negara karena kelezatannya.

Belacan buatan Nazian (45) warga Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten langkat Sumatera Utara (Sumut), yang sudah sangat tersohor ke luar neegi hingga ke Qatar, Malasyia, Brunai dan Singapura.”Alhamdulillah, selain dalam negeri. Belacan (terasi) buatan saya sudah diekspor sampai ke luar negeri,” kata pria beranak tiga ini bersyukur.

Dari usaha rumahan yang dilakoninya sejak 5 tahun lalu ini, lanjutnya, selain dapat menampung tenaga kerja di sekitar rumah, juga membuatnya dikenal banyak orang. Tak hanya itu, tentunya meraup rezeki lebih hingga bisa menyekolahkan anak-anak.

Dari usaha ini juga, dirinya bisa membuat rumah yang ditempatinya saat ini. “Saya sangat bersyukur, selain bisa membantu warga sekitar. Usaha saya menghasilkan rezeki yang sangat luar biasa,” ungkap dia bersyukur.

Untuk saat ini, kata dia, dalam setahun dia bisa memproduksi terasi hingga 60 ton. Dan semua itu untuk disebarkan dalam kota maupun luar negeri. “Kalau untuk luar kota, kebanyakan peminat dari Aceh, Medan, Pekanbaru hingga Padang,” paparnya.

Diakuinya, inspirasi pembuatan belacan atau terasi ini berawal dari warga Tionghoa yang sempat membuka pabrik di sana. Namun karena pabrik ini sudah tutup, dirinya mengembangkan usaha ini dan membuat home industri. “Awalnya sih gak dikenal bang. Tapi kini berkat kerja keras, semua usaha saya terbayar,” paparnya.

Dalam pembuatannya, lanjutnya, bahan dasar adalah udang kecepe yang dimasukan dalam tong dicampur dengan garam. Lalau, bahan ini ditutup rapat dalam tong dan dibiarkan selama tiga hari. “Setelah semua menyatu, kita akan menggilingnya. Dan kemudian dijemur, lalu digiling lagi dan dicetak hingga berbentuk bulat,” kata Nazia.

Soal harga, untuk ukuran kecil dipatok Rp2.000 dan ukuran sedang Rp5.000 serta besar Rp10.000 saja. “Harga ini khusus untuk dalam negeri. Sementara untuk mancanegara harga kita naikan sedikit saja,” pungkasnya. (bam/ila)

 

 

 

 

Para pekerja yang sedang mengelolah belacan di Desa Pulau Kampai.

SUMUTPOS.CO – Terasi atau belacan, mungkin semua orang Indonesia sudah mengenalnya, bahkan belacan jika diolah menjadi sambal atau sering disebut sambal belacan, rasanya sungguh menggugah selera.

Belacan yang masih mentah atau belum diolah sebagai sambal, biasanya berbahan dasar udang kecepe. Tapi, siapa sangka belacan asal Langkat satu ini membuat tersohor hingga ke manca Negara karena kelezatannya.

Belacan buatan Nazian (45) warga Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten langkat Sumatera Utara (Sumut), yang sudah sangat tersohor ke luar neegi hingga ke Qatar, Malasyia, Brunai dan Singapura.”Alhamdulillah, selain dalam negeri. Belacan (terasi) buatan saya sudah diekspor sampai ke luar negeri,” kata pria beranak tiga ini bersyukur.

Dari usaha rumahan yang dilakoninya sejak 5 tahun lalu ini, lanjutnya, selain dapat menampung tenaga kerja di sekitar rumah, juga membuatnya dikenal banyak orang. Tak hanya itu, tentunya meraup rezeki lebih hingga bisa menyekolahkan anak-anak.

Dari usaha ini juga, dirinya bisa membuat rumah yang ditempatinya saat ini. “Saya sangat bersyukur, selain bisa membantu warga sekitar. Usaha saya menghasilkan rezeki yang sangat luar biasa,” ungkap dia bersyukur.

Untuk saat ini, kata dia, dalam setahun dia bisa memproduksi terasi hingga 60 ton. Dan semua itu untuk disebarkan dalam kota maupun luar negeri. “Kalau untuk luar kota, kebanyakan peminat dari Aceh, Medan, Pekanbaru hingga Padang,” paparnya.

Diakuinya, inspirasi pembuatan belacan atau terasi ini berawal dari warga Tionghoa yang sempat membuka pabrik di sana. Namun karena pabrik ini sudah tutup, dirinya mengembangkan usaha ini dan membuat home industri. “Awalnya sih gak dikenal bang. Tapi kini berkat kerja keras, semua usaha saya terbayar,” paparnya.

Dalam pembuatannya, lanjutnya, bahan dasar adalah udang kecepe yang dimasukan dalam tong dicampur dengan garam. Lalau, bahan ini ditutup rapat dalam tong dan dibiarkan selama tiga hari. “Setelah semua menyatu, kita akan menggilingnya. Dan kemudian dijemur, lalu digiling lagi dan dicetak hingga berbentuk bulat,” kata Nazia.

Soal harga, untuk ukuran kecil dipatok Rp2.000 dan ukuran sedang Rp5.000 serta besar Rp10.000 saja. “Harga ini khusus untuk dalam negeri. Sementara untuk mancanegara harga kita naikan sedikit saja,” pungkasnya. (bam/ila)

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/